Home / Romansa / Mas Ganteng / Bab 2. Di dunia ini, sesuatu yang gampang didapatkan dan gampang dihilangkan jejaknya hanyalah uang

Share

Bab 2. Di dunia ini, sesuatu yang gampang didapatkan dan gampang dihilangkan jejaknya hanyalah uang

Author: Eka Bakti
last update Huling Na-update: 2021-10-07 12:55:12

Rumi hanya mendengkus keki. Karena jujur, dia lebih tertarik dengan uang daripada tiket-tiket mewah. Karena baginya, tiket-tiket mewah seperti itu hanya akan meninggalkan jejak. Sedangkan dia tidak ingin pekerjaan yang dia lakukan sampai meninggalkan jejak. Dia tidak ingin identitasnya diketahui oleh banyak orang. Jadi dia sangat menghindari bonus, hadiah, tiket dan paket yang berlebel mewah apa pun.

Bagi sebagaian orang, mungkin hal-hal tersebut adalah sebuah keberuntungan, tetapi tidak bagi Rumi—menjadi sebuah masalah besar dalam hidupnya.

“Menggiurkan juga liburan kapal pesiar. Liburan keliling Eropa sekalian kencan sama cewek-cewek bule,” ucap Dego tertawa.

Rumi hanya tersenyum miring. “Itu bukan peraturan kerjaan kita, Go. Kucuran uang mereka itu nggak bersih. Itu hasil mempermainkan uang negara yang sewaktu-waktu bisa jadi incaran polisi.”

Dego tergelak. “Gue cuma bercanda, Rum. Iya, gue tahu itu. Ternyata memang nggak mudah ngerayu lo sama hal-hal kayak begini. Lo memang pejudi tangguh. Nggak salah gue ketemu lo.”

Mereka kemudian tegelak di tengah-tengah pembicaraan.

Dego kemudian menarik napas dan memutar kursi. Lalu mengalihkan pandangan ke empat buah komputer yang sudah siap untuk diotak-atik dengan jari-jemarinya. “Di dunia ini, sesuatu yang gampang didapatkan dan gampang dihilangkan jejaknya hanyalah uang. Dan kita adalah orang-orang yang suka sekali bermain sama uang. Kita bisa mendapatkannya dengan mudah, lalu kita juga yang bisa menghilangkannya dengan mudah. Seperti permainan sulap yang kasat mata,” ujarnya memamerkan keahliannya dalam hal tersebut.

Rumi mengangguk-angguk, mengakui keahlian Dego. “Iya. Lo memang ahlinya dalam hal itu. Jadi, kita lakukan saja hal yang sudah biasa kita lakukan. Gue nggak mau kita dalam bahaya hanya karena barang-barang mewah seperti itu,” ucapnya memperingatkan.

Sementara Dego fokus dengan tugasnya, Rumi pun sibuk menggeser-geser layar smartphone untuk mencari tahu lebih dalam sebagai persiapan.

Sejenak tatapan Rumi terhenti pada sebuah nama yang membuatnya melotot. Nama salah seorang perwira tinggi kepolisian Bintato tertulis di sana. Membuatnya ggeleng-geleng, karena tidak asing dengan nama kepolisian tersebut.

Ya, itu adalah kepolisian besar ibu kota yang kerap menjadi langganan para pejabat tinggi jika ada kasus. Namun, ternyata berisi orang-orang licik yang mempermainkan uang negara.

Namun, persetan dengan hal itu. Itu bukan urusan Rumi ‘kan?

Rumi kemudian meletakkan smartphone itu di atas meja dan kembali meraih cangkir kopinya. Lalu beranjak dari meja diskusi dan kembali menatap jendela besar yang memperlihatakan gedung-gedung tinggi di seberang sana. “Gue akan berangkat dan membawa pulang 5 juta dolar itu,” ucapnya penuh percaya diri seraya menyeruput kopi hitamnya yang asapnya sudah tidak lagi mengudara itu.

“Gue selalu mengandalkan lo, kawan,” ucap Dego memberi dukungan. “Gue akan menyiapkan keperluan kita dan meretas sistem yang perlu kita waspadai,” sambungnya sembari berkutik pada komputer-komputer di hadapannya.

