Share

Kinan Hilang

Author: Ririichan13
last update Last Updated: 2025-04-26 18:30:14

Waktu makan siang tiba, tetapi pesan Riri tetap tak kunjung dibalas. Ponselnya tetap sunyi, tanpa satu pun notifikasi dari Yuzha.

Ia melirik jam di layar ponsel. Jam sudah menunjukkan pukul 12.30, sementara waktu makan siangnya hanya tinggal 30 menit lagi.

'Apa mungkin Mas Yuzha sibuk ya?' tanya Riri kepada dirinya sendiri.

Riri menarik napas dalam, lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia segera mengambil dompetnya di dalam tas.

Namun, baru saja hendak melangkah keluar, seorang perawat dari IGD masuk ke dalam farmasi dengan sedikit tergesa.

"Ri, bantuin gua. Ini obat-obat yang dibutuhin. Stok di IGD menipis," ucapnya sedikit terengah.

Riri segera mengambil kertas yang diberikan oleh lelaki itu. Secepat yang ia bisa, ia pun segera menyiapkan obat-obatan itu tanpa bertanya lebih jauh.

"IGD sibuk, Mas?" tanya Riri pada akhirnya.

"Iya, R
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Mimpi Buruk 2

    Yuzha mengerutkan keningnya tanda penasaran."Rumah sakit? Tumben amat. Ini kan hari sabtu, Dek?" tanyanya.Setya tidak segera menjawab. Ia hanya menggigit roti panggangnya dengan malas, mengunyah tanpa benar-benar menikmati. Perasaannya masih tidak enak. Gelisah. Seperti ada sesuatu yang akan terjadi, tapi ia tidak tahu apa. "Kamu ada masalah apa, Dek? Cerita lah," ucap Yuzha kembali. Namun, Setya malah menggelengkan kepalanya pelan. "Nggak ada apa-apa, Mas. Aku mau input laporan, biar hari senin atau selasa gaji karyawan udah di transfer semua. Terus sekalian restock obat dan alat-alat nakes yang abis. Jadi rencananya, dua hari ini aku rada lembur," jawabnya memberi alasan. Yuzha hanya mengangguk. Alasan yang diberikan Setya sedikit masuk akal, apalagi ini sudah masuk tanggal 25, ia sendiri memang suka lembur jika sudah tanggal-tanggal segitu. Setya menatap kopi yang mulai dingin. Lalu mengeluarkan ponselnya dan kembali membuka pesan dari @arr_prass tadi. 'Aku nggak punya ayah

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Mimpi Buruk

    Keesokan paginya, Riri bangun lebih pagi karena perasaan aneh yang mendera dirinya. Ada perasaan yang sedikit mengganjal di hatinya, seolah ada beban berat yang tidak terlihat. Riri mengusap wajahnya pelan, berharap bahwa rasa itu segera menghilang. Namun, tetap saja perasaan gelisah itu tetap ada.Ia menengok ke samping. Juna masih tidur dengan lelapnya sambil memegangi tab yang memang dari semalam tak dilepasnya sama sekali. Riri tersenyum tipis lalu mengecup pelan pucuk kepalanya.Riri pun segera beranjak dari tidurnya, memilih untuk segera mandi dan menyiapkan sarapan untuk sang anak.Sebisa mungkin, Riri menyibukkan dirinya dengan fokus membuat sarapan dan bebenah. Namun sayangnya perasaan gelisah itu tidak hilang sama sekali."Ibuu ...," teriak Juna seraya memeluk tubuh sang ibu dari belakang.Riri berbalik dan langsung membalas pelukan itu. "Udah bangun anak ganteng? Tumben manja banget ini, ada apa?" tanyanya lembut.Juna menengadah dengan mata berbinar. "Udah, Bu.""Bu, masa

