/ Romansa / Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas / Aku Ingin 'Itu', Mas!

공유

Aku Ingin 'Itu', Mas!

last update 최신 업데이트: 2025-10-02 18:48:58

Malam itu, kamar terasa hening. Lampu tidur redup menyinari ruangan, hanya terdengar suara desis AC di tengah ruangan. Nadine berbaring di sisi ranjang, matanya menatap kosong ke arah langit-langit.

Tubuhnya masih terasa panas sejak mimpinya sore tadi. Bayangan Dirga kembali muncul seperti hama yang mengganggu. Saat pria itu di main solo di kamar mandi sambil menyebut namanya, saat berolahraga, di gudang, bahkan saat dalam mimpinya.

Nafas Nadine sedikit berat. Ia menggigit bibir bawah, lalu menoleh ke samping. Di sana, Rhevan tidur terlelap dengan posisi miring—membelakanginya.

Nadine menelan ludah. "Aku ingin itu..."

Perlahan, ia meraih lengan Rhevan, mencoba mendekati suaminya. Tubuhnya menempel, berharap ada respon hangat dari suaminya. Tangannya ragu menyentuh dada Rhevan, lalu turun ke perutnya.

Namun, pria itu hanya menggerakkan bahu sebentar, sebelum kembali tertidur lelap.

“Mas…” bisik Nadine lirih, hampir memohon. Tubuhnya bergetar kecil, menahan hasrat yang mulai mengu
이 책을.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터
댓글 (1)
goodnovel comment avatar
Wahyuningsih D.Sumitro
bener kata Dirga kl nadin naif...
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Video Viral

    Begitu pintu rumah terbuka, Nadine melangkah masuk dengan wajah setenang mungkin. Gerakannya terukur, napasnya stabil—seolah tak ada apa pun yang terjadi di luar sana. Padahal dadanya bergejolak hebat, dipenuhi amarah yang ia tekan rapat-rapat.Di ruang tamu, Rhevan sedang selonjoran di sofa, satu kaki bertumpu santai di sandaran, ponsel di tangan. Ia mendongak begitu mendengar suara pintu terbuka.“Kamu udah pulang?” tanyanya ringan, nadanya datar—terlalu santai untuk seseorang yang seharusnya merasa bersalah.“Hm,” jawab Nadine singkat. Tanpa menoleh lagi, ia melangkah melewati ruang tamu, melewati Rhevan seolah pria itu tak lebih dari perabot rumah.Rhevan mengernyit tipis, “Tumben?”Langkah Nadine terhenti. Ia menoleh perlahan, menatap Rhevan dengan sorot mata dingin yang menusuk. “Tumben kamu penasaran banget sama hidupku?” Nada suaranya tenang, tapi tajam—seperti pisau yang sengaja diarahkan tepat ke sasaran.Rhevan membuka mulut, hendak membalas. Namun Nadine lebih dulu memoton

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Ketahuan

    “Astaga…” Bu Keke syok berat. Matanya membola hingga ia refleks menutup mulut. “Apa-apaan mereka berdua?” Pemandangan yang ditangkap oleh kedua matanya jelas bukan sesuatu yang bisa dibenarkan. “Gak! Ini gak bisa dibiarkan! Mba Nadine harus tau soal ini!” Dengan buru-buru, Bu Keke mengeluarkan ponselnya. Ia segera membuka kamera dan merekam Rhevan dan Amanda yang sedang bermesraan. “Aku harus laporkan ini ke Bu RT juga. Bisa-bisanya mereka mengaku kakak adik, padahal—” Bu Keke bergidik ngeri. Merinding melihat kelakuan pasangan itu. “Hii, jijik banget lihatnya.” Setelah memastikan video itu sudah tersimpan rapi, Bu Keke pun segera pergi dari sana. Tujuan utamanya hanyalah melapor pada Nadine dan juga RT setempat. *** [“Mba! Saya punya info penting!”] [“Tapi saya mohon ya! Mba Nadine jangan kaget!”] Nadine baru saja akan istirahat saat Bu Keke mengirimkan chat seperti itu. Bukan hanya chat saja, tapi juga satu video. Dan begitu dia membuka dan melihat isinya, bukan rasa kaget y

