Share

Maafkan Aku

last update Last Updated: 2025-12-01 19:32:26

"Unghhh..."

Nadine membuka kedua matanya. Kepalanya pusing. Perutnya sedikit nyeri. Dan pandangannya masih sedikit kabur.

"Ini... Di ma—"

"Nadine..."

Kesadaran perempuan itu langsung terkumpul ketika mendengar suara wanita paruh baya yang tidak asing.

"Nadine... Nak..." Sebuah pelukan dari sepasang lengan yang mulai keriput itu menyambutnya. Memberikan dekapan hangat sesaat setelah ia siuman.

"M- Mama?" Nadine semakin bingung. Ia bahkan hampir lupa membalas pelukan wanita yang sudah beberapa bulan ini tidak ia temui. "Kenapa aku bisa—"

"Nadine..."

Suara lain kembali terdengar olehnya. Tapi ekspresi wajahnya berbanding terbalik dengan sebelumnya. Kini raut wajahnya dipenuhi rasa kaget dan emosi.

"Mas Rhevan. Kamu—" Nadine menggeram kesal, sorot matanya menajam, terlebih ketika ia ingat kejadian beberapa saat yang lalu. "Kenapa kamu—"

"Nadine..." Rhevan menghampiri istrinya, menggantikan posisi ibu Nadine untuk merangkul pinggangnya.

“Nadine… sayang… maafkan aku…” pinta Rhevan mulai ter
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nuriasmara
ih kesel sama rhevan bisa²nya dia bersandiwara...semoga saja nadin tidak berubah pikiran,,,...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Video Viral

    Begitu pintu rumah terbuka, Nadine melangkah masuk dengan wajah setenang mungkin. Gerakannya terukur, napasnya stabil—seolah tak ada apa pun yang terjadi di luar sana. Padahal dadanya bergejolak hebat, dipenuhi amarah yang ia tekan rapat-rapat. Di ruang tamu, Rhevan sedang selonjoran di sofa, satu kaki bertumpu santai di sandaran, ponsel di tangan. Ia mendongak begitu mendengar suara pintu terbuka. “Kamu udah pulang?” tanyanya ringan, nadanya datar—terlalu santai untuk seseorang yang seharusnya merasa bersalah. “Hm,” jawab Nadine singkat. Tanpa menoleh lagi, ia melangkah melewati ruang tamu, melewati Rhevan seolah pria itu tak lebih dari perabot rumah. Rhevan mengernyit tipis, “Tumben?” Langkah Nadine terhenti. Ia menoleh perlahan, menatap Rhevan dengan sorot mata dingin yang menusuk. “Tumben kamu penasaran banget sama hidupku?” Nada suaranya tenang, tapi tajam—seperti pisau yang sengaja diarahkan tepat ke sasaran. Rhevan membuka mulut, hendak membalas. Namun Nadine lebih

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Video Viral

    Begitu pintu rumah terbuka, Nadine melangkah masuk dengan wajah setenang mungkin. Gerakannya terukur, napasnya stabil—seolah tak ada apa pun yang terjadi di luar sana. Padahal dadanya bergejolak hebat, dipenuhi amarah yang ia tekan rapat-rapat.Di ruang tamu, Rhevan sedang selonjoran di sofa, satu kaki bertumpu santai di sandaran, ponsel di tangan. Ia mendongak begitu mendengar suara pintu terbuka.“Kamu udah pulang?” tanyanya ringan, nadanya datar—terlalu santai untuk seseorang yang seharusnya merasa bersalah.“Hm,” jawab Nadine singkat. Tanpa menoleh lagi, ia melangkah melewati ruang tamu, melewati Rhevan seolah pria itu tak lebih dari perabot rumah.Rhevan mengernyit tipis, “Tumben?”Langkah Nadine terhenti. Ia menoleh perlahan, menatap Rhevan dengan sorot mata dingin yang menusuk. “Tumben kamu penasaran banget sama hidupku?” Nada suaranya tenang, tapi tajam—seperti pisau yang sengaja diarahkan tepat ke sasaran.Rhevan membuka mulut, hendak membalas. Namun Nadine lebih dulu memoton