Rumi adalah salah satu bentuk kehidupan yang terbuang dari cinta dan masa lalu. Dia dengaja dibuang dan dihapus dari daftar keluarga untuk menutupi aib. Sejak sat itu dia terbiasa pincang dengan segala macam kehidupan ibu kota. Meski begitu, dia tidak akan membiarka kehidupan membuangnya untuk kedua kali. Untuk itu dia perlu kekuasaan untuk mewujudkan keinginan, agar mampu bertahan dari lawan untuk hidup di ibu kota. 

***** 

Seorang laki-laki berkacamata terlihat menuruni sebuah tangga. Wajahnya dipenuhi oleh kerutan yang memperjelas garis wajahnya. Punggungnya yang tak lagi tegap, membuatnya harus berjalan penuh hati-hati menuruni tangga.

Di sebuah bangunan perpustakaan tua, laki-laki berkacamata itu tinggal di sana, mengabdikan seluruh hidupnya untuk menulis buku. Dia adalah seorang sastrawan yang sangat berpengaruh di ibu kota dulunya. Sayangnya saat ini, namanya sudah terlupakan bersamaan dengan usianya yang semakin menua. Namanya adalah Hernawan Sinto—nama yang cukup terkenal dalam dunia sastra dulunya.

Sebuah rak yang dipenuhi dengan baris-baris buku menjulang tinggi mengelilingi seluruh di lantai pertama. Dinding berkayu dalam ruangan itu seperti lenyap termakan rak buku. Membuat siapa pun yang melihatnya seperti berada dalam ruangan berdinding buku.

Hampir semua buku-buku di sana adalah hasil karya Henawan selama empat puluh lima tahun menekuni dunia literasi. Baginya, menulis adalah keabadian. Sebab segala ingatan, inspirasi dan cerita tidak akan terlupakan selama itu menjadi sebuah karya.

Sebuah rak buku di barisan ketiga menjadi perhatian Hernawan—sebuah buku bersampul biru mudah dengan sket-sket putih yang tebal dia raih dengan tangan kanannya. Lalu kemudian melangkah menghampiri sebuah kursi goyang tua yang terbuat dari kayu.

Di kursi goyang itulah Hernawan akan menghabiskan lembaran demi lembaran buku untuk dia baca, sembari menemukan rasa kantuknya, jika sedang kesulitan tidur.

Buku di tangan Hernawan adalah buku yang dia tulis untuk menceritakan dan mengenang peristiwa bersejarah penting yang terjadi lima belas tahun yang lalu dalam hidupnya. Tentang seorang anak yang sengaja dibuang dari kehidupan orang penting ibu kota dan tentang rahasia salah seorang pejabat tinggi yang sangat terkemuka di ibu kota.

Di sanalah—dalam buku bersejarah milik Hernawan Sinto, ada seorang perempuan yang juga turut terbuang dari masa lalu, yang sengaja dibuang oleh salah seorang pejabat penting ibu kota.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mas Ganteng   Bab 101. Kembalikan adik perempuan saya

    Sesampainya di rumah, Rumi langsung disambut ceria Gerta dan Ira yang sudah menantikan makanan yang dibawanya.“Akhirnya datang juga.” Ira langsung mengambil bingkisan itu di tangan Rumi. “Mis udah buatkan kamu kopi. Masuk, masuk,” ucapnya hangat menyambut kepulangan Rumi.Gerta langsung memeluk Rumi. “Lama banget sih kamu pulangnya?”Rumi tersenyum. “Antri beli waffle pesanan kamu.”“Makasih ya.” Gerta tersenyum manja.“Sama-sama.”“Yok, kita makan bareng-bareng sambil nonton TV. Ada acara bagus banget.” Gerta langsung merangkul lengan Rumi dan menggiringnya ke sofa.