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Sibuk Bermesraan

    Rhevan sedang bersantai di ruang tamu dengan punggung bersandar di sofa, kaki selonjor, ponsel di tangan. Ia hanya memakai kaos polos dan celana training panjang. Hari ini ia sengaja mengambil cuti karena ingin menemani Amanda shopping. Dan kebetulan, mereka baru saja pulang dari mall. Tak berselang lama, Manda keluar dari dapur sambil membawa dua gelas jus. Rambutnya masih setengah basah karena habis mandi. Ia meletakkan jus buatannya di meja dan duduk di samping Rhevan sambil berkata, “Mas, ini buat kamu.” Rhevan meraih gelas itu. “Makasih, sayang.” Manda tersenyum, lalu menyandarkan punggungnya. “Aku seneng deh, Mas. Hari ini kamu rela libur buat nemenin aku belanja.” Rhevan terkekeh. “Sesekali nggak apa-apa.” Manda menoleh, matanya menyipit nakal. “Nanti malam kamu mau dimasakin apa?” tanyanya, nada suaranya dibuat manja. “Aku aja deh yang masak, soalnya aku tau Nadine pasti nggak bakalan mau.” Rhevan meliriknya sekilas, senyum tipis tersungging. “Aku sih terserah kamu

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Kurang Tidur

    “Menurut kamu—kulit yang begini sudah bagus?” Sambil memamerkan tubuhnya, Dirga berbalik.Membuat Nadine nyaris lupa cara bernapas.Dirga berdiri tepat di hadapannya, hanya membuka kancing atas kemejanya sekadar memberi ruang udara. Tapi itu sudah cukup membuat Nadine tercekat. Garis otot dadanya tampak jelas, perutnya rata dengan lekuk sixpack yang tidak berlebihan—bukan tubuh pamer, melainkan tubuh orang yang terbiasa bekerja keras. Otot lengannya terlihat kokoh saat ia mengangkat tangan, kulit kecokelatan itu berkilau samar terkena cahaya siang yang masuk lewat sela jendela.Bukan tipe yang dibuat-buat. Namun menyimpan justru itu yang berbahaya.“Bagus kok. Bagus banget malah!” Nadine cepat-cepat menelan ludah dan mengalihkan pandangan ke tablet di pangkuannya.“Hm?” Dirga mengeringai. "Akhirnya kamu mengakuinya juga."“E—eh… maksudku… ya kulit kamu itu udah pas. Sehat juga,” katanya sambil menahan nada suaranya agar terdengar biasa saja.Dirga mengamati reaksinya, sudut bibirnya t

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Gerah

    “Dirga keren juga ya ternyata.” Sadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan, Nadine segera menggelengkan kepalanya. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu memaksa dirinya kembali fokus ke hal lain. "Duh, apa yang baru saja aku katakan?"Ia menurunkan pandangan ke map dan tablet yang tadi diberikan Pak Arman. “Daripada mikirin Dirga, mending aku nyicil kerjaan aja deh.”Di meja kecil dalam bangunan semi permanen itu, Nadine mulai mencatat kiriman material yang baru masuk. Truk semen berhenti tak jauh dari pos, beberapa pekerja menurunkan karung demi karung dengan cekatan.“Oke, kiriman semen tahap dua,” gumamnya sambil mengecek dokumen pengiriman. Tangannya bergerak lincah mencocokkan nomor DO dengan data yang dikirim pusat.Sesekali ia menoleh ke arah area bongkar muat, memastikan jumlahnya sesuai.“110, 111, 112...” Ia berhenti sejenak, mengernyit. “Loh?”Nadine membuka kembali file di tabletnya. “Di data pusat harusnya 120.”Ia bangkit dari duduknya dan mendekati Pak Arman yang mengawasi

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Pesona Sang Duda

    l“Dirga?” gumamnya nyaris tak terdengar.Pak Arman yang berjalan di depannya berhenti dan menoleh. “Oh, kamu kenal Pak Dirga?”Nadine tersentak. “P—Pak Dirga?”Pria itu menoleh, seolah mendengar namanya disebut. Tatapannya bertemu dengan mata Nadine.Lalu alisnya terangkat tipis, ekspresi datarnya berubah menjadi terkejut yang samar. “Nadine?”Pak Arman tersenyum kecil, tampak sama sekali tidak menyadari ketegangan yang muncul di antara keduanya. “Ini Pak Dirga, mandor di proyek ini,” jelasnya santai. “Biasanya beliau jarang ke lapangan pagi-pagi begini, tapi hari ini lagi ngecek progres.”Nadine menelan ludah. Dadanya mendadak terasa penuh. Dari sekian kemungkinan, ini yang paling tidak ia duga. Yaah, dia tidak menyangka jika ia bisa satu proyek dengan Dirga, walaupun dia sangat berharap jika satu lapangan dengan si duda.“Pak Dirga!” Pak Arman menyapa dengan ramah. “Ini Mba Nadine. Tapi—sepertinya kalian sudah saling kenal, ya?” godanya.“Iya, Pak,” Dirga akhirnya bersuara, suaranya

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status