Share

Mas Duda Yang Dihina
Mas Duda Yang Dihina
Author: Ayu Sekti

01

Author: Ayu Sekti
last update Last Updated: 2025-06-15 12:37:56

"Mas, kita bercerai saja. Aku sudah tidak betah hidup dengan kamu yang miskin!" ujar seorang wanita berumur sekitar 23 tahun.

"Jangan begitu, Dek. Bertahanlah dan bersabar menjalani hidup ini. Untuk menjadi kaya itu butuh proses. Mas memang hanya seorang kuli, tetapi mas itu tanggung jawab meski semua serba kekurangan. Toh, Nilam bisa sekolah," jawab Bayu dengan nada ramah. Seorang pria berumur 28 tahun yang sudah mempunyai anak perempuan berumur tujuh tahun.

"Sudahlah, Mas. Aku sudah bertahan lima tahun denganmu, tetapi hidup ini masih seperti ini saja. Lihat dasterku lusuh. Apalagi wajahku. Tak pernah kau belikan aku skincare! Lihat, istrinya Mas Weldan, cantik dan selalu tercukupi. Pokoknya hari ini aku ingin pulang ke rumah ibuku. Aku juga mau menikah dengan Mas Weldan," ungkap istrinya Bayu yang bernama Rengganis.

"Rengganis, apa kamu bilang? Menikah dengan Weldan suami orang itu? Jangan mencari prahara di atas rumah tangga orang lain, Dek. Bahaya. Nanti mas yang malu. Maaf kalau mas belum bisa memberikan kebutuhan untuk keperluan kecantikanmu. Tahu sendiri kan, buat makan dan biaya sekolah Nilam saja pas pasan. Pikirkanlah matang-matang jika kamu ingin berpisah denganku. Siapa tahu, kelak, mas akan sukses dan kamu menyesal," sahut Bayu dengan nada sedikit emosi. Namun, ia berusaha tetap tenang.

Rengganis berkacak pinggang sambil menatap Bayu dengan tatapan sinis. Ia duduk di ruang tamu usang bersama Bayu yang sedang membuat kerajinan berupa sangkar burung. Selain menjadi kuli, Bayu berusaha menyempatkan membuat sangkar burung peliharaan yang kini diminati oleh kaum lelaki yang suka memelihara.

"Cuih. Ya enggaklah. Kenapa aku harus menyesal berpisah denganmu? Yang ada aku malah bebas dari kesengsaraan ini. Aku bosan, Mas. Tiap hari makan hanya dengan sambal dan kerupuk. Lihat, Mas Weldan kaya seorang kerja kantoran yang mapan. Punya mobil dan rumah. Lah kamu, rumah kecil, sempit dan reyot!" ejek Rengganis.

Ia membandingkan suaminya dengan Weldan yang seorang pekerja kantoran. Weldan memang terlahir dari anak kaya. Rumahnya tidak jauh dari rumah mereka. Hanya berjarak dia rumah dari tetangganya.

"Istighfar, Dek. Meskipun rumah ini kecil, tetapi layak dihuni dan tidak bocor. Mas selalu berusaha merawat rumah ini. Lihat, aku juga mencari kesibukan lain yang bisa menghasilkan uang. Meski hasilnya belum seberapa. Tapi yakinkah, suatu saat, yang beli banyak! Kasihan Nilam jika kau tinggalkan. Dia masih kecil dan masih butuh kasih sayang seorang ibu."

Bayu tetap memberi semangat kepada sang istri agar tidak jadi bercerai dengannya karena pria itu sangat sabar. Rengganis lah yang kurang bersyukur. Waktu itu, pagi hari sekitar pukul 09.00 WIB. Di mana anak mereka masih sekolah. Sehingga perdebatan mereka tidak didengar oleh sang anak. Bayu sangat perhatian dengan sang anak dan berharap Rengganis tidak menceraikan dirinya.

