“Apa ini semuanya adalah uang?” Kirey hampir tidak memercayainya.
Mata Kirey membulat. Lalu, dia mengedip-ngedipkan matanya. Seolah, apa yang dia lihat saat ini tidaklah nyata. Pasti hanya mimpi dan dia berhalusinasi. Mana mungkin, di hadapannya kini ada tumpukan uang ratusan juta rupiah tertata rapi di dalam sebuah koper.
“Ya. Itu semua uangku,” Gio meyakinkan Kirey.
“Lalu, kenapa Anda memperlihatkannya kepada saya?” Kirey tidak habis pikir. Apa Presdir Gio yang kaya raya, keturunan konglomerat itu sengaja ingin pamer di depan Kirey?
Kirey menelan ludah. Jujur saja, dia tergiur melihat uang sebanyak itu. Tidak. Itu bukan miliknya. Kirey mengelus dada. Menarik napasnya panjang. Kemudian, dia menutup kembali koper milik Gio. Dia merasa tidak mungkin memilikinya. Ikhlaskan saja.
“Kamu bisa menggunakan uang itu,” kata Gio. Alam bawah sadar Kirey tersentak. Seakan-akan Kirey dipaksa bangun dari mimpi indahnya.
“Saya bisa menggunakannya?” Lagi. Kirey terkejut.
“Kenapa Anda memberikannya pada saya secara cuma-cuma?” pikir Kirey.
Gio menggeleng. “Siapa bilang aku memberikannya begitu saja?”
Oow! Kirey salah persepsi rupanya. Jelas itu tidak mungkin. Di dunia ini mana ada yang gratisan? Pasti ujung-ujungnya meminta imbalan atau balas jasa.
“Lantas? Apa yang Anda inginkan dari saya sebagai imbalannya?” Kirey langsung bisa menebak. Bahwa Presdir Gio pasti menginginkan sesuatu darinya. Entah apa itu. Kirey sulit sekali menerkanya.
Gio tampak berpikir. Apa ya? Tidak ada yang menarik dari Kirey, menurutnya. Bahkan tubuhnya saja tidak bagus dan tidak seksi seperti wanita lain yang pernah Gio tiduri. Dan… lagi-lagi, wajah serta penampilan Kirey yang semrawut dan acak-acakan masih ia permasalahkan. Gio tidak suka melihat wanita jelek.
“Nanti aku akan memikirkannya lagi. Kamu boleh mempertimbangkannya. Jika benar kamu membutuhkan uang itu, kamu bisa menemuiku lagi. Mengerti?” Gio menjanjikan.
“Benarkah?” Kirey masih ragu-ragu. “Anda tidak sedang mempermainkan saya, bukan?”
Gio merebut koper dari tangan Kirey yang sedari tadi digenggamnya. Dia merasa Kirey sudah tidak menghargainya sebagai atasan yang akan menolongnya. Entahlah. Terlalu mendadak bagi Kirey. Sehingga dia tidak bisa berpikir jenih untuk saat ini.
“Saya akan kembali lagi nanti, Pak Presdir. Saya permisi dahulu,” pamit Kirey.
“Hmm,” gumam Gio.
Sebelum Kirey jauh melangkah, dia merasa Gio belum memenuhi kewajibannya. Kirey berbalik menghampirinya lagi.
“Ada apa?” Gio kaget. Melihat Kirey mendekatinya lagi.
Kirey menengadahkan tangan. Meminta bayaran. Dia tidak bermaksud meminta-minta belas kasihan dari Gio. Hanya saja, Kirey merasa berhak mendapatkan bayaran atas pekerjaannya di luar jam kantor. Ya, itu termasuk pekerjaan sampingan, bukan?
“Ah, itu rupanya,” Gio langsung mengerti. Dia membuka isi dompetnya lalu memberikan beberapa lembar uang pecahan seratus ribuan kepada Kirey.
“Terima kasih, Pak Presdir. Saya pamit lagi kalau begitu,” pamit Kirey untuk yang kedua kalinya.
Lumayanlah. Dia mendapat uang ratusan ribu. Bisa pulang naik ojek online dan membeli makanan untuk santap makan malamnya bersama keluarganya di rumah.
Kirey segera pergi meninggalkan kediaman Presdir Gio yang super mewah. Pria itu sangat kaya. Apa dia ditakdirkan memiliki kekayaan sebanyak itu? Kenapa Tuhan tidak membagi rata kekayaan Gio kepada Kirey saja? Mungkin itu akan terdengar lebih adil.
Ah, sudahlah. Itu hanya omong kosong. Apa yang bisa Kirey bandingkan dengan Gio? Bagai langit dan bumi mungkin iya. Kirey sadar diri, kok.
