Share

Kapan Kamu Hamil?

last update Last Updated: 2025-10-03 18:55:45

"Nadine! Kamu itu mandul ya?"

Gerakan tangan Nadine seketika itu juga berhenti. Tadinya ia sedang mengaduk teh untuk di suguhkan pada sang mertua ketika pertanyaan menohok itu meluncur tanpa beban dari wanita paruh baya di depannya.

"Mama kenapa bilang seperti itu?"

"Ya gimana Mama gak nuduh kamu mandul, kamu ini loh udah nikah lama sama Rhevan tapi belum juga hamil. Kalau gak mandul apa namanya?" Suara sinis wanita dengan rambut di gelung tinggi itu membuat hati Nadine semakin meradang.

"Aku gak mandul, Ma. Cuma memang belum dikasih rejeki aja," balas Nadine setenang mungkin.

"Belum rejeki kok sampai 5 tahun. Mama ini capek tau ditanya sama orang-orang soal cucu," Bu Ratih— ibu kandung Rhevan kembali bersuara. Nadanya terdengar penuh protes sekaligus menyudutkan. "Lagian kamu ini juga gak malu apa karena belum hamil?"

Nadine menunduk. Ia mencoba tetap tenang dan fokus pada teh yang dibuat. Meskipun dadanya terasa sesak karena kata-kata kejam sang Mama.

"Coba kamu ke dokter! Pe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Nadine Pingsan

    “Nadine?!” Dirga menempelkan wajahnya lebih dekat ke kaca jendela. Matanya melebar begitu melihat tubuh Nadine tergeletak di lantai ruang tamu. Rambutnya berantakan, wajahnya pucat, dan dari gerak dada yang naik-turun pun terlihat betapa napasnya berat. “Ya Tuhan, Nadine!” desisnya panik. Tanpa pikir panjang, ia langsung mencoba membuka pintu rumah itu. Terkunci. Ia memutar-mutar gagang, menghentak, tapi tetap saja tak terbuka. Jantung Dirga berdetak kencang. Rasa panik menguasai tubuhnya. Tak bisa berpikir panjang, ia mengambil ancang-ancang lalu menghantamkan bahunya ke pintu. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Hingga akhirnya pintu yang dikunci dari dalam tersebut bisa terbuka. “Nadine!” Dirga berlari masuk. Pandangannya langsung tertuju pada sosok Nadine yang masih tergeletak tak sadarkan diri. Ia segera berlutut di samping tubuh perempuan itu, mengguncang bahunya pelan. “Nadine! Nadine! Bangun! Astaga, tubuh kamu panas banget,” ucapnya panik saat menyentuh dahi dan pipi Nadine

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Selingkuhan Yang Nakal

    "Kamu nakal banget." Saat Rhevan berkata demikian, Amanda hanya terkekeh puas. Ia mengalungkan lengannya di leher Rhevan dan berkata, "Sengaja Mas. Biar istri kamu itu curiga. Lalu dia pasti cari tau soal kita dan langsung minta cerai." "Kamu yakin semudah itu?" tanya Rhevan sambil merapikan helai rambut selingkuhannya. "Aku yakin 100%," balas Amanda penuh percaya diri. "Aku udah gak sabar pengen nikah sama kamu. Aku mau kita bisa sama-sama terus setiap hari tanpa harus kucing-kucingan." "Aku juga sama, Sayang." Rhevan hanya bisa memandangi wajah Amanda yang tersenyum licik di pelukannya. Ia menunduk, meraih tangan Amanda dan menggenggamnya erat. “Tapi kamu harus sabar, Sayang! Nadine bukan tipe perempuan yang gampang menyerah. Dia keras kepala, apalagi soal rumah tangga.” Amanda mendengus, memutar bola matanya malas. “Itu urusan kecil. Tinggal kita bikin dia makin sakit hati, makin tersiksa, dan akhirnya dia bakal lelah sendiri. Percaya deh sama aku.” Rhevan terdiam. Kata-kata

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Suara Siapa Itu?

