Share

Make Over

last update Last Updated: 2021-03-07 20:41:41

Kirey membelalak saat saldo di rekeningnya bertambah. Sulit dipercaya. Namun, kenyataannya memang begitu. Ada sejumlah uang, nilainya mencapai jutaan rupiah terkirim ke dalam rekeningnya. Hampir setara dengan satu bulan full gajinya.

“Apa aku sedang tidak berimajinasi?” Kirey berusaha menyadarkan dirinya. Dia mencubit pipinya.

Auw! Terasa sakit. Itu artinya Kirey tidak sedang bermimpi. Ini… kenyataan yang harus ia terima. Benar begitu? Aneh tapi nyata. Sukuri saja! Kirey merasa seperti sedang mendapat durian runtuh. Rejeki nomplok namanya.

Besok, Kirey akan mempergunakan uang itu dengan sebaik mungkin. Potong rambut ke salon, membeli riasan wajah, memborong sepatu high heels, tas, dan beberapa pakaian setelan untuk bekerja. Itu sudah sesuai dengan amanat yang diberitahukan Gio kepada Kirey melalui pesan singkatnya.

Kirey membuka notebooknya. Dia mencatat semua kebutuhannya besok. Jangan sampai ada yang terlewat. Biar uangnya nggak mubazir. Tapi… boleh nggak sih Kirey menyisihkan uang itu untuk ia tabung? Mungkin tidak apa-apa. Toh, Presdir Gio tidak akan menanyakannya sampai sedetail itu uangnya dipakai untuk apa.

“Aku akan menyisihkannya beberapa ratus ribu saja. Cadangan sampai gajian bulan depan,” pikir Kirey.

***

Keesokan harinya, Kirey izin masuk terlambat. Dia harus mengubah penampilannya terlebih dahulu sebelum masuk kantor. Itu perintah Presdir Gio. Jadi, tidak apa-apa jika Kirey datang terlambat. Ada kompensasi langsung dari Presdir, pikirnya begitu.

Nyatanya, tidak demikian. Gio mencari-cari Kirey di ruangannya. “Ke mana wanita jelek itu?” tanya Gio pada salah satu staf pegawainya. Kebetulan staf itu satu ruangan dengan Kirey.

“Maaf, Presdir Gio mencari siapa?” tanya Sammy menghampirinya.

“Wanita jelek itu sudah masuk kantor belum? Kenapa hari ini dia datang terlambat?” Gio celingak-celinguk mencari Kirey. Jelas, Kirey tidak ada di ruangannya.

“Kirey izin masuk siang, Presdir Gio,” sahut Sammy mewakilinya.

“Katanya ada urusan penting di luar. Mungkin sebentar lagi dia akan datang. Sudah waktunya jam makan siang.”

Gio mengerutkan kening. Aneh, kenapa pria itu tahu jika Kirey masuk siang? Pikirnya berulang-ulang.

“Memangnya kamu siapanya Kirey? Sampai tahu tentang dia segala?” Gio menatap ke arah Sammy, curiga.

“Kamu ada hubungan apa dengan Kirey?” Pertanyaan Gio kini lebih mengerucut.

Agak berlebihan juga sih. Karena rasa ingin tahunya yang menggebu-gebu itu membuat Sammy jadi salah mengartikan bentuk perhatian Gio kepada Kirey.

“Ah, kami tidak ada hubungan apa-apa, Pak. Kirey hanyalah rekan kerja biasa. Tidak lebih,” jelas Sammy pada Gio.

“Begitu, ya?” Gio mengerti. Sammy dan Kirey hanya berteman. Noted.

Gio memperingatkan semua pegawainya. Tidak boleh ada yang menjalin hubungan dengan sesama rekan kerja di kantor. Itu peraturan baru yang harus dituruti semua pegawai yang bekerja di perusahaan Gio.

Tangan Kirey mengepal. Dia mendengar semua pembicaraan Sammy dan Gio. Pria itu mengatakan bahwa Kirey hanya dianggapnya sebagai rekan kerja, tidak lebih. Pernyataan macam apa itu?

