Home / Rumah Tangga / Masak Daging Misterius / Barang Asing di Tas Danu

Share

Barang Asing di Tas Danu

Author: AishaPena
last update Last Updated: 2023-09-11 15:53:11

"Bang ...." Tatapan ragu disertai takut menghiasi wajah Widia.

"Apa? Ayok, masuk!" Wajah menantang suaminya membuat Widia semakin enggan untuk mengikuti ajakannya.

"Tolong jauhkan dulu pisau itu, Bang," pinta Widia seraya memberanikan diri berbicara tegas tanpa segan. Sesaat Danu terdiam sambil melihat gelagat istrinya.

"Memangnya kenapa? Aku tidak akan menyakitimu dengan ini." Danu mengangkat pisau di tangannya lalu beralih menatap Widia yang masih saja gentar. Ia berseringai sedikit menertawakan mental ciut wanita di hadapannya.

"Ayok!" Danu mempertegas lagi. Akhirnya, Widia melangkah perlahan dengan mendahulukan kaki kanan. Sementara di dalam hatinya sibuk berdoa supaya dilindungi dari segala macam ketakutan dan marabahaya.

"Gimana kabar ibumu?" tanya Danu seraya duduk di kursi meja makan. Ternyata pisau itu ia gunakan untuk mengupas buah mangga. Meski begitu, tetap saja hati wanita itu belum jua tenang selama pisau tajam itu masih dipegangi suaminya. Sudut matanya pun berulang kali melirik pisau itu. Ia tetap berjaga-jaga.

"Baik," jawab Widia singkat, Perempuan itu cukup lega karena Danu bersikap sedikit tenang, bahkan sempat menanyakan kabar mertuanya. Kali ini Widia bersikap agak dingin mengingat perlakuan kasar Danu yang sempat membuatnya trauma berdekatan dengan pria itu. Dikarenakan suasana menjadi begitu dingin. Tak ada kata lagi yang keluar dari mulut keduanya. Widia pun masuk ke dalam kamar. Ia duduk di tepi ranjang. Perasaannya sungguh berkecamuk. Dia bingung harus bersikap bagaimana kepada suaminya. Sementara prasangka buruk tentang pisau saja, Widia keliru.

Posisi duduk Widia membelakangi pintu masuk. Ia tak sadar jika suaminya masuk dan tiba-tiba mendekatinya. "Aku minta maaf, apa masih sakit?" Perlahan Danu mengusap bahu istrinya yang sempat ia hentakan ke dinding karena amarah. Berlanjut dengan kecupan yang mendarat di puncak kepala. Lalu, membuka ikat rambut Widia sehingga terurai dan bervolume.

"Rambutmu selalu cantik, istriku ...." Danu menciumi rambut istrinya.

Widia menjadi kaku, ia tak melakukan pergerakan sama sekali. Sementara jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Bukan karena belaian suaminya, tetapi karena ia begitu ketakutan sehingga Danu pun menyadari kebekuan itu.

"Kau tampak ketakutan?"

Widia lebih memilih aman dengan menggelengkan kepala secara pelan.

"Bukankah kau tau, aku ini sangat mencintaimu. Tak mungkin aku menyakiti wanita cantik sepertimu. Hh ... sudah lama sekali kita tidak saling meluapkan kerinduan." Danu mulai meminta istrinya menghadap, selanjutnya membelai pipi dan hampir mencium Widia. Namun, ....

"Eum, maaf, Bang. Aku sedang berhalangan." Widia beranjak dari sisi Danu. Menghentikan sentuhan demi sentuhan yang dilakukan suaminya. Danu kesal dan memalingkan wajah. "Jangan bohong! Sepertinya kau masih marah padaku, atau kau tak mau melayaniku lagi?" Sorot mata pria itu menghunus tajam.

"Bu-bukan begitu, Bang!" Widia menjadi gugup dengan ekspresi wajah suaminya.

"Kalau benar kau sedang berhalangan, perlihatkan padaku noda sialan itu!" pinta Danu tak percaya.

"Baik, Bang. Tapi, aku sudah tidak kuat ingin buang air. Aku ke kamar mandi dulu, Bang."

Danu tak menjawab, hanya raut amarah yang tampak di wajahnya.