    Pagi itu, mata Nadine terasa berat. Semalaman ia hanya bisa memejamkan mata sebentar, lalu kembali terbangun dengan rasa gelisah yang sama. Ponselnya berkali-kali ia cek, tapi tetap saja—tak ada kabar dari Rhevan. "Kenapa Mas Rhevan susah banget buat dihubungi?" "Apa di sana gak ada sinyal?" tanyanya, "enggak! Mustahil di sana gak ada sinyal," ucap Nadine berusaha menepis pikirannya barusan. Sekarang, ia duduk di meja makan dengan secangkir teh hangat yang nyaris tak tersentuh. Pandangannya kosong, jemarinya mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan resah. "Kenapa dia nggak ngasih kabar sama sekali?" "Apa emang dia sesibuk itu sama kerjaannya?" Ia mengambil ponselnya. Berniat untuk menelpon sang suami sekali lagi. Namun sebelum itu terjadi, layar ponselnya lebih dahulu bergetar. Nama Rhevan muncul di sana hingga membuat Nadine kaget sekaligus lega. "Halo Mas, kamu ke mana aja? Dari kemarin aku nyoba hubungi kamu. Tapi hape kamu mati." ["Halo Nad."] Suara pria di seberang terdengar

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Rasanya— Campur Aduk

    Nadine memandangi pria itu selama beberapa saat. Menghela nafas, dan kemudian berkata, "Aku pulang dulu." Dirga hendak menahan, bibirnya sempat terbuka, tapi kemudian ia menutupnya lagi. Ia hanya bisa mengangguk, tak berani melangkah lebih jauh. “Oke," ucapnya lirih. "Makasih buat makanannya." Nadine pun berbalik, melangkah cepat keluar rumah itu sebelum pikirannya semakin kacau. Udara malam yang menyapa kulitnya justru terasa makin menyesakkan dada. Sepanjang perjalanan pulang, perasaannya campur aduk. Ada penyesalan, ada kerinduan yang tak seharusnya muncul, juga ada kemarahan pada dirinya sendiri. Begitu masuk ke rumah, Nadine langsung menutup pintu dengan keras, bersandar pada daun pintu, lalu memejamkan mata. Nafasnya tersengal. Tanpa bisa ditahan, kenangan masa SMA kembali menghantam pikirannya. Dulu, saat masih SMA, ia memang sering menunggu Dirga di depan kelas dengan kotak bekal di tangan. Nadine tersenyum setiap kali melihatnya Dirga menghampirinya dengan wajah ceria.

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Astaga Dirga (21+)

    Nadine berhenti tepat di depan rumah Dirga. Rumah itu terlihat temaram di area halaman. Ia menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu, berusaha menenangkan debar jantung yang makin keras. Tok. Tok. Tok. Tidak butuh waktu lama, pintu terbuka. Dari dalam, muncullah Dirga. "Siapa ya?" Pria itu berdiri dengan keadaan topless dan hanya mengenakan boxer ketat yang membuat miliknya sedikit menonjol. Rambut Dirga tampak basah, beberapa tetes air mengalir turun di pelipis hingga ke rahangnya. Bau sabun mandi seketika menyergap hidung Nadine. Perempuan itu mematung. Penampilan Dirga yang baru saja selesai mandi berhasil membuatnya menahan nafas selama beberapa saat. Sorot mata Dirga sedikit terkejut melihat siapa yang datang. Namun bibirnya perlahan melengkung, menampakkan senyum hangat yang tak kalah menegangkan. “Nadine? Ada apa?” suaranya rendah, agak serak, mungkin karena baru selesai mandi. “Tumben ke sini malem-malem. Ada ular lagi ya?" tanyanya setengah menggoda. Nadine mengerja

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Rhevan Dan Simpanannya (21+)

    "Umph! Mpphhm..." "Mas... Kalem aja! Aku nggak ke mana-mana kok." "Memang. Tapi ngeliat kamu pakai bikini seperti sekarang membuatku jadi tak tahan." Pria itu— Rhevan tak bisa menahan gairahnya ketika melihat sang kekasih tampil dengan balutan bikini model halter top dengan potongan kerah V. Dan bawahan rok mini model A-line yang mengembang ringan. "Kamu saksi sekali." "Lebih seksi mana dengan istri kamu?" Rhevan yang tadinya sibuk mengecup leher si wanita langsung mendengkus. "Itu pertanyaan yang gak perlu aku jawab." Si wanita dengan raut sedikit cemberut dan gaya yang manja kembali menyahut, "Kenapa? Kamu bingung buat milih mana yang lebih seksi?" "Bukan. Tapi tanpa perlu membandingkan, jelas kamu menang dari segala aspek." "Oh ya? Aku nggak perca— umph..." Rhevan tidak memberi kesempatan lagi pada perempuan itu untuk menggodanya dengan kata-kata. Bibirnya langsung kembali menyambar bibir mungil sang kekasih, melumatnya penuh hasrat. Ciumannya dalam, panas, dan menuntut. Pe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status