Kirey kesal sekali pada Sammy. Iya. Sudah kesekian kalinya cinta Kirey bertepuk sebelah tangan. Dia tidak pernah dianggap selama ini. Lalu, kenapa setiap kali Sammy meminta bantuan Kirey selalu menyanggupinya? Jelas sekali alasan Kirey. Mana mungkin dia melakukannya gratisan? Selain mengharapkan uang, Kirey juga berharap lebih dari sekadar teman. Tetapi, tanggapan Sammy berbeda.

“Kirey?!” Seorang staf pegawai menyapanya, di depan ruang kerjanya.

“Apa? Itu Kirey?”

Ada yang percaya dan ada juga yang tidak. Sepertinya itu bukan Kirey. Kenapa ada wanita cantik yang memasuki ruang kerjanya?

“Itu beneran kamu, Kirey?” Pusat perhatian semua rekan kerjanya tertuju pada Kirey. Termasuk Sammy yang membalikkan tubuh dan melihat perubahan Kirey secara drastis.

Gio juga tertegun cukup lama memandangi penampilan baru Kirey. “Lumayan,” ucap Gio.

Beberapa jam sebelumnya, Kirey pergi ke salon langganannya. Dia memotong rambutnya menjadi sebahu. Rambut ikalnya kini menjadi lurus setelah catokan. Wajahnya agak glowing setelah dipoles make up natural. Lebih falwlesslah.

Sepatunya, dia menggunakan heels sekitar lima senti. Lumayan, jadi agak tinggi walau hanya beberapa senti saja. Lalu, dia mengenakan blouse berwarna putih tulang dan rok span selutut. Tasnya? Aish, menyebalkan! Dia masih menggunakan tas lamanya yang sudah usang. Itu karena dia tidak sempat membelinya di mall.

“Kirey, kamu kenapa berpenampilan seperti itu?” Sammy masih terkejut.

“Apa penampilanku terlihat aneh?” Kirey menanyakan pendapatnya pada Sammy.

Sammy mengangguk. “Sangat aneh,” katanya.

Fiuh! Benarkah? Sia-sia rasanya Kirey mengubah semua penampilannya sesuai arahan Gio.

Kirey menitikkan air mata. Sepertinya dia sedang diejek. Begitu pula dengan Gio. Dia terlihat sedang terkekeh. Menertawakan Kirey diam-diam. Percuma! Semua tidak ada gunanya lagi.

Kirey menyeka air matanya. Karena pria yang dia sukai malah mengejeknya. Bukan memberikan pujian seperti yang Kirey harapkan saat ini. Sial!

Ehem!

Gio berjalan mendekati Kirey. Kemudian dia mengatakan sesuatu kepada Kirey. “Ikut ke ruanganku!” perintahnya.

Kirey terpaksa menuruti perintahnya. Dia mengekor di belakang Presdir Gio. Semua mata memandang ke arahnya. Entahlah, tatapan aneh apa itu. Kirey tidak ingin menghiraukannya. Abaikan saja!

Kirey hanya tertunduk saat dia melangkah mengikuti Presdir Gio. Dia tidak berani menengadahkan kepala. Dia tidak ingin semua orang melihat wajah barunya. Pasti kacau sekali penampilannya saat ini, pikirnya pesimis.

BRUK!

Kirey menabrak punggung Gio. Tiba-tiba saja Gio menghentikan langkahnya dan membuat Kirey yang dibelakangnya tak sengaja membentur punggung Gio yang kekar itu.

“Maaf, Pak Presdir,” sesal Kirey.

Gio membalikkan tubuh. “Apa kamu menghabiskan uang yang kukirim kepadamu?” tanya Gio. Dia penasaran sekali.

Kirey meringis. “Ti-tidak! Masih ada sebagian lagi,” Kirey memberitahu.

Mampus! Bego banget Kirey mengatakannya pada Gio. Lagian, kenapa sih Gio menanyakan sesuatu yang tidak penting seperti itu? Memangnya dia mau menagih sisa uangnya? Mustahil.

“Aku mau melihat rinciannya? Setorkan padaku sekarang juga!”

Apa? Kirey membelalak. Ngapain juga Presdir Gio ingin tahu semua pengeluaran Kirey pada saat dia ngemake-over penampilannya? Ironis sekali. Sama sekali tidak masuk akal, pikir Kirey.

