Hingga sore hari, Marvin masih berada di kediaman Keluarga Winston. Karena sudah lama tidak bersua, dia meluapkan bahagianya bersama istrinya dan juga Axel. Tidak hanya itu, maksud hati Marvin sebenarnya adalah menunggu kehadiran Russel dan Raymond.
Sekitar pukul lima, barulah Russel pulang. Ford jutaan dollar miliknya masuk ke halaman villa, sengaja menjauh dari Audi jadul milik Marvin. “Mobil si brengsek, harusnya dia parkir di luar gerbang sana,” umpatnya menyeringai.Bahagia dan khawatir bercampur di wajah Russel. Bahagia karena selama satu bulan ke depan Winsoil akan aman dari krisis, dan khawatir adalah siapa yang telah menyuruh The Oxy mengirimkan minyak mentah sebanyak itu, padahal pihak Winsoil tidak pernah melakukan penawaran.Setibanya di ruang keluarga yang sangat megah ini, Russel mendengus kesal ketika melihat Marvin, dan berkata, “Harusnya kau tidak berada di ruangan ini! Dan lebih baik seharusnya kau pulang saja! Kami tidak menerima mantan napi!”Gennifer tidak terima. “Apa-apaan kau, Russel?! Marvin adalah suami sahku. Dia berhak berada di ruangan ini.”Begitu juga Axel. “Dia adalah iparku, Kak. Kami tidak pernah mempermasalahkan statusnya tersebut, lagipula tidak ada pengaruhnya bagi kami.”Russel mengawasi dua saudaranya dengan pandangan ketus. “Aku tidak sudi punya ipar teroris. Hati-hati, nanti dia bawa bom ke sini,” ucapnya seraya tersenyum pahit.Marvin merapikan kemeja hitamnya, lalu berkata, “Seharusnya kau bahagia sekarang, Russel. Bukankah minyak mentah senilai satu milyar dollar telah sampai di kilang Winsoil? Jadi, aku harap temanmu bernama Raymond cepat-cepat ke sini. Kami tidak sabar ingin melihatnya menjilat telapak sepatuku.”“Kau! Kurang ajar sekali terhadap Putra Harvard!” Russel mulai gusar. Darahnya mendidih. Tangannya menunjuk-nunjuk.Tidak ingin ditunjuk, Marvin membuang mukanya dan berkata, “Apa aku telah memfitnahnya? Apa aku memberikan tuduhan yang tidak-tidak sehingga dia masuk penjara?” singgung Marvin. Tidak ada rasa takut di dalam dirinya.Russel kesal. Dia menggertakkan gerahamnya sembari mengepalkan tinju, tapi itu hanya gertak, dari dulu dia tidak berani juga adu pukul dengan Marvin, entah karena takut, entahlah.Meskipun ancaman dari Marvin memang sangat berisiko secara dia sudah agak kurang sopan dengan putra mahkota Keluarga Harvard, tetapi dia tak peduli, lagipula dalam waktu beberapa bulan ke depan kekayaan Keluarga Rock akan jauh berada di atas Keluarga Harvard.Merasa sebal, Russel pun menghubungi Raymond dan segera menyuruhnya ke rumah. Lima belas menit kemudian Porsche merah milik Raymond pun tiba, kali ini dia membawa sebuah cincin yang akan dihadiahkannya ke Gennifer.Dia menaruh kotak merah tersebut di atas meja ruang keluarga dan berkata, “Gennifer, spesial untukmu.” Lalu Raymond tersenyum penuh bahagia.Marvin beranjak dan merampas kotak tersebut. Dia membukanya dan berkomentar, “Astaga! Campuran perak dan emas putih. Cincin ini memang asli, tapi murah!” seru Marvin tersenyum remeh. “Wahai Putra Harvard, apa kau tidak punya malu memberikan hadiah receh ini buat wanita secantik Gennifer?”Semua orang tercengang mendengarnya.Murah? Receh?Derick dan Elena yang