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Ketahuan

    “Astaga…” Bu Keke syok berat. Matanya membola hingga ia refleks menutup mulut. “Apa-apaan mereka berdua?” Pemandangan yang ditangkap oleh kedua matanya jelas bukan sesuatu yang bisa dibenarkan. “Gak! Ini gak bisa dibiarkan! Mba Nadine harus tau soal ini!” Dengan buru-buru, Bu Keke mengeluarkan ponselnya. Ia segera membuka kamera dan merekam Rhevan dan Amanda yang sedang bermesraan. “Aku harus laporkan ini ke Bu RT juga. Bisa-bisanya mereka mengaku kakak adik, padahal—” Bu Keke bergidik ngeri. Merinding melihat kelakuan pasangan itu. “Hii, jijik banget lihatnya.” Setelah memastikan video itu sudah tersimpan rapi, Bu Keke pun segera pergi dari sana. Tujuan utamanya hanyalah melapor pada Nadine dan juga RT setempat. *** [“Mba! Saya punya info penting!”] [“Tapi saya mohon ya! Mba Nadine jangan kaget!”] Nadine baru saja akan istirahat saat Bu Keke mengirimkan chat seperti itu. Bukan hanya chat saja, tapi juga satu video. Dan begitu dia membuka dan melihat isinya, bukan rasa kaget y

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Sibuk Bermesraan

    Rhevan sedang bersantai di ruang tamu dengan punggung bersandar di sofa, kaki selonjor, ponsel di tangan. Ia hanya memakai kaos polos dan celana training panjang. Hari ini ia sengaja mengambil cuti karena ingin menemani Amanda shopping. Dan kebetulan, mereka baru saja pulang dari mall. Tak berselang lama, Manda keluar dari dapur sambil membawa dua gelas jus. Rambutnya masih setengah basah karena habis mandi. Ia meletakkan jus buatannya di meja dan duduk di samping Rhevan sambil berkata, “Mas, ini buat kamu.” Rhevan meraih gelas itu. “Makasih, sayang.” Manda tersenyum, lalu menyandarkan punggungnya. “Aku seneng deh, Mas. Hari ini kamu rela libur buat nemenin aku belanja.” Rhevan terkekeh. “Sesekali nggak apa-apa.” Manda menoleh, matanya menyipit nakal. “Nanti malam kamu mau dimasakin apa?” tanyanya, nada suaranya dibuat manja. “Aku aja deh yang masak, soalnya aku tau Nadine pasti nggak bakalan mau.” Rhevan meliriknya sekilas, senyum tipis tersungging. “Aku sih terserah kamu

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Kurang Tidur

    “Menurut kamu—kulit yang begini sudah bagus?” Sambil memamerkan tubuhnya, Dirga berbalik.Membuat Nadine nyaris lupa cara bernapas.Dirga berdiri tepat di hadapannya, hanya membuka kancing atas kemejanya sekadar memberi ruang udara. Tapi itu sudah cukup membuat Nadine tercekat. Garis otot dadanya tampak jelas, perutnya rata dengan lekuk sixpack yang tidak berlebihan—bukan tubuh pamer, melainkan tubuh orang yang terbiasa bekerja keras. Otot lengannya terlihat kokoh saat ia mengangkat tangan, kulit kecokelatan itu berkilau samar terkena cahaya siang yang masuk lewat sela jendela.Bukan tipe yang dibuat-buat. Namun menyimpan justru itu yang berbahaya.“Bagus kok. Bagus banget malah!” Nadine cepat-cepat menelan ludah dan mengalihkan pandangan ke tablet di pangkuannya.“Hm?” Dirga mengeringai. "Akhirnya kamu mengakuinya juga."“E—eh… maksudku… ya kulit kamu itu udah pas. Sehat juga,” katanya sambil menahan nada suaranya agar terdengar biasa saja.Dirga mengamati reaksinya, sudut bibirnya t

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Gerah

    “Dirga keren juga ya ternyata.” Sadar dengan apa yang baru saja ia ucapkan, Nadine segera menggelengkan kepalanya. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu memaksa dirinya kembali fokus ke hal lain. "Duh, apa yang baru saja aku katakan?"Ia menurunkan pandangan ke map dan tablet yang tadi diberikan Pak Arman. “Daripada mikirin Dirga, mending aku nyicil kerjaan aja deh.”Di meja kecil dalam bangunan semi permanen itu, Nadine mulai mencatat kiriman material yang baru masuk. Truk semen berhenti tak jauh dari pos, beberapa pekerja menurunkan karung demi karung dengan cekatan.“Oke, kiriman semen tahap dua,” gumamnya sambil mengecek dokumen pengiriman. Tangannya bergerak lincah mencocokkan nomor DO dengan data yang dikirim pusat.Sesekali ia menoleh ke arah area bongkar muat, memastikan jumlahnya sesuai.“110, 111, 112...” Ia berhenti sejenak, mengernyit. “Loh?”Nadine membuka kembali file di tabletnya. “Di data pusat harusnya 120.”Ia bangkit dari duduknya dan mendekati Pak Arman yang mengawasi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status