“Kenapa kamu diam saja? Aku ingin melihat apa saja yang kamu belanjakan hari ini?” desak Gio.

“Sebentar, Pak. Saya harus mencatatnya kembali. Karena saya tidak mengumpulkan struk belanjanya tadi,” Kirey beralasan semampunya.

Jangan sampai ketahuan! Kalau Presdir Gio menemukan celah kesalahan Kirey yang sengaja menyisihkan uang pemberian darinya, bisa gawat.

“Cepat, Kirey! Kamu sengaja membuatku menunggu lama, hah?” Gio mendesaknya lagi.

Terlihat sekali raut wajah Kirey yang langsung berubah pucat dan cemas. Baru kali ini Kirey berhadapan dengan bosnya yang super pelit. Masa iya, dia harus meminta kembali sisa uangnya? cibir Kirey dalam hati.

“Dasar pelit!” gumam Kirey.

“Apa kamu bilang? Beraninya kamu mengatakan aku pelit?”

***

           

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Me VS Mr. Presdir   Permintaan Bersyarat

    “Kakek, maafkan Gio…” sesal Gio. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa pada kakeknya. Tangan Tuan Gilberto merespon. Air mata menetes di pelupuk mata kakeknya. Gio menyekanya.“Gi… Gio…” Suara Tuan Gilberto terdengar memanggilnya. Gio mendengarnya dan segera mendekatkan diri di samping kakeknya yang sedang berusaha bicara padanya.“Iya, Kek,” sahut Gio.Perlahan-lahan, Tuan Gilberto membuka matanya. Dia melihat Gio berada di sampingnya.“Kem… bali…lah ke kan… tor,” pinta Tuan Gilberto agak terbata-bata. Agak sulit kakek mengatakannya pada Gio.“Tapi, Kek,” Gio hendak menolak permintaan kakeknya. Namun, Tuan Gilberto diwakilkan Nyonya Maria memohon pada Gio. Agar cucunya itu bisa segera kembali memimpin perusahaan yang sudah ditinggalkannya akhir-akhir ini.“Kakek sungguh ingin aku kembali?” Gio memastikannya

  • Me VS Mr. Presdir   Gawat, Tuan Gilberto Sekarat!

    Kirey masih harus mendapatkan perawatan intensif ibu hamil di Rumah Sakit. Dia masih belum sadarkan diri dari tidurnya. Gio keluar dari ruang inap kelas satu. Di luar kamar inap, Sammy masih bersabar, menunggu kabar dari Gio.“Gimana keadaan Kirey?” Sammy langsung memburu Gio.“Kondisinya masih lemah dan dia harus banyak istirahat selama bedrest,” Gio memberitahu.“Apa kata dokter? Kirey sakit apa?” Sammy panik dan terus memburu Gio dengan banyak pertanyaan.“Kenapa kamu masih di sini? Bukannya kamu harus pergi bekerja?” Gio heran. Dia mengalihkan pembicaraan. Namun, Sammy tidak memedulikannya. Fokus perhatiannya masih tertuju pada Kirey.“Aku akan menemani Kirey selama dia berada di Rumah Sakit. Sebaiknya, Anda pulang saja. Biar saya yang menggantikannya,” kata Sammy mengusir Gio secara halus.Apa? Gio membelalak. Ada apa dengan Sammy? Kenapa dia bersikeras ingin menjaga Kirey di s

  • Me VS Mr. Presdir   Pengorbanan

    “Apa maksudmu mengundurkan diri dari perusahaan?” Tuan Gilberto terkejut mendengar keputusan Gio. Menurut pria tua itu, Gio sangat ceroboh dan tergesa-gesa saat mengambil keputusan. Mendadak sekali Gio mengatakannya.“Iya, jika Kakek bersikeras memisahkanku dengan Kirey, maka aku tidak punya pilihan lain. Aku akan meninggalkan semua yang Kakek wariskan untukku.”“Memangnya kamu sudah siap miskin, Gio?” Tuan Gilberto meragukan Gio.“Aku tidak peduli. Asalkan bisa hidup bersama Kirey, aku rasa itu tidak masalah.”Gio dan Tuan Gilberto saling berdebat. “Anak bodoh! Tidak tahu berterima kasih,” umpat Tuan Gilberto.Di ruangan tersebut, mereka masih berdebat. Semua orang yang tengah menyaksikan keributan itu pun akhirnya terpaksa keluar, meninggalkan ruangan itu dan memberikan privasi untuk kakek dan cucu itu saat sedang bernegosiasi.“Baiklah. Jika itu keinginanmu. Kakek tidak aka

