“Entshuldigen sie. Was ist los? Sei ruhig,” ucap si bule Jerman itu lagi kepada Kirey. (Permisi. Ada masalah apa? Mohon tenanglah.)
Kirey celingak-celinguk sendiri. Dia benar-benar kepayahan dan tidak mengerti maksud ucapan bule Jerman yang tatoan itu. Jika tahu bakalan kayak gini, seharusnya waktu SMA dulu Kirey tidak melewatkan pelajaran Bahasa Jermannya. Sekarang, baru terasa dia kesulitan berkomunikasi dengan orang asing. Makanya, penting sekali mempelajari Bahasa asing tuh. Kirey jadi sangat menyesal.
Tenanglah. Jangan panik! Itu saja dulu. Kirey harus bersikap tenang di depan orang asing itu. Dia harus tampil percaya diri meski pun kini dia tengah gelisah, gundah, merana terpisah dari Gio. Kirey bisa berbahasa Inggris, kok. Gunakan saja Bahasa asing itu. Siapa tahu si bule mengerti sedikit demi sedikit maksud perkataan Kirey.
“Can you help me? I’m looking for my husband. We’re separated here,” ucap Kirey agak gugu
“Tunggu, Gio!” cegah Kirey. “Apa kamu akan menyentuhku?” tanyanya.Astaga! Apa benar dia akan melakukannya? Kirey ada apa denganmu? Kenapa tadi dia menganggukkan kepalanya? Bukankah itu sama saja dia membuka peluang dan memberikan Gio lampu hijau untuk melancarkan aksinya?“Apa maksudmu Kirey?” Gio balik tanya.Kirey mengerjap-ngerjapkan matanya. Iya juga sih, pertanyaan apa yang sudah dilontarkan Kirey pada suaminya? Sudah jelas-jelas, Gio ingin bercinta dengannya. Kenapa Kirey malah ragu dan mempertanyakannya lagi?“Apa aku harus menjelaskan lebih detail lagi keinginanku malam ini, Kirey?” Gio agak kesal.“Ah, maksudku beri aku jeda waktu sebentar aja Gio. Aku belum siap-siap…” Kirey beralasan.Gio tidak mengerti maksud ucapan Kirey. Pernyataan konyol macam itu, Kirey? Gio tersenyum sinis pada Kirey. Dia itu jadi wanita polos sekali, pikir Gio. Tetapi, justru itulah daya ta
Keesokkan harinya, Gio sedang menyeduh kopi instan sambil menikmati pemandangan sekitar hotel pagi-pagi sekali. Setelah usai mengaduk kopinya dalam cangkir, dia berjalan membawa kopi dan iPadnya. Dia juga sudah berpakaian rapi dan duduk manis di balkon hotel sambil menunggu Kirey bangun dari tidurnya.“Astaga!” Kirey terbangun tiba-tiba. Matanya membesar. Lalu, dia mengingat-ingat kejadian semalam. Aish! Benarkah dia melakukannya? Bercinta dengan Gio semalam?Kirey menoleh ke samping. Aneh, Gio sudah tidak ada di tempat tidurnya. Apa jangan-jangan pria itu pergi meninggalkannya?“GIO!” panggil Kirey setengah berteriak. Dia masih menutupi tubuhnya dengan selimut kemudian beranjak dari tempat tidur.Sontak saja Gio menoleh. Setelah mendengar Kirey berteriak memanggilnya pagi itu. Ya ampun, Kirey?! Gio mendapati Kirey masih belum berpakaian.“Ada apa teriak-teriak?” tanya Gio. Matanya mengarah pada tubuh Kirey yang
“Gio, cepatan dong! Aku udah nggak tahan lagi,” desak Kirey setengah memaksa.“Sabar, Kirey. Memangnya mau ngapain sih?”“Aku kebelet mau pipis, nggak tahan lagi. Cariin aja restoran dekat-dekat sini,” pinta Kirey sambil menahan kencing. Gio celingak-celinguk mencari restorannya.Ah, kelamaan. Kirey langsung saja membawa Gio pergi mencari restoran. Setelah ketemu, Kirey menyuruh Gio duduk di sebuah meja, dekat jendela.“Tunggu aku di sini ya. Jangan ke mana-mana!” Kirey memerintah. Gio segera menuruti keinginan istrinya. Sambil menahan ketawa.Kirey bergegas menuju toilet. Setelah Kirey pergi, Gio menerima telepon masuk. Dari Kakeknya, Tuan Gilberto.Tuan Gilberto menyuruh Gio dan Kirey untuk segera pulang ke Tanah Air. Katanya, ada bisnis yang harus dikerjakan. Ada beberapa project yang akan bekerja sama dengan perusahaan yang dikelola oleh Gio. Sekaligus penobatan Gio menjadi Presdir tunggal
“Apa maksudmu, Ellena? Aku tidak mengerti ucapanmu?” tanya Gio. Dia tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Kirey.Gio saat itu sedang berbincang-bincang dengan Tuan Gilberto, membahas tentang perusahaan yang akan dikelola resmi olehnya. Namun, ketika Gio menerima panggilan telepon dari Kirey, dia segera mengalihkan dan memanggil Kirey dengan nama Ellena lagi.Saat itu Kirey tahu, bahwa Kakeknya Gio, Tuan Gilberto sedang berada dengan suaminya. Gio beranjak dari tempat duduknya. Dia berbicara dengan Kirey di ruangan lain, agar Tuan Gilberto tidak mencurigai kebohongannya. Antisipasi saja.“Di mana Bapakku, Gio?” tanya Kirey sekali lagi.Nada suaranya terdengar panik dan harap-harap cemas. Dia tidak bisa menunggu dan harus segera mengetahui keberadaan keluarganya sekarang, detik ini juga.“Bukankah mereka ada di rumahmu?” Gio memastikan.“Apa?” Kirey membelalak.Apa Gio tidak mengetah
