Beranda / Romansa / Mbak Arsitek Perancang Cinta / Bab 6. Panggil Saya Mas Sakti

Share

Bab 6. Panggil Saya Mas Sakti

Penulis: Astika Buana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-09 20:58:08

Entah mengapa, setelahnya kami pun terdiam, hingga orang di lift sudah tinggal kami berdua.

Setelah sampai di lantai tujuan, aku mengikuti Pak Sakti menuju ke ruangan kami. Tiba-tiba, dia berhenti dan membalikkan badan ke belakang. 

"Kamu kenapa berjalan di belakangku? Kita jalan seperti bebek dengan anaknya!" selorohnya dengan tertawa kecil. Aku menatap wajahnya dan ikut tertawa setelah memastikan tidak ada apa-apa karena kejadian tadi.

"Kita jalan sambil berbincang. Ingat, kira rekan kerja bukan baginda raja dan bawahannya," ucapnya berjalan melambat mensejajari aku.

"Siap, Pak!" ucapku bersikap kembali seperti semula. 

Saat ini, aku masih menjajaki Pak Sakti. Apakah dia termasuk golongan seperti rekan kampusku dulu, yang melihat kami bukan berdasar gendre, atau seperti laki-laki pada umumnya.

"Bagus penampilanmu saat ini, daripada kemarin. Baju baru?" tanyanya, menoleh ke arahku.

"Ini karena sahabatku, Alysia namanya. Kami tinggal bersama dan dia di sini mempunyai butik. Karena itulah saya menjadi korbannya," jelasku.

"Oh karena dia. Akhirnya tinggi kita menjadi sama!" ucapnya dengan tersenyum miring seperti menyindir kejadian tadi.

"E-e, tadi itu. Maaf saya tidak sengaja." Dia tidak merespon perkataanku. Dia memasuki ruangan dan duduk di meja kerjanya. Beberapa saat, kami asik dengan aktifitas masing-masing.

"Litu! hari ini kita mulai kerja yang sebenarnya!" teriaknya, berdiri dan menghampiriku.

"Sebelumnya, kita harus clearkan tentang hubungan kita!" 

"Hubungan kita?!" ucapku mendongakkan kepalaku kepada Pak Sakti yang berdiri di seberang meja. 

"Litu! Kita adalah rekan kerja. Aku tidak menganggap atau melihatmu sebagai perempuan. Jadi jangan tersinggung atau sakit hati kalau saya bersikap atau berkata kasar kepadamu. Begitu juga kamu! Jangan sungkan kepadaku. Walaupun aku seniormu, disini kita mengembangkan kreatifitas, jangan sampai senioritas menjadi langkah kita terganggu. Mangerti!" terangnya dengan menatapku tajam. 

Aku langsung tersenyum lega. Akhirnya aku mendapatkan rekan kerja yang aku inginkan.

"Baik! Saya menerima dan sangat senang dengan hal ini. Jadi saya tidak canggung lagj dengan Pak Sakti. Ternyata bapak lebih asik daripada yang saya bayangkan!" ucapku sambil tertawa kecil.

"Huus! Satu lagi, kamu jangan panggil saya pak atau bapak. Aku tidak setua itu!" ucapnya dengan melempar penghapus pencil  ke arahku.

"Panggil saya Mas Sakti, kecuali ketika meeting dengan divisi lain atau bertemu costumer!" tambahnya.

"Siap, Mas Sakti!" teriakku senang.

*

Kami langsung berdiskusi tentang rancangan yang akan kami kerjakan ini. Perusahaan menginginkan kami menterjemahkan keinginan mendiang pimpinan. Beliau adalah kakek dari Pak Mahendra Haryanto.

"Itu tugas kita untuk itu. Arsitektur itu ibarat menulis. Kita harus menuangkan dalam rancangan bangunan. Sehingga nantinya ketika seorang melihatnya akan mengerti apa yang yang tersirat di sana!" jelas Sakti yang  mulai saat ini Mas Sakti.

"Iya saya mengerti!" 

"Karena itu, Mahendra memilih karyamu karena menilai kau mempunyai ide tidak terbatas!"

"Tetapi, kenapa Pak Mahendra seperti keberatan menerima saya?" tanyaku setelah mengerti prosesnya.

"Iya. Karena dia tidak tahu kalau yang dipilihnya seorang perempuan," jelasnya.

"Jadi dia memilihku berdasarkan portfolio saya, kan?"

"Iya betul. Dia menganggap kemampuan kamu bisa memperkuat team kami dan mengerti tujuan pembanguan ini!" 

"Iya begitulah Mas Sakti. Saya mengerti itu. Arsitektur bukan sekadar membuat tempat berteduh, melainkan tempat yang membuat kita tertarik dan berpikir jauh ketika melihatnya. Saya sudah siap," timpalku.

"Untuk konsep dasarnya, siang ini kita ada meeting dengan Mahendra. Dia akan menceritakan tentang keinginan kakeknya," kata Mas Sakti.

