Waktu yang kulalui bersamamu,
dan waktu kau lalui bersamaku,menciptakan hamparan bunga yang kuharap tak pernah hilang di sini...Langit yang berwarna jingga ini perlahan berubah gelap, dua insan manusia berjalan layaknya sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Tentu saja kedua tangan mereka bergandengan dan diayun-ayun perlahan hingga menambah kesan romantis di antaranya.
Jangan tanya siapa, karna tak lain dan tak bukan mereka adalah kakak beradik Permana yang telah berbaikan. Tentu saja dengan memenuhi persyaratan Ice Cream cup besar terlebih dahulu.
Sepanjang perjalanan tadi, mereka bercerita banyak hal. Ahh ralat, bukan mereka, tapi Ara seorang. Ya, Ara bercerita banyak hal dan Arya menjadi pendengar yang nyaris budeg. Haha, suara Ara itu nyaring dan agak cempreng. Jadi harus banyak-banyak sabar kalo Ara lagi mendongeng tentang kisahnya sehari-hari.
Untung Arya tahan, kalo nggak maahh mungkin sudah diceburin ke kali dari dulu ini anak satu.
Setelah berjalan sekitar 20 menit, akhirnya mereka sampai di depan kediaman Permana. Sekali lagi, bukan di(dalam) kediaman keluarga Permana, tapi di depan gerbang kediaman keluarga Permana.
"Kakak nggak mau pulang sebentar gitu? Ngapain kek??"
"Ceritanya Ara kangen sama kakak" ucap Arya penuh percaya diri.
"Ihhhhh. PD banget!!"
Arya hanya tersenyum mendengar balasan Ara barusan, Ara mah emang gitu. Jaimnya gede kaya raksasa, alias lain di mulut lain di hati.
"Iyaaa, tenang. Lain kali kakak mainnya"
"Kapan?? hhmm, pasti gitu kalo Ara suruh kakak pulang. Bilangnya lain kali, lain kali, lain kali. Kakak nungguin apa sih??" tanya Ara dengan bibir cemberutnya.
Sebenernya jelas banget kalo Ara itu kangen berat, tapi cara dia menyampaikannya kurang tepat. Bikin si Arya makin gemas dan makin berat untuk perpisahan yang padahal bakal bisa ketemu lagi di kemudian hari.
"Nungguin Ara nikah sama Raka, nanti kakak kondangan deh ke sini."
Bluusss, pipi Ara langsung memerah kaya kepiting rebus, Raka itu cinta rahasianya si Ara, tapi berhubung cuma Arya satu-satunya kakak yang dia percaya, ya karna emang cuma satu kakaknya dia. Jadinya Arya tahu tentang si Raka itu.
Dasar Cinta Monyet
Raka tuh anak kelas empat SD yang katanya pernah nolongin Ara waktu jatuh dari sepeda, ngajarin Juz Amma karna tingkatan hapalannya lebih tinggi dari Ara, nyelametin kucing yang jatuh ke selokan, dan 1001 kebaikan-kebaikan lainnya yang hampir setiap hari masuk ke kuping Arya waktu dia masih serumah sama adiknya itu.
Aahhhh nyesel banget tuh si Ara nanya-nanya!!
"Sanalahhh kakak pergi aja!! nggak usah balik sekalian" Tak mau terus-terusan dibully oleh Sang kakak, Ara pun bergegas masuk dengan langkah besar-besar karna dia emang bener-bener salting sekarang.
"Kalo Ara kangen, panggil Kakak 1000×, nanti Kakak dateng, tenang aja!!!"
"NGGAKKK, Ara nggak kangen, dan Ara nggak akan kangen" teriak Ara nyaring dari rumah berlantai dua itu.
Setelah perpisahan yang jauh dari kata manis itu, secara perlahan senyuman yang merekah sedari tadi layu dan merenggut segala keceriaan dari wajah seorang Raditya Arya Permana. Helaan nafas panjang lolos dari bibirnya seakan tadi adalah perpisahan yang teramat berat untuknya.
✨
Jangan cintai aku, hal itu akan menyakitimu.... Di sebuah lorong kecil yang sepi dan gelap, sosok bernama Arya menjambak rambutnya sekuat tenaga. "ARRGGHHH" Ia mengeram dalam diam. Arya tak ingin keberadaanya diketahui hingga ia menahan suaranya. Tapi itu sulit, jangan lupakan bahwa sedari tadi ia terisak. Arya menyenderkan punggungnya di tembok lorong, merosot perlahan karna kakinya mulai lemas untuk berpijak. "Sadarr diri woooyy. Sadar!!" Kalimat itu terus saja berulang ditemani air mata yang mengalir deras di pipinya. Arya menangis padahal ia sudah terlalu lelah untuk menangis( lagi). Berandal tingkat dewa ini ternyata lemah jika di hadapan ibunya. Preman sekolah ini terlihat teramat lemah sekarang. "Arya nggak pantes pulang, mah" "Arya bukan anak yang pantes dibanggain!"