Kirey mondar-mandir di ruang tamu rumahnya. Sesekali dia terus menatap ke layar ponselnya, menunggu kabar dari Gio, suaminya tentang keberadaan keluarganya. Perasaannya sangat tidak tenang, diliputi kecemasan luar biasa yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan.“Pak, Bapak di mana sekarang?” Kirey gelisah.“Nyonya, apa Anda ingin minum sesuatu? Saya bisa mengambilkan Anda secangkir teh atau cokelat hangat agar Anda tenang, Nyonya,” kata salah seorang pelayan di rumahnya menawarkan. Kirey menggeleng.“Tidak, terima kasih. Aku sedang tidak menginginkan sesuatu untuk saat ini,” sahut Kirey menolak tawaran pelayannya.“Baiklah, Nyonya. Jika Anda menginginkan sesuatu, Anda bisa panggil saya lagi. Permisi, Nyonya.” Pelayan itu segera pergi dari hadapan Kirey. Tinggallah Nyonya itu sendirian sekarang.Gio belum juga menghubunginya sejak beberapa jam yang lalu. Kirey semakin khawatir, apa terjadi sesuatu yang
Pagi-pagi sekali Kirey sudah bersiap-siap berangkat ke kantor. Dia menunggu Gio keluar dari kamarnya, sambil menyantap sarapan di meja makan. Sepertinya Gio belum selesai merapikan diri di kamarnya. Apa dia mengalami kesulitan saat berpakaian? Rasanya tidak mungkin, pikir Kirey sambil menggeleng. Lalu, dia kembali mengunyah roti sandwichnya.“Ah, tidak mungkin,” ujar Kirey dalam hati. Kemudian, Kirey bergegas menghabiskan sarapan paginya.BRUUUKK!Terdengar suara pintu kamar ditutup. Itu pasti Gio, pikir Kirey. Dia melihat Gio sedang berjalan menuju ruang makan. Kirey segera menyiapkan sarapan untuknya.“Pagi, Sayang!” sapa Gio. Dia inisiatif sendiri mencium kening dan pipi istrinya.Duh, mesra sekali. Membuat para pelayan iri saja melihat kemesraan yang ditunjukkan oleh sepasang pengantin baru itu.Deg!Waktu itu, Kirey tidak bisa membalas suaminya karena mulutnya penuh dengan makanan. Dia masih sibuk mengunya
“BAPAK!” teriak Kirey memanggil bapaknya. Bapak Kamal menoleh ke sumber suara. Itu suara putrinya, Kirey.“Putriku…” gumam Bapak Kamal. Kemudian, dia melihat ke belakang Kirey. Ada Gio yang menyusulnya di belakang.Kirey langsung memeluk Bapak Kamal saking tak kuatnya menahan rindu. “Bapak ke mana aja? Kenapa tidak memberitahuku sebelumnya, Pak? Aku kesulitan menghubungi Bapak kemarin. Aku takut terjadi sesuatu padamu, Pak,” cerocos Kirey. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan bapaknya yang kini jauh darinya.Kirey masih menangis di pelukan bapaknya. Seperti anak kecil yang baru bertemu dengan orang tuanya yang pergi bertahun-tahun. “Maaf, Kirey. Bapak tidak menghubungimu karena…” kalimat Bapak Kamal terhenti beberapa saat. Setelah Gio mendekati mereka.Gio menghampiri ayah mertuanya. “Pak! Gimana keadaan Bapak saat ini?” sapa Gio basa-basi.Kirey melepas pelukanny
“Jadi, kamu tidak tahu jika ayahmu masuk penjara selama ini? Aku sendiri yang baru membebaskannya tadi pagi. Sesuai dengan perintah Presdir Gio,” wanita pengacara itu mengatakannya. Dia sendiri yang membeberkan rahasia Gio pada Kirey. Padahal sebelumnya, Gio sudah menyuruh wanita itu menutup mulutnya rapat-rapat.“SEPHIA!” panggil Gio agak membentaknya. Dia datang saat Kirey dan wanita pengacara yang bernama Sephia itu sedang berbincang.Gio segera pergi ke ruang tamu setelah diberitahu office boy yang mengantarkan makanan dan minuman atas perintah Kirey.Kirey menoleh ke arah Gio, suaminya. Dia sudah menduga bahwa Gio menyembunyikan sesuatu darinya. Ternyata itu yang disembunyikannya. Pantas saja perasaan Kirey dari tadi curigaan melulu.“Aku tidak mengerti maksud perkataan wanita itu, Gio?” tunjuk Kirey. Telunjuknya mengarah pada wanita itu. Sedangkan matanya melirik tajam ke arah Gio.“Kirey, aku akan me