"Maaf, saya ingin tanya. Sebelum bertemu langsung dengan Pak Mahendra."

"Apa?"

"Ada masalah apa beliau tidak menyukai perempuan sebagai anggota teamnya?" Pertanyaan yang dari awal berputar di kepalaku, semenjak menginjakkan kaki di perusahaan ini 

"Iya itu, karena ada masalah pribadi. Dia pernah mempunyai masalah besar dengan salah satu manager perempuan di sini dan berakhir manager itu keluar dari sini. Sejak itu, karyawan yang berhubungan langsung dengannya tidak ada yang perempuan!"

"Sudah lama?"

"Lumayan lama. Kamu perempuan pertama setelah sepuluh tahun terkahir ini .... Kenapa?! Kamu takut menghadapinya?" tanyanya sambil memiringkan kepala.

Aku menggelengkan kepalaku. ini sebuah tantangan. Aku harus mematahkan pemikirannya. 

Treeet .... Treeet .... 

Interkom berbunyi dan langsung mengangkatnya.

"Halo, dengan Litu di sini. Bisa saya bantu?" 

"Halo, saya sekertaris Pak Mahendra. Memberitahukan, pertemuan diajukan.  Tolong ke ruangan ini sekarang," ucapnya dan menutup telponnya. 

Huuft, sekertaris dengan bos sama modelnya. Sama-sama kaku. Tidak ada basa-basi apa kek, langsung to the point. Mungkin model seperti ini yang disukai Pak Mahendra. Bisa aku bayangkan seberapa tidak asiknya dia.

Aku meletakkan gagang interkom dan berpaling ke arah Mas Sakti.

"Mas Sakti, kita di tunggu Pak Mahendra sekarang. Meeting diajukan," ucapku membuat dia berdiri dan tersenyum kepadaku sambil berkata, "Kamu sudah siap menghadapi singa perusahaan ini?"

Aku tersenyum dan mengangguk berusaha menguatkan dan menenangkan jantung yang berdetak kencang. Kucing kecil ini akan menunjukkan cakarnya di depan singa perusahaan ini.

'Semangat!'

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bibiana Bili
nice cerita asyekkk dan menantang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 101.  Kita Untuk Selamanya

    Apa yang dicari dalam hidup ini, kalau tidak ketenangan? Untuk apa berlimpah harta dan kekuasaan, tetapi bergelimang kecemasan akan kehilangan? “Karenanya, aku berusaha menyelesaikan urusan-urusanku sebelum menjalani hidup tenang bersamamu, Litu.” Aku menjawab dengan senyuman sambil mengeratkan tangannya yang mengusap perut ini. Hangat tubuh yang selama ini aku nikmati dari bajunya yang tidak dicuci, sekarang bisa aku hidu setiap waktu. Senyuman begitu lekat di wajah ini. Sesekali meneleng ke belakang untuk menyambut ciumannya. “Kak Mahe tidak pergi meninggalkan aku lagi?” “Untuk apa? Semua sudah aku bereskan.” “Janji?” “Janji. Demi anak kita, Litu,” ucapnya sambil membalikkan tubuh ini kepadanya. Wajahnya menunjukkan keseriusan, dengan mata tidak terlepas dariku. “Apa yang terjadi kepadamu, membuat aku berpikir. Kalau aku tetap mempertahankan posisi dan apa yang aku lakukan sekerang, bukan tidak mungkin anak kita nanti akan mendapatkan kemalangan. Aku tidak mau itu.” “Iya. A

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 100.  Saat Kau Jauh

    Apa salah kalau seorang istri ingin merasa dipentingkan oleh suami sendiri? Apakah tidak benar, kalau aku ingin malam-malamku ditemani suami sambil mengusap perutku yang sudah mulai buncit ini?“Nduk, kamu ingin rujak manis mangga muda? Ibuk bikinkan, ya?”“Tidak usah ditawari. Langsung dibuatkan saja. Pasti Litu kemecer,” sahut Bapak menjawab pertanyaan Bapak.Bukannya aku tidak ingin, tapi aku menginginkan mangga muda yang diambilkan Kak Mahe sendiri. Keinginanku itu sudah tertahan satu minggu, dua minggu, dan sekarang sudah menginjak di bulan kedua. Namun tidak ada kabar sama sekali tentang Kak Mahe.“Suamimu baik-baik saja. Hanya dia belum bisa menghubungimu demi keselamatanmu, Litu,” ucap Mas Sakti kalau aku mengajukan pertanyaan yang sama melalui sambungan telpon.Sampai sekarang aku tidak tahu ada urusan apa yang lebih dia pentingkan. Kalau bisnis, kenapa justru dia meninggalkan perusahaan dan menyerahkan kepada Mas Sakti?Aku seperti istri yang tidak mengerti suaminya seperti