Kirey berjalan kaki sampai depan komplek perumahan real estatenya Gio. Di depan gapura komplek yang sangat besar itu, seorang pengemudi ojek online sudah menunggu Kirey.
“Maaf, Bang Ojol! Agak lama ya, menunggunya,” sesal Kirey. Jalannya lama sih. Abang Ojolnya untung setia menunggu penumpangnya.
Tidak lama kemudian, Kirey tiba di rumah. Dia melihat semua orang sudah tertidur lelap di kamarnya masing-masing. Bapak sudah terlelap. Begitu juga dengan Kiki, adik Kirey satu-satunya yang masih berusia sepuluh tahun. Dia ketiduran setelah mengerjakan PR-nya.
Kirey menghela napas panjang. Agak berat sih. Tetapi, dia mencoba untuk tenang. Sambil memikirkan kembali tawaran Presdir Gio kepadanya.
Ah, sialan! Kirey jadi tidak bisa tidur memikirkan isi koper itu. Kira-kira apa yang diinginkan oleh Presdir Gio pada Kirey? Sangking tidak bisa tidur, Kirey bolak-balik di depan tempat tidurnya.
“Besok, aku harus menemuinya lagi. Barang kali dia mau membuat kesepakatan denganku.”
“Aku harus mempersiapkan diri jika memang Presdir Gio sedang menyiapkan rencana untukku. Pasti ada sesuatu. Ada gajah dibalik batu.”
Hah? Kirey salah sebut. Ada udang dibalik batu, itu mungkin maksudnya. Ya, maaf. Maklumi saja, Kirey lagi banyak pikiran. Kalut banget. Alias kacau.
Tek-tek-tek!
Suara detak jarum jam dinding di kamarnya berbunyi cukup kencang. Itu karena suasana malam ini terasa begitu hening. Bahkan, suara nyamuk yang sedang bercinta pun kedengaran dan itu sangat menyebalkan.
Kirey ingin sekali membunuhnya. Karena suaranya terdengar melengking-lengking di telinganya. Dia jadi tidak fokus memikirkan rencana antisipasi melawan Gio jika dia berani mempermainkannya.
DRRRRTTTT!
Ponsel Kirey bergetar. Sebuah notifikasi pesan singkat dari Sammy muncul di layar ponselnya.
[Rey, kamu sudah tidur?]
[Ayo, main game bersamaku!]
[Aku sedang suntuk malam ini tidak bisa tidur.]
Kirey mengetik balasan pesan dengan sangat cepat. Dia sedang tidak mood main game onlinenya. Habis kuota.
[Jangan menggangguku!]
[Aku sudah tidur nyenyak.]
Sammy tersenyum kecut membaca pesan yang dikirim Kirey. Masa iya, orang tidur bisa mengetik pesan? Kirey ngawur nih. Dia sedang bercanda kali. Ngelawak.
Baiklah. Sammy tidak akan mengganggunya. Dia melempar ponselnya ke tempat tidur karena kesal. Kirey tidak mau menemaninya bermain game online. Sementara, Kirey masih memikirkan rencananya. Harus tersusun dengan rapi.
Kirey mengambil ballpoint dan kertas HVS. Dia mulai menggambar di kertas polos itu. Kalau lagi kesal dan gabut, biasanya Kirey mengekspresikannya dengan menggambar ilustrasi. Dia akan menggambar bosnya.
Kira-kira wujudnya seperti ini. Kepalanya bertanduk iblis. Giginya mengeluarkan taring mirip vampir. Wajahnya terlihat garang seperti setan kredit. Ya, kurang lebih begitu. Selesai.
DRRRTTTT!
“Astaga!” Kirey terkejut dan dia tak sengaja melempar ballpointnya ke lantai.
Sebuah pesan berantai masuk lagi ke ponselnya. Kali ini bukan dari Sammy. Melainkan dari bosnya di kantor, Presdir Gio. Tumben, dia menghubungi Kirey secara pribadi.
[Aku sudah mentransfer sejumlah uang untukmu.]
[Besok kamu harus datang ke kantor dan ubah semua penampilanmu.]
[Dari ujung kaki hingga ujung kepala.]
[Temui aku setelah kamu dimake over.]
[Ini perintah!]
[Jika tidak dilakukan, maka kamu harus mengembalikan uangku dan mengganti pinalti setengahnya.]
[Lakukan besok!]
[Jangan banyak protes, gadis jelek!]
Kirey mengeluh. “Apa-apaan ini?” Penasaran, dia pun mengecek saldo rekeningnya di internet mobile.
“Astaga!”