Widia sampai di kamar mandi. Ia memegangi napas di dadanya yang terasa kembang kempis. Ia takut jika nasibnya seperti wanita hilang itu. Seperti berita-berita di TV, tak sedikit seorang istri menjadi korban kejahatan suaminya sendiri. Berbohong kepada Danu adalah sebuah kesalahan yang terjadi dengan unsur ketidak sengajaan dan sekarang Widia harus membuktikan bahwa dia memang sedang berhalangan meladeni suaminya malam ini.

"Widiaa!" teriak Danu dari dalam kamar sontak membuat gentar hati wanita yang kini sibuk mencari pembuktian. "Aku butuh pisau atau benda tajam untuk mengeluarkan darah dari jariku." Tiba-tiba, pandangannya berhenti pada alat pencukur kumis. Ia pun segera mengambil alat itu, tanpa ragu Widia melukai jari telunjuknya dengan benda tajam tersebut.

"Ah, shh ...." Widia meringis kesakitan setelah alat itu membuat luka di kulit jari terlunjuknya. Setelah itu, Widia segera mengoles celana dalamnya dengan cairan kental merah yang keluar dari celah luka. Namun, ternyata satu jari saja tidak cukup karena darahnya masih kurang banyak.

Widia beralih ke ibu jari yang masih di tangan kiri Widia. Kali ini perempuan itu membuat goresannya sedikit agak dalam supaya dapat lebih banyak mengeluarkan darah segar.

"Widiaa!" Pria itu berteriak lagi.

Setelah merasa cukup bukti. Widia pun membuka pintu kamar mandi dengan tangan kanan. Sementara tangan kirinya ia sembunyikan. Pada saat pintu terbuka, perempuan itu terkejut karena Danu sudah berada di depan pintu sambil berkacak pinggang.

"Lama sekali, sih?" Tatapan Danu menghunus tajam, pikirannya pun dipenuhi kecurigaan.

"Barusan aku sakit perut. Kalau lagi menstruasi memang seperti ini."

"Bukannya kau tidak pernah seperti ini sebelumnya?" Memang, siklus menstruasi Widia lancar jaya, ia juga tak pernah merasakan sakit selain bad mood dan Danu tahu tentang itu. Itu sebabnya dia merasa janggal.

"Ya sudah mana?" Danu beralih menagih janji istrinya.

Widia masih di situ, memperlihatkan bukti kepada pria di hadapannya.

"Kenapa tampak seperti darah biasa? Bukannya warna merah ke hitam-hitaman?"

"Ini darah pertama, Bang. Jadi gini." Widia berharap cara ini berhasil. Danu begitu kecewa, ia pun melengos pergi dan menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Sementara, Widia memilih membereskan meja makan yang tampak berantakan.

Widia memperhatikan pria itu dari ambang pintu, Danu sudah terlelap bahkan sampai mendengkur. Terbesit rasa kasihan saat melihat pria yang sudah tiga tahun menjadi teman hidupnya, harus ia laporkan atas dugaan pembunuhan. Namun, Widia menyadari bahwa kejahatan memang harus diungkap apapun itu resikonya.

"Maafkan aku, Bang. Mungkin besok malam, tempat tidurmu bukanlah kamar ini lagi."

Widia teringat bahwa dirinya belum melaksanakan shalat maghrib. Selama Danu terlelap, ia pun memanfaatkan waktu untuk melaksanakan shalat. Ia memilih pergi ke surau dari pada shalat di rumah supaya ibadahnya tidak terpantau oleh Danu jika suatu waktu ia terbangun dari lelap tidurnya.

Sekitar pukul 18.30 Widia keluar rumah dan hendak menuju mushola. Entah bagaimana ia bisa shalat isya nanti yang penting saat ini adalah menunaikan shalat maghrib terlebih dahulu.

Setelah sampai di halaman surau kampung tersebut. Widia berpapasan dengan salah satu warga. Perempuan berusia sekitar 40 tahun menyapa Widia.

"Bu Wid," sapa tetangganya itu. Widia hanya mengangguk dan tersenyum.

"Bu Widia ahli sekali masaknya. Dagingnya enak sekali, Bu. Daging sapi, ya Bu?"

"Mm ...." Widia bingung bagaimana mau menjawab pertanyaan tetanganya itu.

"Waktu maghrib-nya hampir habis, Bu. Saya ke dalam dulu," pamit Widia tanpa basa-basi lagi.

Wanita itu terdiam. Namun sesaat tertegun tat kala melihat jelas gerak-gerik Widia yang begitu mencurigakan. "Kenapa Bu Widia seperti itu?" desisnya sambil mengenakan sandal dan hendak meninggalkan mushola.

