Главная / Romansa / Mawar Hitam Sang Presdir / 2. Wanita Asing Di Mobilku

Share

2. Wanita Asing Di Mobilku

Aвтор: Ms Iced Coffee
last update Последнее обновление: 2024-07-01 12:15:12

Ketika Rosella hendak keluar IGD seorang suster memanggil Rex Albq sebagai wali dari wanita yang kerap kali disapa Ro itu.

Suster itu menjelaskan kepada Rex tentang tagihan biaya pengobatan Rosella yang harus ia bayar. Rex pun mengerti. Ia lantas pergi ke kasir. Selesai membayar, ia bergegas meninggalkan rumah sakit.

Selang beberapa saat, Rosella menyusul keluar IGD lalu bersitatap dengan seorang rentenir dan anak buahnya yang sedang mencarinya.

Rosella yang bingung bagaimana para rentenir itu bisa tahu dirinya di rumah sakit mencoba menghindar.

Saat lari dari kejaran para rentenir, Rosella masuk ke mobil seorang pria dan bersembunyi di sana. Melihat seorang wanita masuk ke mobilnya tanpa permisi, si pria tampan yang duduk di balik setir itu jadi salah sangka dan mengira bahwa ia menginginkan uangnya.

"Hey! Apa yang kau lakukan di mobilku, huh? Cepat keluar! Jika tidak, aku akan melaporkanmu ke polis," ujar Rex marah. Ya... Pemilik mobil mewah yang Rosella naiki adalah Rex Alba.

Sayang sekali, peringatan dari Rex itu sama sekali tak berpengaruh pada Rosella yang mati ketakutan dikejar oleh rentenir dan anak buahnya.

Alih-alih keluar dari mobil Rex, Rosella justru berkata dengan raut wajah cemas, "Maafkan aku... Aku benar-benar putus asa."

Penuturan Rosella itu kontan membuat amarah Rex semakin meletup-letup. Ia yang tidak tahan dengan sikap Rosella lantas menyeretnya paksa keluar dari mobil mewahnya.

"Kita akhiri dengan ini!" Rex memberi—tidak! Ia melemparkan sejumlah uang kepada Rosella, tepat di depan wajahnya. "Jangan ganggu aku lagi!" tegasnya sambil melotot.

Setelah melempar uang kepada Rosella, Rex masuk ke mobilnya dan meninggalkan Rosella. Ia bergegas pergi ke kantornya. Namun saat dalam perjalanan, tiba-tiba saja ponsel Rex bunyi.

Rex pun langsung mengangkatnya, dan orang di balik telepon tersebut ternyata adalah ART di rumah, yang memberi tahunya bahwa salah satu putranya masuk rumah sakit.

"Tuan Rex, Jovin pingsan lagi. Awalnya dia muntah karena merasa mual. Lalu tiba-tiba pingsan. Jadi saya dan Pak Taylor membawanya ke rumah sakit," ungkap wanita 55 tahun bernama Grace ini dengan hati-hati.

Rex bak disambar petir usai mendengar kabar dari Grace. Ia lantas menutup telepon lalu menginjak gas dan menambah kecepatan mobilnya supaya sampai di rumah sakit lebih cepat.

***

Hanya butuh beberapa menit bagi Rex untuk tiba di Paradise Hospital. Di rumah sakit itulah Rex bertemu dengan dokter yang merawat putranya selama ini.

"Halo, Rex...." Dokter Liam yang baru saja keluar dari ruang operasi menyapa Rex yang telah menunggunya, dengan duduk di kursi tunggu di depan pintu masuk dan keluar ruang operasi.

Mendengar suara Dokter Liam saat menyapanya, Rex pun bangkit dari duduknya. "Halo, Dok..." balas Rex. Ia menyapa balik dengan ramah.

"Maaf lama menunggu... Aku ada banyak jadwal operasi hari ini." Dokter Liam mengulas senyumnya pada Ayah Jovin itu.

"Tidak masalah, Dok," ujar Rex yang juga mengurai senyum pada Dokter Liam. "Dok, apakah kondisi anakku buruk?" tanyanya langsung. Dan, raut wajahnya seketika saja berubah cemas.