"Sudahlah, Mas. Jangan sok alim. Nih, aku sudah mengemasi barang-barangku. Aku nitip Nilam. Dan jaga dia baik-baik. Jika kamu itu tidak miskin, aku tidak pergi darimu. Sudah lima tahun kita menikah. Hidup kita tidak berubah. Aku ingin mengubahnya sekarang juga. Jangan mencari aku lagi karena aku sudah dibelikan rumah baru oleh Mas Weldan!"

Rengganis bersiap-siap untuk pergi dari rumah Bayu. Ia sudah dibutakan oleh kemewahan dunia yang menipu.

"Dek, jangan tinggalkan, mas. Kasihan Nilam." Hanya itu yang bisa Bayu ucapkan. Harga dirinya sebagai pemimpin keluarga terkoyak gara-gara ulah istrinya.

Rengganis sudah ke luar dari rumah Bayu. Ia benar-benar pergi meninggalkan rumah Bayu. Wanita itu juga tidak lupa meninggalkan surat gugatan cerai dan Bayu harus menandatangani surat tersebut.

"Ya Alloh, Dek. Kau sudah mempersiapkan sejauh ini. Kau tega sekali mengkhianati pernikahan kita," ujar Bayu sambil meremas surat cerai tersebut. Dalam dadanya, berkobar rasa yang tidak pernah padam.

Bayu, seorang pria miskin yang hidupnya jauh dari kata nyaman. Rumahnya yang sederhana, di pinggiran kota, kini hanya dihuni dirinya dan seorang anak perempuannya yang masih duduk di bangku sekolah dasar, bernama Nilam. Setelah ditinggal Rengganis, hidup Bayu semakin berat.

Bayu hanya bekerja serabutan, kadang menjadi buruh bangunan, kadang menjadi kuli sembako di pasar. Penghasilannya pas-pasan, hanya cukup untuk makan sehari-hari. Pakaiannya sederhana dan wajahnya selalu terlihat lelah.

Waktu menginjak pukul 12.00 WIB. Bayu bersiap-siap menjemput Nilam ke sekolah dengan mengendarai motor bututnya. Di tengah jalan, ia bertemu dengan Suherman, teman lamanya yang kini sukses menjadi pengusaha. Suherman mengendarai mobil mewah, berpakaian rapi, dan terlihat sangat makmur. Melihat Bayu, Suherman hanya tersenyum sinis.

"Wah, Bayu, masih saja begini keadaannya?" Dulu kita sama-sama susah, tapi sekarang lihat, saya sudah sukses. Kamu masih saja miskin," ujar Suherman dengan nada meremehkan.

Bayu hanya tertunduk malu. Ia tak mampu membalas ucapan Suherman. Ia tahu, hidupnya memang jauh dari kata sukses. Ia merasa terhina dan berkecil hati.

Nilam yang sudah berdiri di sampingnya pun terlihat sedih. Ia tidak suka melihat ayahnya dihina. Setelah Suherman pergi, Nilam memeluk Bayu.

"Ayah, jangan sedih," ujar Nilam yang masih memeluk sang ayah dengan penuh kehangatan.

"Ayah tetap ayahku yang terbaik."

Kata-kata Nilam sedikit menghibur Bayu yang kini hatinya sedang pilu. Bayu menyadari bahwa ia harus tetap tegar demi Nilam. Ia tidak boleh menyerah pada keadaan.

Di sekolah, Nilam berusaha akran dengan teman-temannya. Namun, beberapa temannya menertawakan Nilam karena ayahnya miskin. Nilam merasa sedih dan malu. Ia ingin sekali ayahnya sukses seperti ayah teman-temannya.

Nilam berjanji akan belajar rajin agar kelak bisa membahagiakan ayahnya. Terlebih, Nilam mengetahui bahwa ibu kandungnya sudah pergi meninggalkan dirinya. Ada rasa remuk dalam hatinya.