***

Widia membuka pintu secara perlahan. Saat kakinya menapaki lantai, terdengar suara dengkuran Danu. Widia lega, misi-nya berjalan lancar, ia tidak ketahuan shalat di masjid. Suara dering ponsel milik Widia berbunyi, Widia pun segera merogoh benda pipih itu yang tersimpan di dalam tas hitam miliknya. Ternyata panggilan itu dari Mita.

"Iya, Mit?"

"Gimana? Kamu udah lakuin saran kedua dari aku, belum?"

"Mm, belum, Mit. Sekarang mungkin, mumpung Bang Danu masih tidur," bisik Widia kepada sahabatnya.

"Ya udah, cari sana! Cepetaan!"

"Iya," balas Widia dan segera mengakhiri panggilan telpon.

Perempuan itu melangkah pelan menuju ruangan kamar. Ia menggapai tas ransel warna hitam milik Danu, lalu mencari sesuatu di sana. Siang tadi, saat ia berkonsultasi kepada sahabatnya. Mita menyarankan kepada Widia untuk memeriksa isi tas milik Danu. Apakah di sana ada barang asing sejenis perhiasan atau apa saja yang bukan milik Danu.

Benar saja, Widia mendapatkan satu pasang perhiasan anting tindik mutiara. Barang tersebut terlihat sudah sedikit kusam. Tampaknya barang itu sudah lama sekali dikenakan oleh seseorang. Seketika benak Widia menaruh curiga bahwa bisa saja itu milik Ratih. Ia segera mengepal sepasang perhiasan tersebut. Namun, ketika Widia hendak menutup resleting tas itu, Danu sudah terjaga.

"Ekhm! Sedang apa kau di sana? Apa yang kau ambil?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Masak Daging Misterius   Kehadiran Buah Hati

    "Kamu kenapa,Widia?" Danu menempelkan punggung tangannya pada dahi yang berkeringat. Widia menggigil kedinginan dan seperti yang ingin muntah."Gak tau, Bang. Aku ... pusing dan mual. Aku juga meriang." "Ah, mungkin kamu masuk angin, Widia." "Iya, Bang. Tolong ambilkan air hangat aku ingin minum air hangat." "Sebentar." Danu segera pergi ke dapur dan mengambilkan air minum. Namun, belum juga sampai dapur. Widia muntah-muntah di lantai kamar. Danu panik dan berfikir untuk membawa Widia ke klinik terdekat. Di klinik, Widia menjalani serangkaian pemeriksaan yang dilakukan oleh tenaga medis yang berpengalaman. Mereka memeriksa kondisi fisik Widia dengan seksama dan melakukan tes yang diperlukan.Setelah hasil tes keluar, tenaga medis memberikan kabar yang mengejutkan kepada Danu dan Widia. Widia dinyatakan hamil! Mereka berdua merasakan kombinasi antara kegembiraan, kejutan, dan sedikit kecemasan. Namun, perasaan bahagia mereka jauh lebih dominan karena mereka telah lama menginginkan

  • Masak Daging Misterius   Bersama Lagi

    "Keluarlah dan mulailah hidup baru. Jalani kehidupan dengan baik," ucap seorang pria berseragam coklat yang bertugas mengeluarkan Danu dari penjara. Tiba saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Setelah menjalani tiga tahun di balik jeruji besi, Danu akhirnya bebas dari penjara yang telah membatasi kebebasannya. Dengan hati yang penuh harap, Danu melangkah keluar dari pintu penjara dan menuju ke tempat yang telah lama dinantikannya.Tidak ada waktu yang terbuang sia-sia bagi Danu. Begitu kaki-kakinya menyentuh tanah yang bebas, pria itu segera bergegas menemui Widia, orang yang selalu ada di pikirannya selama masa penahanannya. Dalam hati, ia berharap bahwa Widia masih setia menantikannya.Dengan langkah tergesa-gesa, Danu berjalan menuju rumah Widia. Detak jantungnya semakin cepat ketika ia mendekati pintu rumah yang sudah sangat akrab baginya. Dalam sekejap, Danu berdiri di depan pintu dan mengetuk dengan penuh harap."Assalamualaikum," sapa Danu dari luar. Bak seperti mimpi di sia

  • Masak Daging Misterius   Akankah Mereka Bersama lagi?