Dokter Liam yang merasa sesak menghela napas panjang sambil mengedarkan pandangannya ke arah lain sejenak. "Penyakit Jovin berkembang lebih cepat daripada dugaan kita selama ini," jawabnya. "Rex, sebenarnya kami bisa menghentikan pendarahan varises di esofagus. Tapi aku rasa Jovin butuh transplantasi lebih dulu sebelum keadaannya memburuk. Dan saat ini, kemungkinnya kecil mendapat donor melalui Jaringan Donor Organ negara kita. Jadi, jika ada anggota keluarga yang cocok, kau harus bicara dengan mereka."

"Apakah aku benar-benar tidak bisa melakukannya?" tanya Rex, masih berharap dapat menjadi donor putranya.

"Tidak bisa, Rex." Dengan berat hati Dokter Liam menggeleng. "Pertama, golongan darahmu tak cocok. Dan, hasil tes juga menunjukkan bahwa pembuluh darah dan saluran empedumu lemah. Karena itulah, kami tidak bisa mengoperasimu. Apa ada anggota keluarga lain?" Dokter Liam menatap Rex penasaran.

Samar-samar Rex menggeleng. "Bagaimana kalau kita akhirnya kita tidak bisa operasi Jovin, Dok?" ucap Rex yang memasang wajah khawatir setelah ia mendengar keterangan sang dokter. "Berapa sisa waktunya?" tanya pira ini lagi. Suaranya gemetar.

"Aku tidak bisa memastikannya, Rex. Tapi kau harus cepat," terang Dokter Liam. Ia kemudian kembali masuk ke ruang operasi, meninggalkan Rex yang tercekat, diam membisu, dan terlihat shock.

***

Selagi Rex shock di depan ruang operasi seorang diri, Rosella yang belum lama menerima uang dari Rex berjalan ke suatu tempat sementara pikirannya melayang pada perkataan Ayah Jovin itu tentang dirinya sewaktu ia memberinya uang.

"Hey! Entah kau sakit atau tidak... Tapi apa dengan melompat ke tengah jalan dan memanfaatkan dirimu sebagai korban akan membuat orang lain iba?!" tanya Rex sinis sementara menatap Rosella nyalang. Yang ditanya hanya diam sambil menatapnya tak percaya.

"Cobalah ikuti perkembangan zaman. Skema seperti itu sudah ketinggalan zaman. Berhentilah. Jangan hidup seperti itu!" bentak pria kaya raya ini lalu berlalu dari hadapan Rosella dengan wajah marah.

"Hhhhhh...." Rosella menghela napas panjang. "Apa dia pikir aku ini penipu, huh?" katanya, menggerutu. Sekian detik berikutnya, ia sampai di tempat tujuannya—rumah kontrakannya.

Saat Rosella akan masuk ke rumah kontrakannya, ia bertemu dengan seorang wanita yang tidak lain adalah pemilik kontrakannya, yang mengeluhkan dirinya yang harus pindah padahal belum lama ia tinggal di rumah kontrakan tersebut.

"Apakah kau benar-benar harus pindah?" tanya si wanita tua berambut keriting pendek abu-abu ini. Azzura pun tersenyum dan mengangguk. "Astaga... Kau belum lama tinggal di sini. Kenapa mau pindah lagi?" keluhnya.

"Maaf, Bu. Tapi ini masalah darurat," kata Rosella.

Si wanita pemilik kontrakan lantas mengangguk, dan masuk ke rumahnya. Ia tidak bisa berbuat banyak jika memang itu sudah menjadi keputusan Rosella.

Setelah itu, Rosella yang akan masuk ke rumah kontrakannya tiba-tiba dikejutkan oleh rentenir yang keluar dari dalam rumahnya.

Melihat pria berpakaian serba hitam itu, Rosella mencoba menghindar. Tetapi saat akan berlari, anak buah si rentenir muncul sehingga mau tidak mau ia harus menghadap kembali pada renternir itu.

"Rosella atau Rozetta... Long time no see." Si rentenir menyeringai saat menyapa Rosella yang terdiam di hadapannya, dan enggan menatapnya. "Hm, sulit sekali menemukanmu belakangan ini," cicitnya.