Keesokan harinya, Bayu kembali bekerja. Ia terdorong untuk mengubah hidupnya. Ia berusaha bekerja lebih keras lagi untuk membahagiakan Nilam.

Bayu akan membuktikan kepada Suherman dan orang-orang yang meremehkannya bahwa ia mampu untuk sukses. Ia tahu, jalan menuju kesuksesan tidak mudah, tetapi ia tidak menyerah.

Pria itu tidak mendengarkan cibiran orang yang suka merendahkan dirinya, demi masa depan Nilam dan dirinya sendiri. Ia bertekad untuk mengubah cibiran menjadi kekaguman.

Meskipun jalannya masih panjang dan penuh batu terjal, tetapi tekadnya untuk mengubah nasib tetap berkobar di hatinya.

"Kenapa Ayah menangis?" tanya Nilam sambil meletakkan buku mata pelajaran di meja. Kebetulan Bayu libur bekerja. Nilam merasa iba melihat sang ayah seperti dalam tekanan berat.

"Eh, Nilam. Ayah tidak apa-apa," jawab Bayu dengan nada datar dan menyembunyikan beban mental yang sangat berat yang sedang ia alami. Ia mengusap air matanya agar Nilam tidak ikut dalam kesedihan hebat yang baru saja ia alami.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mas Duda Yang Dihina   05

    Sore itu, Bayu berhasil menyerobot pertikaian di depan rumah Weldan yang juga melibatkan mantan istrinya. Ia tidak mau tahu lagi tentang nasib Rengganis yang telah membuat hatinya terluka. Terlebih, Rengganis adalah ibu yang tega meninggalkan buah hati yang seharusnya masih butuh kasih sayang. Tidak lama, ia sudah sampai di rumah Pak Darto. Orang yang menjadi langganan rumah burung milik Bayu. "Selamat sore, Pak. Ini pesanan rumah burungnya," sapa Bayu kepada Pak Darto yang kebetulan sedang duduk ngopi di teras depan rumah. "Eh, Mas Bayu. Mari silakan duduk dulu. Mbok e, ada tamu, kopi satu!" teriak Pak Darto kepada istrinya yang mungkin berada di dalam rumah. "Oh, iya Pak!" jawab suara Ibu-Ibu yang terdengar nyaring di telinga Bayu. Bayu menuruti permintaan Pak Darto. "Pak Darto, Bapak jadi beli berapa ya? Saya ambilkan dari gerobak saya! Maaf, saya tidak bisa lama, karena ada anak saya masih di rumah sendirian," ungkap Bayu yang bercerita apa adanya. Ia mengingat Nilam yang di

  • Mas Duda Yang Dihina   04

    "Anak-anak, kalian tidak boleh menghina sesama manusia ya. Apalagi sama teman dan keluarganya. Dosa ya. Mas Bayu, maafkan kelakuan anak-anak santri di sini ya. Semoga mereka hanya becanda. Nilam, mari sama Kak Aisyah, jika mereka menghina, nanti Kak Aisyah akan hukum mereka."Tidak lama, datanglah guru TPQ di komplek tersebut yang bernama Aisyah. Seketika hati Nilam semangat kembali dan melupakan kesedihannya. Ternyata guru ngajinya pengertian dan tidak membeda-bedakan. Bayu tetap tersenyum. Sebagai oranh dewasa, ia memaklumi kelakuan anak-anak yang mungkin pengaruh dari didikan orang tua. Kebanyakan warga komplek membanggakan kekayaan dan lupa dengan sanak saudara yang sedang kesusahan. "Nilam, ayah tidak apa-apa. Tuh, dipanggil Ibu ustadzah, jadi, kamu jangan takut mengaji ya. Jika ada apa-apa bilang sama ustadzah ya. Ini ada uang jajan setelah ngaji. Beli makanan yang sehat ya?"Bayu berjongkok dan mengusap kerudung sang anak agar tetap kuat dan tegar menghadapi kepahitan hidup.