    "Mulai tani lagi, Mbak Wid?" tanya beberapa warga yang berpapasan dengannya saat hendak pergi ke ladang. "Iya, Bu. Hari ini aku mau panen kacang." "Oh, boleh bantu gak , Mbak?" "Tentu saja, Bu. Ayok. Kebetulan saya tidak ada teman untuk memanen kacang." Dua orang wanita sahabat Ibundanya dulu mendekati langkah Widia dan akhirnya mereka pun ikut ke ladang Widia. Ada hal yang berbeda dengan Widia saat ini yang tampak enak dipandang oleh warga sekitar. Yaitu, Widia yang kembali tersenyum dan berwajah ceria. Widia kembali ke ladang pertaniannya dengan semangat yang membara. Dia memiliki tujuan yang jelas dalam pikirannya: untuk mensukseskan hasil pertanian dan membuat ibunya yang telah tiada bangga.Setiap hari, Widia bekerja keras di ladangnya. Dia memberikan perawatan yang cermat kepada tanaman, memastikan mereka mendapatkan nutrisi yang cukup, air yang cukup, dan perlindungan dari hama atau penyakit. Widia juga memantau perkembangan tanaman dengan seksama, memastikan mereka tumbu

  • Masak Daging Misterius   Semua Telah Berakhir

    "Assalamualaikum," sapa Widia saat memasuki rumahnya kembali setelah seharian berpetualan dengan pengalaman menegangkan dan penuh dengan resiko kematian. Hening, tiada sesiapa yang bisa ia ajak bicara di sana. Semua sudah pergi. Dia sendirian. Setelah peristiwa yang melelahkan dan menegangkan, Widia pulang ke rumah dalam keadaan lelah. Langkahnya terasa berat saat ia memasuki pintu rumah. Tubuhnya terasa lelah setelah melewati berbagai emosi dan perjuangan selama hari itu.Widia melepas sepatu dan duduk di sofa dengan nafas yang terengah-engah. Wajahnya mencerminkan kelelahan dan ketegangan yang masih terasa. Matanya terlihat lelah dan berat, mungkin akibat dari kurangnya istirahat dan ketegangan yang ia alami."Ahhh, apakah ini benar-benar akan selesai? Semuanya pergi meninggalkanku," Dia merasakan tubuhnya yang tegang dan otot-ototnya yang kaku. Setelah melewati hari yang penuh dengan emosi dan perjuangan, Widia merasakan kelelahan yang mendalam. Dia merasa butuh istirahat yang b

  • Masak Daging Misterius   Ternyata kamu

    Di tengah kesibukan seorang petani yang tak pernah rehat, Widia memutuskan untuk melarikan diri sejenak dari kesibukan. Mereka berdua, duduk berdampingan di atas motor tua berwarna hitam milik Danu, bersiap untuk memulai perjalanan mereka."Apa harimu menjadi lebih baik?" "Sedikit," jawab Widia santai berusaha melalui hari ini dengan tenang meski akan terasa sangat diluar eksptasi. Widia, seorang gadis berjiwa bebas dengan rambut panjangnya yang berombak, duduk di belakang Danu. Matanya yang cemerlang menatap jauh ke depan, seolah-olah dia bisa melihat apa yang akan terjadi di masa depan. Sementara itu, Danu, pemuda yang tenang namun penuh semangat, memegang setir dengan erat, siap untuk membawa mereka berdua ke tempat yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya.Mereka berdua memulai perjalanan mereka di tengah malam, saat bintang-bintang di langit mulai berkelip, seolah-olah mereka sedang menunjukkan jalan bagi Widia dan Danu. Suara mesin motor yang berdengung seirama dengan det

  • Masak Daging Misterius   Membujuknya

    "Jadi lu punya rencana apa?" tanya Danu yang sudah sangat tidak sabar ingin mengetahui rencana Mita. "Ntar, gua harus tau dulu apa yang dilakukan Widia akhir-akhir ini?" Mita mencoba mengumpulkan Informasi terlebih dahulu dari pria di hadapannya. "Sekarang dia tinggal di rumah Bu Siti sendirian. Ia juga sering datang ke ladang ibunya untuk melanjutkan usaha tani ibunya yang sudah meninggal." "Oke, gua catat apa yang dilakukan Widia akhir-akhir ini. Tapi, gimana hubungan lu sama dia sekarang?" tanya Mita mendikte."Buruk, Mit. Sangan buruk." Memang seperti itu adanya. Danu tidak sedang berbohong hari ini. "Oke. Berarti lu bisa gua perintah dengan baik. Sebaiknya kita pancing dia dalam urusan pertanian seputar pekerjaannya sekarang. Misal dia lagi ada keperluan ke pasar. Lu tabrak aja dia!" "Maksud lu?" "Atau, kita bakar saja tanamannya di ladang. Gimana?" tanya Mita penasaran dengan jawaban Danu. "Apa ini tidak terlalu sadis?" "Heh, dodol! Dimana ada penjahat memikirkan sadis a