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 99.  Aku Ingin Pulang

    “Kamu benar ingin meninggalkan suamimu?” Alysia menangkup tanganku, menghentikan gerakanku yang sedang memasukkan baju ke dalam koper.Aku menatapnya sebentar. Rasanya ingin menyerah dan pasrah, tetapi hati ini sudah terlanjur terpantik rasa kesal. Menjadi seorang istri yang tidak dianggap. Ucapanku hanya dianggapnya angin lalu.“Iya. Aku ingin pulang ke Jogja. Di sini aku tidak dianggap apa-apa. Bahkan tidak dianggap penting,” ucapku kemudian melanjutkan yang aku lakukan tadi.“Litu. Pak Mahendra pergi karena ada urusan penting.”“Siapa yang bilang? Dia hanya mengurus orang-orang yang menurutnya harus dilibas,” ucapku sambil tertawa. “Alasan saja demi aku. Tapi menurutku itu hanya demi egonya sendiri.”“Sakti pasti benar. Pak Mahendra sedang ada__”“Sedang apa dia, Alys?” ucapku memotong ucapan sahabatku. Sejenak aku mengambil jeda untuk mengatur napas. Mencoba meredam amarah.“Kalau dia memang benar-benar mencintaiku dan sayang kepada anaknya, pasti sekarang ini dia menunggui aku ya

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 98. Terserah

    Tangannya memegang erat lenganku. Sorot matanya menunjukkan ketidakrelaan, menyurutkan gerakanku untuk berdiri.“Kak Mahe, aku tidak ingin keributan.”“Tapi Litu. Mereka tidak bisa dibiarkan begitu saja. Aku harus membalas perlakuannya kepadamu. Enak saja. Belum tahu siapa Mahendra ini?!” ucapku dengan mengeratkan kepalan tangan ini. Aku berusaha meredam amarahku, terlebih dihadapan Lituhayu.“Sst…. Kalau marah jangan keras-keras, Kak. Nanti dia dengar.” Istriku berdesis sambil menuntukkan telunjuk di depan bibirnya. Aku mengernyit.“Dia? Dia siapa?” tanyaku dengan menoleh ke sekeliling. Hanya ada kami berdua.Lituhayu tersenyum, kemudian menarik tangan ini ke arah perutnya. “Dia, Kak. Anak kita. Walaupun masih kecil di perut, dia sudah mendengar. Bahkan bisa juga merasakan apa yang ada di hati orang tuanya.”Aku terperanga seketika, tersadar dengan perasaan yang aneh ini. Yang menyelusup dan bersarang di hati ini.Anak? Anakku?Rasa yang tidak bisa aku gambarkan. Yang aku tahu, dia m

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 97.  Milikku

    Aroma wangi bunga menyelusup di penciuman. Kicauan suara burung terdengar bersautan yang mengantarkan kedamaian, mengusikku untuk membuka mata.Mata ini mengerjap, menajamkan pandangan yang terhalang tirai putih berkibar tergantung di tiang ranjang. Sesekali terlihat pemandangan yang menakjubkan, seiring dengan angin yang berembus halus.‘Dimana aku ini?’Penasaran. Aku beringsut dan perlahan kaki ini turun dari ranjang berwarna serba putih. Telapak kaki tergelitik seketika, saat beradu dengan ujung rumput.‘Apakah aku sudah di surga?’ bisikku dalam hati setelah menyibak tirai. Pemandangan indah terhampar luas. Aku di tengah-tengah taman indah dan beratapkan langit biru yang menyejukkan.Masih teringat lekat, tubuh ini melayang di udara. Telingaku yang mendengar teriakan pak sopir di sela suara Mas Sakti dan berakhir dengan silau yang menyerang mata ini.Siapa mereka?Sosok berbaju berbaju putih menunduk mengerumuni keranjang rotan.Penasaran. Langkah ini seakan melangkah dengan sendi

  • Mbak Arsitek Perancang Cinta   Bab 96.  Kecapekan

    Kalau mempunyai keinginan, memang harus diupayakan. Aku setuju tentang itu. Akan tetapi bukan begini juga prakteknya.Kebersamaan kami tidak hanya di rumah saja. Keinginan segera memiliki buah hati juga digaungkan di kantor. Hampir setiap ada kesempatan, Kak Mahe memanggilku ke ruangannya. Tentu saja berakhir di ruang rahasia belakang kabinet.Ranjang yang menghadap jendela lebar, seakan merindukan kehangatan kebersamaan ini. Menjadi saksi bisu kegigihan upaya kami berdua.“Kamu selalu cantik, Sayang.”Kak Mahe mengaitkan rambutku ke belakang telinga. Seakan selesai kerja keras, pendingin ruangan tidak menyurutkan keringat yang melembabkan kulit ini. Aku menggeliat, meregangkan tubuh yang lelah karena ulahnya. Seakan mengerti, selimut ditangkupkan di tubuhku yang masih meringkuk. Aku seperti atlit maraton yang mengibarkan bendera putih tanda menyerah.Senyum ini mengembang, saat dia mencium lembut kening ini. Mata ini pun enggan terpejam, saat dia dengan tubuh polosnya beranjak santa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status