  • Me VS Mr. Presdir   Mengundurkan Diri

    Malam itu, Gio diberitahu polisi bahwa Ellena mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Sejak itulah, Gio merasa bersalah. Dia terus menerus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kekasihnya, Ellena. Sampai-sampai setiap malam, Gio harus mengalami mimpi buruk dan berhalusinasi tentang Ellena.“Kamu, pria brengsek Gio!” kata Sephia.“Kenapa? Apa kamu menyesal sekarang sudah mengenalku?” tantang Gio.“Tetapi, aku selalu saja jatuh cinta padamu. Kamulah yang membuatku nekat seperti ini. Sepeninggalnya Ellena, bukannya memilihku kamu malah menikahi gadis kampung itu! Aku tidak rela, Gio!”Gio tersenyum sinis mendengarnya. “Aku sudah sering mengatakannya dengan sangat jelas, bahwa aku tidak pernah mencintaimu Sephia,” tegas Gio.“Itulah alasannya Gio.”“Kamu bukan tipeku, Sephia. Aku memiliki standar sendiri memilih wanita yang aka

  • Me VS Mr. Presdir   Sisi Gelap Gio

    Gio pergi terburu-buru menuju pabrik kosong itu. Setelah seorang detektif swasta suruhannya memberitahukan lokasinya, Gio pun melaju dengan cepat. Dia harus segera membereskan perkara ini. Jika ingin menyelamatkan Kirey dan bapak mertuanya dari tuduhan palsu kakeknya.Beberapa menit kemudian, Gio telah sampai di pabrik usang itu. Dia berjalan cepat menghampiri si penipu yang kondisinya sudah babak belur dihajar orang-orang suruhan Gio. Detektif swasta itu telah mengikat si penipu dengan tali yang cukup kencang di area tangan, kaki, juga bagian perutnya yang agak buncit.Tidak hanya itu, kedua mata si penipu pun ditutup kain berwarna putih sehingga dia tidak bisa melihat siapa pun yang akan mengeksekusinya malam ini. Gio harus menyembunyikan identitasnya saat hendak memberi pelajaran pada sampah itu.Detektif swasta dan beberapa orang suruhan Gio lainnya memberi hormat ketika Presdir Gio datang menghampiri mereka. Gio membuka maskernya dan memandangi wajah si pen

  • Me VS Mr. Presdir   Pilihan yang Sulit

    “Kenapa kamu diam saja Gio? Apa kamu tidak bisa memilih antara istrimu atau perusahaan yang merupakan seluruh aset kekayaanmu?” desak Tuan Gilberto.“Kakek!” hardik Gio di depan semua orang. “Menurutku itu bukan pilihan.”Anak bodoh! Tuan Gilberto mencibir Gio. Padahal kan Gio tinggal memilih saja. Itu menurut Tuan Gilberto. Tetapi bagi Gio, disuruh memilih antara Kirey dan seluruh warisannya merupakan pilihan yang sulit. Dua-duanya sudah menjadi kebutuhan hidup Gio sehari-hari. Dia tidak bisa hidup tanpa kekayaannya. Namun, dia juga tidak bisa tidur nyenyak tanpa Kirey ada di sampingnya.“Kenapa Kakek tidak mengerti perasaanku?” keluh Gio.“Perasaan macam apa yang kamu rasakan itu? Selama ini kamu sering main dengan wanita di luaran sana. Lalu, apa salahnya sekarang kamu menyingkirkan wanita itu dari hidupmu?” sindir Tuan Gilberto.“Kakek! Aku serius mencintai Kirey,” ungkap G

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status