tengah beristirahat pun lantas turun karena kegaduhan di bawah. “Apa yang kalian ributkan?” lolong Roderick sambil mengerutkan alis.Marvin langsung menguasai panggung. Dia bukan tipe pria lemah yang sering diam dan mengalah. Saat ini, jelas dia marah dan cemburu, tapi perkelahian hanya untuk anak kecil, jadi biarlah dia membalas ketengilan Putra Harvard dengan cara yang elegan.Kotak merah tersebut diangkat oleh Marvin agar lebih terlihat oleh Derick. “Ayah mertua, coba lihatlah, pria asing ini memberikan hadiah murahan buat istriku. Aku sangat marah menyaksikannya. Ini adalah sebuah penghinaan bagiku dan bagi Keluarga Winston!”Mendengar itu, Raymond naik pitam, tak terima hadiah berharga darinya dianggap murah. “Hei kau mantan napi! Apa kau tahu harganya sepuluh ribu dollar? Uang sebanyak itu bisa buat makan orang sepertimu selama lima tahun!” umpatnya emosi.Elena merampasnya. Dia melihatnya dengan sangat detail. “Waw! Cincin ini sangat indah dan mahal. Marvin, apa kau sudah gila bilang ini adalah murah dan receh ha?!”Derick pun penasaran. Diawasinya cukup lama, lalu berkomentar, “Cincin ini hanya ada lima puluh di Chemisland. Marvin, apa kau lupa maskawin darimu untuk Gennifer harganya tidak lebih dari seribu dollar?”Saat ini, semua mata tertuju pada Marvin. Gennifer yang dari tadi pagi senangnya minta ampun, sontak sekarang dibuat was-was lagi oleh semua ucapan Marvin.Gennifer pun menyadari bahwa ucapan suaminya memang sangat berlebihan. Sejauh ini, hanya Marvin yang berani bicara seperti itu di hadapan Keluarga Harvard. Dia selalu percaya terhadap suaminya, namun rasa khawatirnya tidak bisa dihilangkan.Axel terperanjat. Selama ini, dia mengenal Marvin memang orangnya pandai bicara dan berani, tapi untuk sekarang, dia melihat ada sesuatu yang berbeda dari Marvin.Alasannya adalah dendam. Marvin sangat dendam terhadap dengan Raymond, meski saat ini Raymond masih jauh berada di atasnya, namun tidak untuk dalam waktu ke depan. Oleh karena itu, keberanian Marvin sangat terpompa.Gennifer menatap cemas dan berkata lirih, “Sayang, jika kau tidak suka, letakkan saja cincinnya. Aku juga tidak akan pernah menerimanya. Berhentilah bicara!” Keresahaan tampak jelas di raut muka Gennifer. Helaan napasnya mulai tidak beraturan.Raymond duduk di sebelah Russel, lalu berkata keras, “Apa kau kira, setelah keluar dari penjara, lantas kau bisa bicara seenaknya, Marvin Rock?!” Raymond mengangkat kakinya seperti bos seraya memberikan tatapan tajam ke arah Marvin. “Tarik kembali omonganmu, atau mulutmu akan robek!”Marvin tidak gentar sedikit pun. Meski diancam, pundaknya tak goyah. Dia membalas dingin, “Simpanlah cincin yang katamu mahal dan bagus itu! Jika dibandingkan dengan Bunga Gloriest yang aku berikan, berarti aku sudah memberi sebanyak lima puluh biji cincin seperti itu!” Lalu dia kembali duduk pas di samping Gennifer.Tak ingin kalah, Raymond berdiri dan mengambil bunga yang ada di sebelah Gennifer. “Bunga ini palsu!” koarnya sambil tersenyum miring.Marvin mengalihkan pandangannya ke ibu mertuanya. “Bu, Anda sangat paham persoalan bunga. Anda sudah melihatnya dari tadi. Apa bunga itu asli?”Elena melengos dan menjawab