  • Mas Duda Yang Dihina   03

    "Suami miskin saja belaku kamu, Bayu. Kamu iri kan Rengganis sebentar lagi menjadi istriku," sahut Weldan pada siang itu. Weldan berkacak pinggang di depan Bayu yang duduk di ruang tamu sederhana. Sementara Rengganis juga berdiri sambil merangkul pundak Weldan. "Aku memang miskin, Nona dan Tuan, tetapi saya mempunyai harga diri. Silakan kalian pergi dari rumah saya. Saya takut Nilam akan mengetahui konflik ini. Satu lagi, kamu ibu tidak tahu diri. Bukannya menengok Nilam, tetapi kamu malah menghina saya!" Bayu sedikit emosi karena mantan istrinya datang malah bersama selingkuhannya dan bersikap sombong. Pria mana yang tidak sakit hati. Namun, ia berusaha tegar dan kuat di depan mereka. Bayu itu pria tangguh."Hahaha, harga diri macam apa? Memangnya bisa buat beli cincin dan emas? Lihat, Mas Weldan memberikan emas dan tas branded. Bisa buat tabungan. Hla kamu, lauk ayam saja sebulan sekali. Dasar kuli miskin. Hah udahlah capek ngomong sama Mas Bayu. Cakep sih, tapi Oon, yuk, Mas kita

  • Mas Duda Yang Dihina   02

    Suatu hari, Nilam berbincang dengan ayahnya yang berada di dapur sedang sarapan. "Ayah, ini hari libur 'kan? Antar Nilam ke toko alat tulis ya? Beberapa peralatan Nilam sudah rusak," ujar Nilam dengan nada manja pada Bayu. "Oke. Sekalian beli sayur di pasar. Kamu sudah mandi, Nak?" tanya sang ayah yang bernama Bayu kepada Nilam. "Sudah dong. Nilam dah wangi coba sini," jawab Nilam dengan nada manja. "Ih bener, anak ayah wangi. Yasudah, ayo kita ke pasar." Nilam langsung digendong menuju motor bututnya. Mereka berdua menuju pasar dengan hati yang berbahagia meski mereka ditinggal wanita yang paling berharga. Setengah jam kemudian, mereka sampai di pasar tradisional. Mereka sudah memarkir motor butut mereka di tempat parkir. Dilanjutkan menuju pasar untuk membeli alat tulis milik Nilam dan membeli kebutuhan pokok. Biasanya yang berbelanja adalah Rengganis dengan diantar oleh Bayu. Sekarang Bayu hanya dengan anak cantiknya yang bernama Nilam. "Nilam, coba kamu pilih peralatan

  • Mas Duda Yang Dihina   01

    "Mas, kita bercerai saja. Aku sudah tidak betah hidup dengan kamu yang miskin!" ujar seorang wanita berumur sekitar 23 tahun. "Jangan begitu, Dek. Bertahanlah dan bersabar menjalani hidup ini. Untuk menjadi kaya itu butuh proses. Mas memang hanya seorang kuli, tetapi mas itu tanggung jawab meski semua serba kekurangan. Toh, Nilam bisa sekolah," jawab Bayu dengan nada ramah. Seorang pria berumur 28 tahun yang sudah mempunyai anak perempuan berumur tujuh tahun. "Sudahlah, Mas. Aku sudah bertahan lima tahun denganmu, tetapi hidup ini masih seperti ini saja. Lihat dasterku lusuh. Apalagi wajahku. Tak pernah kau belikan aku skincare! Lihat, istrinya Mas Weldan, cantik dan selalu tercukupi. Pokoknya hari ini aku ingin pulang ke rumah ibuku. Aku juga mau menikah dengan Mas Weldan," ungkap istrinya Bayu yang bernama Rengganis. "Rengganis, apa kamu bilang? Menikah dengan Weldan suami orang itu? Jangan mencari prahara di atas rumah tangga orang lain, Dek. Bahaya. Nanti mas yang malu. Maaf

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status