Share

Masalah Clear

last update Last Updated: 2025-11-16 20:00:35

Suara bising mesin bor dan dentuman logam terdengar bersahutan di antara udara panas siang itu. Debu semen beterbangan, menempel di sepatu kulit hitam yang sudah berlapis kotoran proyek.

Di lantai dasar bangunan setinggi belasan lantai itu, Dirga berdiri dengan helm putih di kepalanya. Kemeja lengan panjangnya digulung hingga siku, memperlihatkan pergelangan tangan yang berotot dan berbalut jam tangan hitam elegan.

Pandangannya tajam, menyapu setiap sudut proyek yang sedang berjalan. “Pastikan material baja dikirim sore ini,” ujarnya tegas pada salah satu mandor.

“Kalau telat lagi, semua timeline bisa berantakan. Jadi usahakan barangnya datang tepat waktu."

“Siap, Pak Dirga!” seru mandor itu cepat, lalu berlari ke arah kontainer material.

Dirga mengangguk pelan, lalu melangkah ke sisi bangunan yang lebih sepi. Ia memeriksa beberapa berkas di tablet, mencatat sesuatu, hingga tiba-tiba ponselnya bergetar di saku celana.

Ia menatap layar sebentar. Keningnya berkerut sesaat, tapi kemudi
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Ancaman dan Pukulan

    PLAAAK! Tamparan kedua itu mendarat lebih keras, menghantam bibir Nadine hingga terasa robek. Kepalanya terpelanting ke samping saking kerasnya. “Mas! Kamu— aw!!” suara Nadine tercekat, bercampur kaget dan sakit. “Kamu benar-benar wanita nggak tahu diuntung!” hardik Rhevan dengan napas memburu, wajahnya merah oleh amarah. Nadine menegakkan wajahnya perlahan, darah mengalir tipis dari sudut bibirnya. Matanya menatap Rhevan tanpa gentar. “Terserah kamu mau nyebut aku apa,” katanya serak namun tegas, “yang jelas kamu udah kalah, Mas!” “Sialan!” Rhevan menggeram. Dalam satu langkah kasar, ia maju dan kali ini tangannya langsung mencekik leher Nadine, menekan tanpa ampun hingga membuat perempuan itu terbelalak. “Ughh—!” Nadine tercekik, tangannya refleks mencengkeram pergelangan Rhevan agar bisa meloloskan diri. “Kamu sudah bikin aku malu, Nadine!” bentak Rhevan sambil mencekik lebih kuat. “Kamu tega menghancurkan karierku! Masa depanku!” amuknya. “Bukan aku yang ngerusak semuanya

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Video Viral

    Begitu pintu rumah terbuka, Nadine melangkah masuk dengan wajah setenang mungkin. Gerakannya terukur, napasnya stabil—seolah tak ada apa pun yang terjadi di luar sana. Padahal dadanya bergejolak hebat, dipenuhi amarah yang ia tekan rapat-rapat. Di ruang tamu, Rhevan sedang selonjoran di sofa, satu kaki bertumpu santai di sandaran, ponsel di tangan. Ia mendongak begitu mendengar suara pintu terbuka. “Kamu udah pulang?” tanyanya ringan, nadanya datar—terlalu santai untuk seseorang yang seharusnya merasa bersalah. “Hm,” jawab Nadine singkat. Tanpa menoleh lagi, ia melangkah melewati ruang tamu, melewati Rhevan seolah pria itu tak lebih dari perabot rumah. Rhevan mengernyit tipis, “Tumben?” Langkah Nadine terhenti. Ia menoleh perlahan, menatap Rhevan dengan sorot mata dingin yang menusuk. “Tumben kamu penasaran banget sama hidupku?” Nada suaranya tenang, tapi tajam—seperti pisau yang sengaja diarahkan tepat ke sasaran. Rhevan membuka mulut, hendak membalas. Namun Nadine lebih

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Dukungan

    Akhirnya Nadine, dengan diantar oleh Dirga, memutuskan untuk pulang. Namun bukan langsung ke rumah tempat ia tinggal bersama Rhevan. Mobil Dirga justru berhenti di depan rumah Bu Nana—tempat berkumpulnya beberapa warga. Begitu melangkah masuk, Nadine langsung disambut oleh Bu Nana sebagai tuan rumah, Bu Keke, serta beberapa ibu lain. Dirga tetap berada di sisi Nadine, seolah menjadi perisai tak kasatmata bagi perempuan 25 tahun tersebut. Nadine menatap Bu Keke dengan mata berkaca-kaca. Suaranya terdengar bergetar saat bertanya, “Bu Keke… yang tadi itu videonya asli kan? Bukan hasil AI atau editan?” tanya Nadine dengan ekspresi yang dibuat sewajarnya. Meskipun kemesraan itu bukan yang pertama, tapi Nadine pura-pura baru mengetahui itu semua. Bu Keke menggeleng cepat, ekspresinya serius. “Demi Tuhan, Mba Nadine, saya gak bohong. Itu asli. Mereka bener-bener ciuman. Mesra sekali mereka.” “Tapi…” Nadine mengusap dadanya pelan, seolah napasnya terasa sesak. “Rasanya itu mustahil.” Bu

