Home / Romansa / Mas Duda Pencuri Hati / Bab 14. Menempuh Hidup Baru.

Share

Bab 14. Menempuh Hidup Baru.

last update Last Updated: 2025-08-11 20:56:27

Langit membuang pecinya secara sembarangan. Hari ini, laki-laki itu telah sah menjadi suami Senja. Ya, setelah kejadian itu, seminggu kemudian Langit melamar Senja. Itu semua dia lakukan, karena selain desakan warga komplek mereka, ini juga karena desakan Mama Dona, Mama dari Langit.

Satu hari setelah kejadian, Langit menceritakan apa yang dialaminya. Bukannya terkejut, Sang Mama justru merasa sangat bahagia, karena akhirnya sang anak bisa menikah kembali, setelah sekian lama menduda. Bukan tanpa alasan Mama Dona sudah sangat lelah melihat Langit terus saja meratapi apa yang sudah menimpanya.

Tentu saja, akhirnya pernikahan itu terselenggara meskipun hanya dihadiri keluarga inti mereka saja.

"Mas mau mandi?" Tanya Senja saat gadis itu sudah ada di kamarnya setelah tadi sempat ngobrol bersama sahabatnya, Dewi.

"Kok malah diem aja sih?" Tanya Senja lagi. Gadis itu kemudian duduk di meja rias, untuk membuka aksesoris yang digunakannya saat acara akad nikah.

"Ini semua gara-gara kamu ya!" Geram Langit.

Senja terkejut saat sang suami menatapnya tajam lewat pantulan cermin. Gadis itu hanya bisa mengusap dadanya melihat reaksi dari suaminya itu.

"Kenapa Mas nyalahin aku

?" Kata Senja tak kalah kesal. Gadis itu lalu membalikkan tubuhnya, agar bisa secara langsung melihat wajah laki-laki yang baru saja resmi jadi suaminya.

"Kamu tidak merasa jika apa yang terjadi saat ini, pernikahan kita adalah sebuah kesalahan? Dan kamulah penyebab kesalahan ini, Senja Aurora!! Jika saja kamu tidak membuat ulah dengan datang ke rumah saya mungkin pernikahan ini tidak akan pernah terjadi."

"Kamu mikirnya pernikahan ini sebuah kesalahan mas? Astaghfirullahaladzim, pernikahan kita adalah sudah menjadi takdir yang Allah tetapkan untuk kita. Ini semua bukan kebetulan. Dan pernikahan ini bukan kesalahan. Oke kalau memang kamu menyalahkan aku karena pernikahan ini terjadi, aku minta maaf, tapi aku mohon kamu ikhlas Mas, menerima aku menjadi istri kamu."

"Terserah kamu...ya! saya tetap tidak bisa menerima pernikahan ini, titik!"

BRAK...!!!

Langit keluar dari kamar Senja dengan membanting pintu kamar Senja cukup keras. Refleks, apa yang dilakukan suaminya itu membuat Senja mengusap dadanya karena kaget.

Dia pikir, aku juga mau seperti ini? Nggak! Impian aku, bisa menikah dengan orang yang aku cintai dan juga mencintai aku.

Gadis itu kembali menatap wajahnya lewat pantulan cermin yang ada dihadapannya. Sungguh dia sama sekali tidak menyesali apa yang sudah terjadi saat ini. Karena dia yakin, semua karena kehendak Yang Maha Kuasa.

Sesaat kemudian, Senja bangkit untuk membersihkan diri. Walaupun sebelum akad nikah dia sudah mandi, namun kali ini dia ingin sekali mendinginkan tubuhnya yang terasa panas akibat emosi yang dia rasakan kepada suaminya. Semoga setelahnya, pikiran dan hatinya akan menjadi lebih baik.

Sudah satu jam, Senja menunggu sang suami pulang yang pergi entah kemana. Hatinya gelisah karena dia bingung bagaimana harus menjawab jika Bunda dan Ayahnya menanyakan keberadaan suaminya itu.