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Saling Terhubung

    Langit mulai menggelap, pertanda malam sudah tiba. Riri mencebik kesal melihat kelakuan sang anak hari ini.Padahal, hari ini, niatnya ingin jalan-jalan ke mall sambil membeli baju baru untuk Juna. Namun sayangnya, anak itu sama sekali tak mau lepas dari tab barunya.Ia sangat senang, bahkan seharian ini, anak itu tak mau lepas dari perangkatnya. Terlalu asyik menggambar dan mengeksplor berbagai fitur baru."Juna, udah malem. Waktunya istirahat, nanti matamu sakit loh liat tab terus," ucap Riri berusaha menahan kekesalannya.Juna masih menatap layar, jari kecilnya sibuk menggeser stylus. “Bentar lagi, Bu. Ini Juna lagi minta saran dan kritik dari Oom White."Riri mengerutkan kening. “Om White?”Juna akhirnya menoleh, lalu mengangkat tabnya, memperlihatkan layar chat yang terbuka.@mr.albino[Ar, sketsa kamu makin bagus. Tanganmu gimana keadaannya, masih sakit?]@arr_prass[Tadi udah lebih baik, Oom. Soalnya udah pake tab, jadi nggak terlalu pegel. Makasih ya, Oom, udah sering kasih sa

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Hadiah Dari Ibu

    Keesokkan harinya, saat Riri tengah membuat kimbab untuk bekal Juna, saat ia tengah menggulung nasi dan nori, tiba-tiba pikirannya pun teringat pada Setya. 'Bikinin Setya sekalian nggak ya?' batinnya dalam hati. Tak ingin menduga-duga, ia pun langsung beralih pada ponselnya dan segera menghubungi Setya. [Albino, gua lagi bikin sushi. Lu mau gua bawain kaga?] pesan Riri kepadanya. Tak berapa lama, pesannya pun terbalas oleh Setya. [Kagak! Sushi lu kaga enak] balasnya. Riri memanyunkan bibirnya. Rasanya kesal sekali mendengar ucapan lelaki itu. Ia pun melampiaskan emosinya pada timun yang saat itu hendak ia jadikan isian kimbab. Ia cacah dengan kasar sebagai bentuk pelampiasannya. Tak lama, ponselnya kembali bergetar, Setya kembali mengirimkan pesan kepadanya. [Kalau mau, bikinin kimbab

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Transaksi Sayang

    Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 saat Riri tiba di parkiran rumahnya. Ia bergegas menuju rumah ibu kontrakan untuk menjemput Juna yang saat itu sudah tertidur. "Makasih ya, Bu, maaf kalau Riri ngerepotin ibu terus," pamit Riri pada sang empunya kontrakan. "Sama-sama. Ibu nggak ngerasa di repotin kok, malah seneng karena ada temennya," ucapnya. "Ini tasnya Juna, hp sama buku gambarnya udah di dalam ya." Riri mengangguk setelah itu barulah ia masuk ke dalam kontrakannya di lantai dua. Juna tak bereaksi apapun saat di gendong, sepertinya anak itu sudah terlalu lelah bermain. Riri pun bergegas menaruhnya di atas ranjang, setelah itu ia pun segera mandi dan membersihkan diri. Setelah mandi, badannya pun terasa lebih segar dan fresh. Ia segera menghampiri Juna, mengamati setiap inci tubuh sang anak. Fokusnya teralihkan pada jemarinya yang sedikit memerah dan membengkak.

  • Mata Biru | Jejak Albino Yang Tertinggal   Ayo Bersaing, Mas!

    Riri hanya mengangguk, dan langsung masuk ke farmasi. Begitu melihat jumlah yang di transfer, matanya sedikit membola. Ia pun buru-buru menchat Setya saat itu.[Albino, ini beneran buat gua? Lu nggak salah transfer kan?] pesan Riri kepadanya.Hanya berselang beberapa menit, balasan pun di terima Riri.[Nggak. Kenapa emangnya? Kurang? Di e-wallet gua cuma ada segitu. Kalau kurang, paling besok soalnya M-banking gua eror]Riri menggigit kukunya dan mengusap wajahnya kasar. Nominal yang diberikan Setya saat itu adalah satu juta rupiah, dan Riri rasa itu uang banyak. Kenapa Setya malah berpikir bahwa uang itu kurang? Astaga, gini amat punya temen orang kaya.***Malam mulai menyapa, Setya duduk di balkon sendirian menikmati semilir angin malam yang menerpa wajahnya.Di pangkuannya, iPad Pro 12.9 inci terbaru tergeletak, layar cerahnya memantulkan guratan sketsa yang sedang ia buat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status