dingin, “Bunga itu asli. Tapi kami semua tidak yakin kalau kau yang telah memberikannya!” sentak Elena.Russel menjadi orang yang paling setuju bahwa Bunga Gloriest seharga lima ratus ribu dollar itu bukanlah pemberian dari Marvin.Atas omongan Russel, kedua orang tuanya sepakat bahwa pasti ada orang yang telah salah kirim.Ada senyuman tipis dari Marvin buat Raymond. “Kau tidak bisa membedakan antara Bunga Gloriest asli dan palsu, Putra Harvard? Sungguh menyedihkan!” ejek Marvin makin emosi.Baru kali ini Raymond sangat malu, dan yang lebih buat malu lagi adalah, dia dipermalukan oleh pria yang dianggapnya memalukan. Sungguh memalukan.Hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan bagi Marvin Rock. Pagi tadi, putra pertamanya telah lahir ke dunia. Marvin memberi nama : Brockley Leofric, persis Pangeran Terbuang. Marvin belum bisa move on dari sosok yang menjadi idolanya semenjak kecil. Pada akhirinya Marvin pun peka. Dalam cerita karangan Pangeran Terbuang, terkait Naga Glory menjadi sangat kaya lantaran menemukan harta karun terpendam, Marvin merasa apa betul itu dirinya? Tapi, Marvin tidak percaya ramalan, dan dia juga tidak percaya bahwa roh seseorang yang telah mati bisa merasuk ke tubuh orang lain. Marvin bukanlah karakter fiksi Naga Glory seolah-olah dia merupakan pria yang telah diramalkan, dan bukan pula karakter asli titisan Pangeran Terbuang. Namun, jika dikatakan sebuah kebetulan, bagaimana bisa semuanya bisa berjalan dengan sangat rapi? Sebuah teka-teki yang masih menyimpan misteri. Marvin memastikan diri bahwa dia merupakan keturunan Pangeran Terbuang sesuai hasil riset Fabrizio beserta pakar seja
“Ayah, maafkan aku karena aku pernah durhaka padamu. Aku merasakan dampak buruk setelah aku tidak berbakti dan berbuat baik padamu.” Werner Rockstone berdiri dari kursi sambil mengangkat tubuh Marvin. Dia menatap heran, “Ayah maafkan kesalahan kau, anakku. Dan ayah juga minta maaf, karena ayah tidak menaruh rasa empati yang lebih kepada mu.” Marvin mengerutkan kening. “Ayah, apa Tuan Arash menghubungi mu?” “Dia berbicara banyak hal denganku selama kau berada dalam perjalanan pulang. Dia sangat berterima kasih karena kau telah membuat anaknya menjadi sembuh dan sehat jiwanya.” “Hurmuz hanya butuh perhatian dan kebijakan dari ayahnya.” Marvin dan Werner berjalan di halaman samping, menjauh dari keramaian. Melihat sikap Marvin terhadap orang lain saja sudah luar biasa, bagaimana sikapnya dengan orang terdekat? “Ayah bangga punya anak seperti mu, Marvin.” Marvin malah membalikkan omongan. “Aku juga bangga pu
Setibanya di Gloriston, Marvin dan Gennifer langsung menuju rumah rumah baru mereka yang sangat megah dan baru beberapa waktu lalu rampung, di distrik Rockley. Rumah yang layak dikatakan sebuah istana kecil, setiap orang pasti ingin bisa memilikinya. Untuk merayakan kesembuhan Gennifer, maka diadakan acara makan besar antara dua keluarga besar, Keluarga Rock dan Keluarga Winston. Semua kerabat terdekat hadir dalam acara di malam hari ini. Tak kurang dari lima puluh orang pun hadir. Russel Winston memeluk Marvin dengan sangat erat dan hangat. “Saudara iparku, apa kau tahu sekarang Winsoil sudah sejajar dengan Harvard Oil? Kita tidak hanya butuh dengan mereka, bahkan kita bisa menyamai mereka.” Marvin senyum. “Bahkan kita akan melampaui mereka, Kakak ipar!” Impian besar Marvin sejak dulu adalah melepaskan ketergantungan dari pengaruh Harvard. Dan sekarang, Marvin telah melampaui impiannya tersebut, sebab Rock Electra dan Winsoil tidak hanya lepa