"Bagaimana kau bisa menemukanku?" tanya Rosella sinis.

"Itu tak penting. Yang penting kau tak bayar utang dan kabur dari kami," jawab si rentenir ketus.

Seketika saja netra Rosella berkaca-kaca setelah mendengar penuturan si rentenir. "Aku sudah bayar jumlah yang seharusnya," katanya lugas meskipun suaranya gemetar.

"Oh ya? Benarkah?" Si renternir dan anak buahnya terbahak-bahak di hadapan Rosella.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mawar Hitam Sang Presdir   122. Mawar Hitam Sang Presdir

    "Siapa yang membantumu melakukan ini?" tanya Rex. Rosella tidak menjawab. "Kau tidak akan menjawab pertanyaanku?" Rosella mengangkat bahu. Ia sama sekali tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Semakin berat beban ini, semakin Rosella pikir Chris berbohong kepadanya tentang banyak hal. Rasa bersalah mulai mengganggu Rosella. Matanya berkaca-kaca. Ia memalingkan wajahnya, tidak ingin Rex melihatnya. "Aku pikir dia sedang membalas kematian Rimba, tapi yang dia lakukan hanyalah pekerjaan kotor untuk Chris. Bagaimana aku bisa begitu naif?" sesal Rosella dari dalam hatinya. Rosella mencoba mengendalikan diri saat mereka memasuki tempat Rex. Pintu tertutup dengan bunyi klik keras di belakang mereka. "Bagaimana kepalamu?" tanya Rex lagi. Rosella heran dengan Rex yang peduli padanya. Ia cukup yakin ia hanya di sini untuk semacam interogasi. Ia rasa mungkin ia harus meletakkan semua kartunya di atas meja. Cari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Rimba. "Baik-baik saja," jawab Rose

  • Mawar Hitam Sang Presdir   121. Di Antara Dua Pilihan

    Polisi itu melakukan apa yang Rex katakan dan meninggalkannya. Pergelangan tangan Rosella memiliki sedikit tanda merah di tempat borgol menggores kulitnya.“Polisi sialan,” gerutu Rex dan mencari-cari lotion. Ia menemukan sesuatu yang encer di kamar mandi dan mengisi telapak tangannya dengannya. Rex bergegas kembali ke samping tempat tidur dan mengoleskan krim ke pergelangan tangan dan lengan Rosella. Wanita itu merasa lemah dan rentan."Dia pasti kembali ke menara D1 dan tidak dapat menemukanku, jadi dia membunyikan alarm kebakaran. Dia bukan orang di balik kesepakatan Park Hill. Dia tidak akan berbohong kepadaku seperti itu. Dia tidak akan membiarkanku menyentuhnya, mencintainya, menghargainya jika yang ingin dia lakukan hanyalah membuatku bertekuk lutut...bukan?" kata Rex, bergumam. ***Suara bip adalah hal pertama yang Rosella dengar saat ia mulai terbangun. Semuanya kembali berhamburan seperti gelombang pasang yang menghantam udara keluar dari paru-parunya

  • Mawar Hitam Sang Presdir   120. Kejutan Menyakitkan Lainnya

    "Rex di sini," gertak Rex di telepon."Rex, aku minta maaf—""Kau belum menemukannya?" Rex menyela.Connor mendesah. "Tidak. Kami masih mengerjakannya, tetapi aku harus memberitahumu bahwa kesepakatan Park Hill—""Connor, aku tidak peduli tentang kesepakatan Park Hill—"“Kita kalah,” kata Connor. Itu menarik perhatian Rex. “Tunggu, apa?”​​“Kita kalah,” ulang Connor. “Bagaimana kita bisa kalah? Kesepakatan sudah dilakukan. Tangan sudah berjabat tangan. Janji diberikan,” kata Rex, terkejut tidak percaya. “Kontrak tidak ditandatangani,” jelas Connor. “Kata-kata seseorang adalah miliknya—”“Bos, aku tahu. Tapi Joe Rees mendapat tawaran menit terakhir, dan itu sekitar dua persen lebih tinggi darimu, jadi dia menerimanya,” beber Connor. “Dua persen?”“Ya, aku tahu. Itu margin yang sangat kecil. Hampir seperti mereka tahu berapa banyak yang kau tawarkan dan kemudian menaikkannya cukup untuk membuat Rees membatalkannya.”“Itu men

  • Mawar Hitam Sang Presdir   119. Pengkhianat Tertangkap!