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Ketahuan

    “Astaga…” Bu Keke syok berat. Matanya membola hingga ia refleks menutup mulut. “Apa-apaan mereka berdua?” Pemandangan yang ditangkap oleh kedua matanya jelas bukan sesuatu yang bisa dibenarkan. “Gak! Ini gak bisa dibiarkan! Mba Nadine harus tau soal ini!” Dengan buru-buru, Bu Keke mengeluarkan ponselnya. Ia segera membuka kamera dan merekam Rhevan dan Amanda yang sedang bermesraan. “Aku harus laporkan ini ke Bu RT juga. Bisa-bisanya mereka mengaku kakak adik, padahal—” Bu Keke bergidik ngeri. Merinding melihat kelakuan pasangan itu. “Hii, jijik banget lihatnya.” Setelah memastikan video itu sudah tersimpan rapi, Bu Keke pun segera pergi dari sana. Tujuan utamanya hanyalah melapor pada Nadine dan juga RT setempat. *** [“Mba! Saya punya info penting!”] [“Tapi saya mohon ya! Mba Nadine jangan kaget!”] Nadine baru saja akan istirahat saat Bu Keke mengirimkan chat seperti itu. Bukan hanya chat saja, tapi juga satu video. Dan begitu dia membuka dan melihat isinya, bukan rasa kaget y

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Sibuk Bermesraan

    Rhevan sedang bersantai di ruang tamu dengan punggung bersandar di sofa, kaki selonjor, ponsel di tangan. Ia hanya memakai kaos polos dan celana training panjang. Hari ini ia sengaja mengambil cuti karena ingin menemani Amanda shopping. Dan kebetulan, mereka baru saja pulang dari mall. Tak berselang lama, Manda keluar dari dapur sambil membawa dua gelas jus. Rambutnya masih setengah basah karena habis mandi. Ia meletakkan jus buatannya di meja dan duduk di samping Rhevan sambil berkata, “Mas, ini buat kamu.” Rhevan meraih gelas itu. “Makasih, sayang.” Manda tersenyum, lalu menyandarkan punggungnya. “Aku seneng deh, Mas. Hari ini kamu rela libur buat nemenin aku belanja.” Rhevan terkekeh. “Sesekali nggak apa-apa.” Manda menoleh, matanya menyipit nakal. “Nanti malam kamu mau dimasakin apa?” tanyanya, nada suaranya dibuat manja. “Aku aja deh yang masak, soalnya aku tau Nadine pasti nggak bakalan mau.” Rhevan meliriknya sekilas, senyum tipis tersungging. “Aku sih terserah kamu

  • Mas Duda, Tolong Buat Aku Puas   Kurang Tidur

    “Menurut kamu—kulit yang begini sudah bagus?” Sambil memamerkan tubuhnya, Dirga berbalik.Membuat Nadine nyaris lupa cara bernapas.Dirga berdiri tepat di hadapannya, hanya membuka kancing atas kemejanya sekadar memberi ruang udara. Tapi itu sudah cukup membuat Nadine tercekat. Garis otot dadanya tampak jelas, perutnya rata dengan lekuk sixpack yang tidak berlebihan—bukan tubuh pamer, melainkan tubuh orang yang terbiasa bekerja keras. Otot lengannya terlihat kokoh saat ia mengangkat tangan, kulit kecokelatan itu berkilau samar terkena cahaya siang yang masuk lewat sela jendela.Bukan tipe yang dibuat-buat. Namun menyimpan justru itu yang berbahaya.“Bagus kok. Bagus banget malah!” Nadine cepat-cepat menelan ludah dan mengalihkan pandangan ke tablet di pangkuannya.“Hm?” Dirga mengeringai. "Akhirnya kamu mengakuinya juga."“E—eh… maksudku… ya kulit kamu itu udah pas. Sehat juga,” katanya sambil menahan nada suaranya agar terdengar biasa saja.Dirga mengamati reaksinya, sudut bibirnya t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status