Share

Bab 51. Harus Aku Korbankan Nyawaku?

Aku tertidur dalam rasa kesal. Mataku masih bengkak dan kepalaku terasa berat, namun perutku ini memaksaku keluar dari selimut. Aku lihat ponselku di atas nakas. Sengaja aku matikan, berusaha sembunyi dari siapapun.

Di luar sudah sepi. Pasti Alysia sudah tidur. Aku turun menuju dapur di lantai bawah. Tidak ada makanan di lemari pendingin. Hanya bahan makanan saja. Perutku menuntut lebih, namun malasku tak tertahan. Pilihanku berakhir dengan susu murni dingin dan sereal coklat.

Tidak seenak nasi gudeng yang berlimpah lauk, tapi bagaimana lagi, hanya ini yang ada.

Seperti kisah cintaku sekarang.

Menyedihkan dan memalukan. Aku seperti diangkat tinggi-tinggi dengan ungkapan cinta dan rencana manis. Kemudian dihempaskan sampai luluh lantak.

Aku mengunyah sereal coklat bersamaan dengan air mata yang menetes lagi.

Tertipu karena bodoh.

Itu yang membuat menyesal. Kenapa semudah ini aku mempercayai mimpi dan anganku tidak pasti ada? Itu hanya kesempurnaan di cerita dongeng. Pangera
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status