  • Masak Daging Misterius   Masuk Perangkap

    "Thank you, Angel. Gua bisa happy-happy sebelum gua pulang ke Indonesia lagi." "Lho? Kok pulang?" tanya Angel sambil merasa mehilangan saat membayangkan Mita yang assyik diajak belanja itu memutuskan untuk pulang. "Ya. Sepertinya tugasku di Indonesi lebih penting." "Perusahaan?" Tanya Angel menebak-nebak."No. Sesuatu yang lebih penting dari apapun." Mita mengulum senyum membayangkan sebentar lagi balas dendamnya akan segera tuntas. Meskipun keadaan Widia sekarang sudah sangat memprihatinkan. Tapi, ia khawatir jika jika suatu saat kebahagiaan kembali menyapanya. Mereka pun kembali melewati malam terakhir yang indah. Suasana malam di perjalanan memberikan pemandangan yang sangat indah dan mempesona bagi Mita dan Angel. Saat ini, Mita merasa bahwa alam serta apapun yang ada di dunia ini tengah berpihak kepadanya. Sampai Haryadi pun terciduk kejahatannya sehingga ia harus mendekam di bui. Hal itu sangat menguntungkan bagi Mita karena akhirnya pria bayaran yang bisa diandalkan oleh

  • Masak Daging Misterius   Jebakan Danu

    933Danu keluar dari rumah Widia. Melangkah pasti dengan tujuan menggebu di dadanya. Layaknya seorang pria dengan hati yang lembut namun penuh emosi. Ia mengetahui bahwa kekasihnya, Widia, telah disakiti oleh Satya dan Mita, emosi yang membara dalam hatinya tidak bisa ditahan. Dia merasa seolah-olah dunianya runtuh, hatinya hancur berkeping-keping. Namun, di balik rasa sakit yang mendalam itu, ada juga keinginan kuat untuk membalas perbuatan mereka. Meski memang Danu juga terlibat, mungkin ini lah yang bisa ia lakukan sebelum menghukum dirinya sendiri atas dosa yang ia lakukan kepada Widia. Danu duduk di taman yang sepi, menatap suasana malam dengan pandangan kosong. Matanya yang biasanya berbinar sekarang tampak suram, mencerminkan kepedihan hatinya. "Hei, pergi sana! Ini tempat gua!" Seorang pria pemabuk datang menghampiri Danu. Danu sedang tak ingin menghiraukan siapapun. Fokusnya hanya merenung sekaligus merencanakan langkah-langkah untuk menemui Satya dan juga Mita. Entah den

  • Masak Daging Misterius   Ungkap Fakta

    "Kenapa semuanya jadi seperti ini?" Danu mengeluh sendirian di dalam apartemen sewaanya yang tinggal beberapa hari ini akan habis masa sewa. Bahkan ia sudah menerima pesan penagihan dari pihak hotel untuk segera melakukan payment sebelum waktu habis. Setelah kehilangan pekerjaannya, Danu berjuang untuk mencari pekerjaan baru. Namun, dalam situasi ekonomi dia terus menghubungi para penjahat kelas kakap untuk menawarkan diri menjadi bodyguard, tetapi belum berhasil mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengannya. Ini semua karena pria itu bekerja kepada Haryadi. Yang merupakan musuh atau saingan mereka. Maka otomatis Danu ditolaknya. Hidupnya menjadi semakin sulit ketika uang tabungannya semakin menyusut. Dia harus membatasi pengeluaran dan mengatur keuangan dengan sangat hati-hati. Apalagi jika ia mengingat apartemen satu-satunya yang ia jadikan tempat untuk istirahat itu kini hanya tinggal beberapa hari lagi. Setelah itu masa sewa habis. Mungkin ia akan menjadi orang jalanan lagi. "Si

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status