Bahagia bukan Untuknya . . . SMA CAHAYA HARAPAN Seperti biasa Arya selalu membolos pelajaran sesuka hatinya. Meninggalkan materi sekolah dan bahkan tak pernah ada niatan untuk mengerjakan PR nya di rumah. Arya sudah sangat biasa seperti itu, tapi anehnya hal itu sama sekali tak mempengaruhi prestasinya di sekolah. Apalagi setelah tragedi menyeramkan di kantin sekolah tadi. Arya kehilangan kendali dan lagi-lagi melukai orang-orang di sekitarnya, bukan masalah besar jika orang itu adalah perawat atau dokter yang menangani kesehatan psikis nya seperti dulu saat dirinya masih direhabilitasi. Masalahnya orang yang ia pukuli kali ini adalah Iqbal. Bagaimana bisa Ia tak mengenali Adiknya sendiri? Arya bahkan sempat merusak cermin di kamar mandi sekolahnya. Meninjunya sekuat tenaga sampai kaca itu retak dan berubah menjadi k
Seandainya gue bisa membaca pikiran lu, andai saja. . . . . . Parkiran SMA Cahaya Harapan Jam 5 sore. Langit mulai berubah jingga, sebenernya sudah jam pulang sekolah dari tadi dan harusnya gue udah di apartement gue dari tadi. Sayangnya kakak gue yang udah gue tungguin selama setengah jam masih aja kagak nongol-nongol. Mana acara mendung lagi! Ke mana, Woi? Kenapa-napa atau gimana? Dengan segala kegelisahan yang rajin banget mampir ke hati. Gue pelototin lagi arloji di tangan gue. "Masih betah nungguin Arya?" tanya Siti ke gue pakai nada kelewat judesnya. "Iya sayang" jawab gue kesel karena dia udah nanya pertanyaan tadi lebih dari 10 kali. "Ball! Palingan juga dianya udah pulang duluan!" Ini juga ucapan Siti yang udah keluar lebih dari 10 kali dari bibir klinis
Siapa yang menyuruhmu untuk mencintai kehidupan?...Di Kantin SMA Cahaya Harapan"Ih Awas... Monster mau lewat!""Minggir lu, jangan macam-macam. Nanti lu dibegal Arya""Gila banget ini sekolah bisa- bisanya nerima preman""Parrahhh, ada yang bilang dia enggak bakal segan-segan membunuh lu kalau dia marah. Dia itu pembunuh""Anjay!!"Gue bisa dengar suara obrolan anak-anak lain yang anehnya bisa sampai ke kuping gua meski kelihatannya mereka lagi bisik-bisik, entah sengaja atau nggak. Tapi itu udah biasa. Selalu begini kalau gue lewat di koridor sekolah, lapangan, perpus, ata
#Fizya, si anak baru Teettt... Teettt... Teettt Suara bel masuk pelajaran berbunyi dan anak-anak yang awalnya ada di luar mulai masuk secara teratur. Bu Ika pun masuk setelahnya, tapi kali ini ada anak cewek semanis malaikat di belakang beliau. Mengikutinya malu-malu dan penuh sopan santun. Tebakan gue dia anak baru. Kata Anak Baru memang selalu menarik untuk diperhatikan, bahkan sebelum kata itu terucap sekali pun. Dia cuma diam berdiri sambil tersenyum aja langsung menyihir seisi kelas jadi sunyi sesunyi kuburan, padahal biasanya rame kaya di pasar. Dia cantik, cantik alami tanpa polesan Make Up neko-neko. Rambut hitam lurusnya bikin gue iri barang sebentar, bisa dibilang dia imut (pake banget). Bahkan gue sebagai cewek mengakuinya apalagi cowok-cowok di kelas ini, di sebelah gue Iqbal melongo parah. Kaya liat apaan ini anak!!!
# Kisah Cinta Amanda LAPANGAN SMA CAHAYA HARAPAN Masih di hari yang sama pelaksanaan MOS, Siang harinya perut gue sakit, gue punya maag dan akhirnya kambuh hari itu. Sebenernya gue udah bilang ke panitia, tapi kayaknya mereka nggak percaya dan anggep gue pura-pura. Ya sudahlah, istirahat juga sebentar lagi, kayaknya maaih kuat kalo gue tahan. Awalnya gue mikirnya begitu, tapi teenyata permainan selanjutnya adalah lari estafet. 1 kelompok 5 anak dan ditentukan lewat kocokan, peraturannya pelari terakhir haruslah perempuan, kalo nggak ada perempuan harus tuker anggota sama kelompok lain. Sialnya kelompok gue, cuma gue yang cewek. Mana kuat gue lari kalo perut sakit begini, terakhir pula! Dan yang kalah nggak ada jam istirahat juga dapet hukuman bersih-bersih toilet. AHHHH, pengen teriak rasanya. Matahari makin terik dan perut gue makin melilit, sakit! Tapi kita udah Stan