Dan benar saja, saat makan malam, Ayah dan Bundanya menatap heran sang anak karena hanya berjalan sendiri menuju meja makan.

"Lho, suamimu mana, sayang? Kok nggak turun untuk makan malam?" Tanya Bunda Ayu terlihat heran.

Rentetan pertanyaan itu sudah membuat kuping Senja memanas. Bagaimana bisa dia menjawab, sementara dia sama sekali tidak tahu keberadaan sang suami.

"Itu Bunda, tadi Mas Langit pamit sama Senja, mau ke rumah Mama Dona katanya. Ada barang yabg ketinggalan di sana," bohong Senja.

Ya Allah, ampuni dosa hamba-Mu ini. Hamba terpaksa berbohong, karena hamba tidak tahu bagaimana cara agar orang tua hamba tak khawatir dengan pernikahan yang baru saja terjadi.

"Apa kita nunggu Nak Langit pulang dulu, baru kita makan?" Tanya Bunda Ayu.

"Hm, mending kita duluan aja deh, Bun. Soalnya Senja nggak dikasih tahu, Mas Langit pulang jam berapa. Nanti aja kalau Mas Langit mau makan, Senja deh yang manasin lauknya."

"Ya sudah kalau begitu, kita makan sekarang," ajak Ayah Dika.

Mereka menikmati santapan makan malam yang dibuat oleh Bunda Ayu. Tentunya tanpa Langit, penghuni baru keluarga mereka.

Setelah selesai makan dan membereskan piring kotor, Senja memutuskan untuk segera kembali ke kamarnya sambil menunggu suaminya pulang.

Waktu menunjukkan pukul dua dini hari, Senja belum juga bisa memejamkan mata. Gadis itupun memutuskan untuk menunggu sang suami di ruang tengah. Agar jika suaminya pulang, dia bisa membukakan pintu rumah tanpa menganggu orang tuanya.

Sebelumnya, sudah beberapa kali, Senja menghubungi suaminya itu, namun ponselnya tidak aktif.

Argh...sebenarnya kamu kemana sih, Mas?

Terdengar suara mobil, masuk ke garasi rumah orang tua Senja. Gadis itu meyakini, jika suara itu berasal dari mobil suaminya. Dia pun bergegas untuk segera membukakan pintu.

Dan benar saja, laki-laki dengan tubuh jangkung dan tegap itu kini sedang menghampiri Senja.

"Mas, kamu dari mana saja sih?"

Langit sama sekali tidak menggubris pertanyaan istrinya. Dia malah melengos begitu saja, tanpa memperdulikan Senja yang masih menatapnya dengan sendu.

Setelah sampai di kamar Senja, Langit masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Tubuhnya terasa lengket, karena sejak akad nikah tadi, dia langsung pergi dari rumah mertuanya itu.

Senja menarik nafas panjang. Dadanya sesak saat dirinya diabaikan oleh laki-laki yang belum satu hari menjadi suaminya. Seharusnya, malam ini adalah malam pertama untuk mereka. Menikmati suasana romantis, yang biasa pengantin baru lakukan. Namun beda halnya dengan Senja, dia harus rela mengenyahkan impian malam pertama bersama suaminya.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku Mas, kamu kemana seharian ini?" Tanya Senja saat Langit baru saja keluar dari kamar mandi.

"Kamu tidak perlu tahu saya pergi kemana, karena itu bukan urusan kamu!" Jawab Langit dingin.

Deg...!!!

"Jangan lupa ya Mas, Aku ini istri kamu! Aku berhak tahu, kemana suami aku pergi."

Bukannya menjawab, Langit justru berbaring di kasur milik Senja, sambil memunggungi sang istri.

"Saya capek, saya tidak mau berdebat sama kamu. Besok, setelah shalat subuh, kamu siap-siap. Kita pindah ke rumah saya!"

Kamu pikir aku nggak capek, Mas! Sama, aku juga capek. aku juga nggak mau berdebat sama kamu.

Senja tidak menanggapi perintah sang suami. Dia pun kini ikut berbaring, juga memunggungi sang suami.