    "Apa yang coba kau katakan?" tanya Rosella pada Chris. "Jangan seperti anak kecil. Aku akan menunggu informasi lebih lanjut besok." Chris mengakhiri panggilan. Rosella menyeka pipinya, tidak menyadari bahwa ia mulai menangis. Rosella pikir bahwa ia harus keluar. Pergi. Tapi ke mana ia akan pergi? Ke mana pun lebih baik daripada penjara, ia rasa.Rosella memeriksa tasnya, memastikan setidaknya ia membawa dompet. Ia bisa meninggalkan semua yang lain. Ia berputar kembali saat matahari mulai terbenam. Ia yakin semua orang sudah menjauh dari pandangan sekarang. Bahkan Rex. Ia bertanya-tanya apakah Rex keluar mencarinya atau apakah Rex kembali ke rumah.Butuh waktu hampir satu jam untuk kembali; kaki Rosella mulai sakit. Satu-satunya cahaya datang dari bulan purnama saat ia mendekati gedung itu. Rosella memeriksa sekeliling gedung dan mencetak skor saat ia melihat kayu di atas celah yang kemungkinan akan mereka pasang pintu. Rosella menyelinap masuk, dan ia berkeliaran di tem

  • Mawar Hitam Sang Presdir   118. Si Paling Tidak Cerdik

    Rex berhenti sejenak karena Rosella kesal, yang membuatnya terkejut. Rex pikir mereka akan segera bertemu, tetapi cara Rosella menuduh Rex bersikap mencurigakan, membuatnya bertanya-tanya apakah Rosella atau seseorang yang ia kenal kehilangan uang dalam transaksi tanah spekulatif.“Tidak. Itu penting. Ada beberapa orang yang kacau dalam bisnis real estat dan jika ada seseorang yang menurutku tidak mampu, aku mencoba memperingatkan mereka. Tetapi banyak orang tidak menginginkan bantuan, Rosella. Seperti beberapa minggu atau bulan yang lalu, seseorang bunuh diri setelah menginvestasikan seluruh tabungan hidupnya dalam skema investasi untuk membeli properti hotel ini. Orang yang menjalankan skema itu tidak memiliki cukup uang untuk tawaran minimum. Alih-alih memberi tahu investornya, dia kabur membawa uangnya,” beber Rex. “Tempat ini? Yang sedang kita lihat?” Rosella berputar pelan di tengah lobi yang penuh debu. Kaca untuk unit ritel sedang dipasang, dan meja resepsionis marm

  • Mawar Hitam Sang Presdir   117. Miliarder Real Estate

    Rosella memberitahu Chris tentang kesepakatan Park Hill. Ia mengambil file yang disimpan dan melampirkannya sebelum ia menghapus jejak informasi apa pun dari ponselnya dan memasukkannya ke dalam saku. Rasa bersalah mulai menggerogoti Rosella.Rasa bersalah itu menyusup dari sekeliling Rosella. Rasa bersalah terhadap Rimba dan tidak bisa menjaga performanya. Rasa bersalah atas apa yang mungkin ia lakukan pada Hugo Kenyataan.Rex berkata dulu itu perusahaannya adalah milik ayahnya. Dan yang mengejutkan Rosella, bagian yang paling membuatnya merasa tidak enak adalah kenyataan bahwa ia mengkhianati Rex.Rosella seharusnya tidak merasa bersalah atas hal itu, tetapi ia merasa bersalah. Tidak peduli seberapa sering ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia sedang membalas kematian Rimba, rasa bersalah itu tetap ada.Rosella meraih handuk untuk menyeka wajahnya. Satu-satunya saat rasa bersalah dan amarah itu tidak mencoba menguasainya adalah ketika Rex memeganginya. Kendali yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status