  • Mas Ganteng   Bab 100. Gandara Barac

    Rumi tampak gelisah di sepanjang jalan pulang usai membeli dua wadah gelato pesanan Gerta dan Ira. Dia masih tak berhenti memikirkan, siapa dari orang-orang ibu kota yang berani mengusiknya lagi. Terlebih sampai memasang wajahnya ke khalayak umum dengan embel-embel seorang buronan.Berkali-kali Rumi mengembuskan napas sesal memandangi portal berita di ponselnya yang memang terang-terangan menampilkan wajah aslinya. Jika dulu dia bisa bersembunyi di balik sosok Mas Ganteng, kini sudah tidak bisa lagi.Jika benar orang-orang berengsek di ibu kota itu masih tersisa, bearti kejahatan itu juga masih belum selesai. Mau tidak mau pasti akan menyerat Rumi dan rekan-rekannya pada masalah baru.Sebuah panggilan dari Gerta masuk ke layar ponsel, membuat Rumi langsung mengangkatnya. “Iya,&rdquo

  • Mas Ganteng   Bab 99. Kejahatan yang masih belum selesai

    Setelah dipastikan Gerta hamil, dengan senang hati Rumi menawarkan diri mengurus urusan dapur dengan dibantu Ira. Menyiapkan makanan untuk istri yang sedang hamil memberikan rasa senang dan kepuasan dalam diri Rumi. Terlebih dia bisa memastikan makanan-makanan yang dikonsumsi istri dan anaknya adalah makanan yang sehat.“Itu tumis dulu bawang putihnya. Jangan dimasukkan dulu potongan sayurnya.” Ira hanya bersedekap di sebelah Rumi, tampak seperti seorang pemandu.Rumi mengikuti arahan Ira dengan gerakan pelan menumis bawang putih. “Udah belum ini?”“Belum. Belum juga semenit numisnya. Tunggu sampai bawang putihnya layu kecoklatan.”Gerta yang turun tangga dengan langkah pelan agar tak menimbulkan suara kemud

  • Mas Ganteng   Bab 98. Bulan ini udah datang bulan belum?

    Sepekan menikmati musim dingin di Kanada, kini Gerta telah kembali ke Wina yang masih berlangsung musim panas. Perempuan yang sejak pagi sudah sibuk di dapur untuk menyiapkan sarapan itu tampak pucat, tak seperti biasanya. Sejak bangun tadi dia merasakan pening dan sempat muntah.“Gerta, kamu kenapa?” Ira datang menatap wajah pucat Gerta.Gerta menggeleng. “Nggak papa, Mis. Mungkin kecapekan aja setalah dari Kanada. Karena di sana lagi musim dingin.”“Rumi! Rumi!” panggil Ira.“Mis, aku nggak papa. Jangan bangunin dia, dia juga pasti kecapekan,” larang Gerta memelas.Ira mengembuskan napas berat. “Ya udah, kalau begitu biarkan Mis yang masak. Ka

  • Mas Ganteng   Bab 97. Couple dansa

    Sebuah kedai kopi tampak indah oleh bunga-bunga rustic di sepanjang pintu masuk yang membantang karpet merah. Di dalam ruangan dipenuhi orang-orang berpakaian formal yang sudah siap menyambut acara. Tampak beberapa barista di balik meja panjang menunjukkan kemampuannya berseni di dalam cangkir kopi. Membuat banyak pasang mata menatap penuh kagum.Ya, pembukaan kedai kopi milik Dego digelar bersamaan dengan pesta pernikahannya. Beberapa rekan seprofesi yang datang ada yang sekalian menjaring kerja sama. Tidak ketinggalan juga Boni dan Kris yang lagi-lagi tampak gagah dengan setelan jas mahal.“Ini adalah kali kedua gue bisa memakai jas mahal ini di acara pernikahan.” Kris membenarkan letak dasinya.

  • Mas Ganteng   Bab 96. Buat simulasi kalian juga sebelum punya anak

    Satu bulan kemudian Rumi menepati janjinya untuk berkunjung ke Kanada mengunjungi keponakannya. Kedatangannya bersama Gerta disambut begitu hangat oleh Vania, terlebih Kian yang sudah lama menantikan kedatangan omnya.“Om Rumi!” seru Kian yang langsung berlari memeluk Rumi.“Halo, Kian. Apa kabar kamu?” Rumi balas memeluk keponakannya itu.“Baik, dong. Om Rumi janji akan nginap di sini ‘kan?” tanya Kian yang langsung menagih lagi janjinya.Rumi mengangguk. “Iya.”“Berapa lama?” Kedua mata Kian berbinar senang.Rumi tampak berpikir. “Mmm … seminggu?”

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status