Dan keesokan harinya setelah shalat subuh, Senja dan Langit pamit kepada Ayah Dika untuk pindah. Namun ternyata, Senja tidak tinggal di rumah yang ditempati Langit sekarang. Justru rumah yang akan Senja tinggali, jauh dari tempat kedua orang tuanya. Senja sempat bertanya kepada Langit tentang kepindahan yang tidak sesuai ekspektasinya. Langit berdalih, dia ingin lebih dekat dengan tempat tinggal sang ibu, dan juga lebih dekat dengan tempat mengajarnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 15. Kecewa

    Flash on.Langit masih belum berani berbicara dengan Senja. Setelah kejadian dua hari yang lalu. Ya, mereka akhirnya memutuskan untuk membatalkan liburan yang dijadwalkan selama tiga hari. Keesokan paginya, mereka pun langsung pulang dengan hati yang berkecamuk. Senja disini yang paling tersakiti, karena ternyata, sang suami lebih memilih menyerah untuk pernikahan mereka saat ini.Laki-laki itu benar-benar merasa sangat bersalah. Namun, berbarengan dengan perasaan lega, karena apa yang menjadi bebannya selama ini, telah bisa dirinya ungkapkan.Hari ini, Langit masih mendapatkan cutinya sehari lagi dengan menyiapkan sarapan untuk istrinya. Laki-laki itupun menata hasil masakannya di meja makan, berharap jika perasaan sang istri akan jauh lebih baik. Ini juga sebagai bentuk permintaan maafnya, karena sudah merusak liburan yang mungkin diharapkan akan menjadi liburan yang indah untuk istrinya itu."Untuk sementara, aku mau menginap di rumah Bunda," ucap Senja sambil melengos begitu saja

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 14. Menempuh Hidup Baru.

    Langit membuang pecinya secara sembarangan. Hari ini, laki-laki itu telah sah menjadi suami Senja. Ya, setelah kejadian itu, seminggu kemudian Langit melamar Senja. Itu semua dia lakukan, karena selain desakan warga komplek mereka, ini juga karena desakan Mama Dona, Mama dari Langit. Satu hari setelah kejadian, Langit menceritakan apa yang dialaminya. Bukannya terkejut, Sang Mama justru merasa sangat bahagia, karena akhirnya sang anak bisa menikah kembali, setelah sekian lama menduda. Bukan tanpa alasan Mama Dona sudah sangat lelah melihat Langit terus saja meratapi apa yang sudah menimpanya.Tentu saja, akhirnya pernikahan itu terselenggara meskipun hanya dihadiri keluarga inti mereka saja."Mas mau mandi?" Tanya Senja saat gadis itu sudah ada di kamarnya setelah tadi sempat ngobrol bersama sahabatnya, Dewi. "Kok malah diem aja sih?" Tanya Senja lagi. Gadis itu kemudian duduk di meja rias, untuk membuka aksesoris yang digunakannya saat acara akad nikah."Ini semua gara-gara kamu ya

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 13. Keputusan Sulit

    "Cepat jelaskan sama Ayah, apa yang kamu lakukan di kamar Langit, Senja! Dan kenapa kamu bisa ada di sana? Bukannya kamu bilang mau ke toko buku? 'kan tadi izinnya gitu sama Bunda, kok malah jadi ke rumah Nak Langit?"Bunda Ayu memegang tangan suaminya untuk menenangkan laki-laki yang sangat dicintainya. Bunda Ayu merasa tidak tega melihat sang anak yang sedang diinterogasi oleh ayahnya sendiri. Wajar saja Bunda Ayu seperti itu, selama ini, beliau belum pernah melihat suaminya semarah ini kepada anak bungsunya itu."Iya maaf Ayah, Bunda. Memang niatnya mau ke toko buku, Cuman tadi pas liat mobil Mas Langit masih terparkir di garasi rumahnya, Senja berubah pikiran. Senja pikir, Mas Langit pasti punya buku yang Senja maksud, secara Mas Langit Dosen Fakultas Ekonomi."Senja menarik nafas panjang. Dadanya berdegup kencang karena melihat amarah dari wajah sang Ayah."Teruskan!" Titah sang Ayah."Sesudah itu, Senja ketuk-ketuk pintu beberapa kali, tapi nggak ada yang jawab. Sampai tiba-tiba