Selama Gennifer mendapatkan perawatan dan pengobatan di tempat pengobatan tabib Arash, Marvin cukup sering bercengkerama dengan Hurmuz. Ternyata, orang gila atau ODGJ, tidak boleh diacuhkan atau tidak patut untuk tidak dipedulikan, dengan kata lain mereka juga butuh perhatian. Ketika Marvin mengajaknya bicara, rupanya Hurmuz dapat merespons dengan cukup baik jika orang yang berbicara dengannya mau memberikan empati besar, jadi bukan sekadar perhatian semata, namun empati. Marvin berusaha melakukannya terhadap Hurmuz. Di Desa Abayaneh, tidak banyak orang yang paham tentang sejarah kerajaan dan militer zaman dulu. Alasannya karena mereka tidak berminat untuk tahu akan hal tersebut, semantara Hurmuz butuh teman mengobrol dan teman yang satu frekuesnsi dengan dia. Setiap hari Marvin pasti menceritakan sejarah kerajaan tempo dulu bersama Hurmuz, tentang raja-raja, peperangan besar, dan banyak hal. Hurmuz sangat senang ketika Marvin mau mendengarkan ceritanya
Harven menyelesaikan rapat karena Aleya tak kunjung mau berbicara. Dia segera menyuruh tiga rekannya untuk bekerja seperti biasa, sementara dia dan Aleya melanjutkan pembicaraan di ruangan CEO, tertutup. Setelah dipaksa secara terus-menerus, barulah Aleya mau bicara. “Aku tidak bisa mengatakan tidak karena semua yang dikatakan oleh mereka bertiga terbukti benar.” “Aleya, sabtu malam minggu itu aku melihat kau dengan mata kepalaku sendiri. Kau berduaan dengan Raymond. Minggu pagi, aku bersama Scott membuntutimu di hotel. Setelah itu, aku pergi ke rumah Fany, di sana aku menyaksikan apa saja yang telah dia bongkar. Aku mengumpulkan mereka hanya untuk menjadi saksi penguat. Aku sendiri adalah saksi utamanya.” “Maafkan aku, Tuan.” “Berapa Raymond membayar kau, Aleya?” Alasan kenapa Aleya mau menerima tugas berat dan berbahaya ini adalah karena ayahnya merupakan seorang buruh di One Tesla, pembangkit listrik milik Harvard. Sebenarnya, aya
Harven stop di depan salah satu tempat makan yang cukup jauh dari pusat kota Gloriston. Tapi mereka tetap berada di dalam mobil. Sengaja tidak turun karena hanya untuk memastikan siapa wanita di sana. “Aleya bersama Raymond?” gumam Harven lalu tersenyum getir. Tiga orang lainnya tak berkomentar. Sejurus kemudian, Harven menelepon Aleya. “Sedang di mana?” tanya Harven. “Di rumah. Sengaja tidak keluar karena jalanan pasti macet, kan ada pertandingan.” Mata Harven tak henti mengawasi Aleya dari kejauhan. “Ya, aku dan teman-teman baru saja selesai menonton pertandingan. Baguslah kalau kau berada di rumah. Jalanan kota memang macet. Tapi ada jalur lain yang tidak macet. Di sini tidak macet.” “Ya hati-hati di jalan.” KLIK! Harven bukan cemburu, tapi curiga. Apa hubungan antara Aleya dan Raymond Harvard? Malam ini dan minggu besok, empat pria itu sibuk dengan berbagai macam tugas.