Share

Mas Ganteng
Mas Ganteng
Author: Eka Bakti

Bab 1. Sejak kapan penjudi seperti kita dibayar murah?

Di dunia ini, di era modern yang semakin menjadi, ketika sebuah ibu kota besar menjadi jantung negara dan menjadi kota pesohor di mata dunia, di mana orang-orang yang menghuni di sana adalah orang-orang penting seperti maskot yang dimiliki oleh negara. Namun, siapa sangkah, jika orang-orang seperti mereka adalah orang-orang yang memorakporandakan keuangan negara.

Di sisi lain, ada kehidupan berbeda yang tercipta akibat orang-orang seperti mereka—kehidupan orang-orang yang terbuang dari masa lalu. Seperti anak yang sengaja dibuang, ditelantarkan di jalan dan sengaja tak diakui keberadaannya. Orang-orang yang dibuang seperti itu sudah menjadi hal biasa di ibu kota. Seperti manaruh bungkus rokok tak berguna dalam tong sampah pinggir jalan.

Iya, begitulah kehidupan ibu kota yang ingar-bingar kekuasaan.

Ini adalah kisah pertama tentang orang-orang yang terbuang itu. Dia adalah Rumi, Laki-laki berusia dua puluh empat tahun bertubuh tinggi 180 cm dengan lengan berotot yang tengah memegangi cangkir kopi di tangan kanannya. Senyumnya menggantung memandangi purnama bulan Mei di atas lampu-lampu ibu kota. Matanya yang berbentuk hooded eyes dengan iris hitam legam membumbuhi wajah rupawannya. Di balik jendela berkaca bangunan tua, kerlip-kerlip lampu kota dan gedung-gedung menjulang tinggi adalah pemandangannya setiap hari.

Rumi menghuni di sebuah bangunan tua yang terkenal sebagai tempat penjagal. Bangunan berlantai sembilan tersebut adalah bekas pabrik plastik yang mengalami kebakaran delapan tahun lalu. Lalu dia ambil alih sebagai tempat bermukimnya preman-preman ibu kota yang bekerja sebagai penjagal daging. Sementara di lantai sembilan adalah tempat tinggal rahasianya.

Kehidupan yang selalu dikelilingi preman-preman ibu kota membuat Rumi menjadi orang yang sangat berpengaruh di ibu kota. Bahkan menjadi orang dengan bayaran mahal, jika ada yang ingin menggunakan jasanya. Sebab dia adalah senjata rahasia ibu kota dalam menaklukkan perjudian besar.

Bagi Rumi, menjadi orang baik di kehidupan sekarang ini tidak akan memberi keuntungan. Orang-orang baik pada dasarnya hanyalah orang-orang yang hidup tanpa mempunyai keberanian untuk melawan. Jika sudah seperti itu, maka yang mereka dapatkan adalah penindasan. Sementara ibu kota besar telah memperbudak orang-orang berkuasa tanpa hati nurani.

“Mau gue bawakan bir nggak?” tawar Dego—teman seperjuangan yang muncul di ambang pintu membawa smartphone layar besar berukuran tipis di tangan kirinya.

Rumi yang masih berdiri menikmati secangkir kopi di jendela itu menarik bibirnya membentuk senyum tipis. “Ada perayaan apa lo ngajakin gue minum bir?” tanyanya seraya menengok wajah teman seperjuangannya yang masih berdiri di ambang pintu.

“Buat merayakan ini.” Dego melangkah dan meletakkan smartphone layar besar itu di atas meja.

Ya, pekerjaan baru rupanya telah datang.

“Berapa banyak kali ini?” tanya Rumi seperti seperti biasa.

“Dasar mata duitan lo, Rum,” ledek Dego pada laki-laki yang masih memegangi cangkir kopi itu.

Rumi kemudian meletakkan cangkir kopinya di meja dan beralih pada layar smartphone yang disodorkan oleh teman yang turut menghuni lantai sembilan bersamanya. “Kalau hasilnya oke, uangnya juga harus oke.”

“Sejak kapan penjudi seperti kita dibayar murah?” Dego meyeringai. “Kita ini penjudi yang berpengaruh di ibu kota. Mereka nggak akan berani membayar cuma-cuma,” lanjutnya dengan tertawa.

Rumi menyeringai. Karena memang harus dia akui dan patut berbangga dengan bayaran tinggi yang dia dapatkan kali ini.

Dua laki-laki itu kini hanyut dalam pembicaraan yang serius di sebuah meja di sudut kanan ruangan yang dihuni oleh empat buah komputer menyala. Jika sudah terlihat seperti itu, maka mereka tengah memulai pekerjaannya.

Pekerjaan apa yang mereka lakukan?

Mereka melakukan sebuah pekerjaan yang tidak biasa—penjudi bayaran ibu kota.

Ada banyak pejabat besar yang gemar dalam ajang perjudian, bahkan kerap menyewa jasa pejudi bayaran mereka.

Dego merupakan patner andalan dengan kemampuan hacker yang hebat. Yang mampu menjadi perantara sekaligus informan mengenai perjudian dan orang-orang terkemuka di ibu kota. Sementara Rumi adalah laki-laki dengan kemampuan otak jenius dalam memainkan kartu judi. Mereka berdua bergabung dalam situs MG—sebuah situs rahasia yang menerima jasa pejudi bayaran, sekaligus gudang yang menyimpan banyak kebusukan ibu kota.

Tidak tanggung-tanggung bayaran yang mereka terima dari hasil perjudian. Sekali permainan, mereka bisa mendapatkan mobil sport Eropa keluaran terbaru, menginap di hotel mewah di Dubai, tiket nonton Barcelona VIP langsung, liburan tiga hari tiga malam di San Roque Spanyol, bahkan membeli rumah mewah sekaligus.

Hebat bukan?

“Ada ajang perjudian besar besok lusa di Hongkong. Orang ini ....” Dego menunjuk layar smartphone, “jika lo bisa membawa pulang 10 juta dolar dari meja judi, dia akan ngasih lo 500 ribu dolar plus liburan naik kapal pesiar mewah mengelilingi Eropa.”

Rumi mengeryit mendengarnya.

Dego kemudian beralih menunjukan sebuah gambar kapal pesiar di layar smartphone. Sebuah kapal yang kerap menjadi langganan selebriti dunia seperti Taylor swift, Brian McKnight, Eminem, Lenka dan masih banyak lagi yang lain. Kapal tersebut kabarnya merupakan kapal terbaik sepanjang masa yang dibuat oleh seniman hebat asal Maroko.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status