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 12. Kesalahpahaman

    Semakin hari interaksi Langit dan Senja semakin sering mereka lakukan. Jika waktu luang, Langit sering menyempatkan diri untuk mengobrol dengan Pak Andika. Dan setelahnya, laki-laki itu selalu menyempatkan berbincang juga dengan Senja pula. Senja pun sudah merasa, jika Langit sudah benar-benar menjadi sahabatnya. Karena semakin hari, Langit semakin terbuka untuk sekedar ngobrol masalah pribadi kepada Senja. "Tumben nggak nemuin pacar kamu, Dek?" Tanya Bintang, kakak satu-satunya Senja. Senja menggeser tubuhnya saat sang Kakak kini ikut duduk di sampingnya. "Maksud Abang Mas Langit?" "Iya siapa lagi kalau bukan dia," ucap Bintang seraya mengambil cemilan yang ada ditangan Senja. "Mas Langit lagi bahas sesuatu yang penting sama Ayah. Jadi Adek nggak mau ganggu obrolan mereka. Lagian Adek 'kan sudah bilang sama Abang...Adek itu nggak pacaran sama Mas Langit." "Yakin? Kok Abang nggak percaya kalian nggak pacaran. Secara, Mas Langit sering banget datang ke rumah kita. kalau nggak pac

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 11. Kesan Yang Baik.

    Flashback."Mas Langit?""Assalamualaikum, Pak Dika-nya ada?""Walaikumsalam. Mas Langit mau ketemu Ayah?" Tanya Senja seolah tidak mendengar apa yang menjadi alasan tetangganya itu datang ke rumahnya. Langit menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu tidak berniat menjawab pertanyaan gadis yang ada dihadapannya itu, karena tadi sudah sangat jelas jika dia ingin bertemu dengan ketua Rt di kompleks perumahan tempat tinggalnya."Maaf Mas, sejak tadi pagi, Ayah sudah berangkat ke kantor. Bagaimana kalau nanti sore atau malam saja, Mas Langit datang lagi kemari," usul Senja."Baiklah kalau begitu. Ngomong-ngomong kamu sudah rapi pagi-pagi begini, mau kemana?" Tanya Langit agak heran, karena belum pernah lihat Senja berpakaian formal seperti saat ini."Oh, saya mau kuliah Mas. Kenapa?""Kalau begitu Kebetulan saya juga mau ngajar pagi ini. Mau sekalian saya antar kamu kuliah?.""Beneran Mas? Mau...mau, Alhamdulillah," ucap Senja senang. "Tapi ngerepotin nggak?""Nggak lah, saya yang ngajak ka

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 10. Akhir Kisah

    "RASYA…!!!"Langit terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu. Mimpi yang baru saja dialaminya membuatnya frustasi. Kenapa Rasya kembali hadir di mimpinya? Argh…Langit sangat kesal saat ini, karena harus mengingat kembali wanita yang masih ada di hatinya sampai saat ini.Namun, Langit sadar saat dia melihat Senja sedang berdiri mematung dengan air mata yang mengalir di pipinya. Ini pasti karena dirinya yang tanpa sengaja menyebut nama Rasya di saat gadis itu percaya, jika Langit akan berusaha membuka hatinya.Refleks, Langit menghampiri Senja dan langsung memeluk tubuh mungil istrinya itu. Ini semua diluar kendalinya, dan dia pun menyesal. Ini pertama kalinya, laki-laki itu memeluk sang istri, setelah enam bulan lebih menjalani pernikahannya."Maaf, maafkan saya, Senja," ucap Langit sambil mempererat pelukannya.Bukannya menghentikan tangisannya, Senja justru semakin terisak. Sungguh, senja merasakan sakit di bagian dadanya, saat sang suami menyebut wanita lain dihadapannya."Makany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status