***
“Kakek, maafkan Gio…” sesal Gio. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa pada kakeknya. Tangan Tuan Gilberto merespon. Air mata menetes di pelupuk mata kakeknya. Gio menyekanya.“Gi… Gio…” Suara Tuan Gilberto terdengar memanggilnya. Gio mendengarnya dan segera mendekatkan diri di samping kakeknya yang sedang berusaha bicara padanya.“Iya, Kek,” sahut Gio.Perlahan-lahan, Tuan Gilberto membuka matanya. Dia melihat Gio berada di sampingnya.“Kem… bali…lah ke kan… tor,” pinta Tuan Gilberto agak terbata-bata. Agak sulit kakek mengatakannya pada Gio.“Tapi, Kek,” Gio hendak menolak permintaan kakeknya. Namun, Tuan Gilberto diwakilkan Nyonya Maria memohon pada Gio. Agar cucunya itu bisa segera kembali memimpin perusahaan yang sudah ditinggalkannya akhir-akhir ini.“Kakek sungguh ingin aku kembali?” Gio memastikannya
Kirey masih harus mendapatkan perawatan intensif ibu hamil di Rumah Sakit. Dia masih belum sadarkan diri dari tidurnya. Gio keluar dari ruang inap kelas satu. Di luar kamar inap, Sammy masih bersabar, menunggu kabar dari Gio.“Gimana keadaan Kirey?” Sammy langsung memburu Gio.“Kondisinya masih lemah dan dia harus banyak istirahat selama bedrest,” Gio memberitahu.“Apa kata dokter? Kirey sakit apa?” Sammy panik dan terus memburu Gio dengan banyak pertanyaan.“Kenapa kamu masih di sini? Bukannya kamu harus pergi bekerja?” Gio heran. Dia mengalihkan pembicaraan. Namun, Sammy tidak memedulikannya. Fokus perhatiannya masih tertuju pada Kirey.“Aku akan menemani Kirey selama dia berada di Rumah Sakit. Sebaiknya, Anda pulang saja. Biar saya yang menggantikannya,” kata Sammy mengusir Gio secara halus.Apa? Gio membelalak. Ada apa dengan Sammy? Kenapa dia bersikeras ingin menjaga Kirey di s
“Apa maksudmu mengundurkan diri dari perusahaan?” Tuan Gilberto terkejut mendengar keputusan Gio. Menurut pria tua itu, Gio sangat ceroboh dan tergesa-gesa saat mengambil keputusan. Mendadak sekali Gio mengatakannya.“Iya, jika Kakek bersikeras memisahkanku dengan Kirey, maka aku tidak punya pilihan lain. Aku akan meninggalkan semua yang Kakek wariskan untukku.”“Memangnya kamu sudah siap miskin, Gio?” Tuan Gilberto meragukan Gio.“Aku tidak peduli. Asalkan bisa hidup bersama Kirey, aku rasa itu tidak masalah.”Gio dan Tuan Gilberto saling berdebat. “Anak bodoh! Tidak tahu berterima kasih,” umpat Tuan Gilberto.Di ruangan tersebut, mereka masih berdebat. Semua orang yang tengah menyaksikan keributan itu pun akhirnya terpaksa keluar, meninggalkan ruangan itu dan memberikan privasi untuk kakek dan cucu itu saat sedang bernegosiasi.“Baiklah. Jika itu keinginanmu. Kakek tidak aka
Malam itu, Gio diberitahu polisi bahwa Ellena mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Sejak itulah, Gio merasa bersalah. Dia terus menerus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kekasihnya, Ellena. Sampai-sampai setiap malam, Gio harus mengalami mimpi buruk dan berhalusinasi tentang Ellena.“Kamu, pria brengsek Gio!” kata Sephia.“Kenapa? Apa kamu menyesal sekarang sudah mengenalku?” tantang Gio.“Tetapi, aku selalu saja jatuh cinta padamu. Kamulah yang membuatku nekat seperti ini. Sepeninggalnya Ellena, bukannya memilihku kamu malah menikahi gadis kampung itu! Aku tidak rela, Gio!”Gio tersenyum sinis mendengarnya. “Aku sudah sering mengatakannya dengan sangat jelas, bahwa aku tidak pernah mencintaimu Sephia,” tegas Gio.“Itulah alasannya Gio.”“Kamu bukan tipeku, Sephia. Aku memiliki standar sendiri memilih wanita yang aka
Gio pergi terburu-buru menuju pabrik kosong itu. Setelah seorang detektif swasta suruhannya memberitahukan lokasinya, Gio pun melaju dengan cepat. Dia harus segera membereskan perkara ini. Jika ingin menyelamatkan Kirey dan bapak mertuanya dari tuduhan palsu kakeknya.Beberapa menit kemudian, Gio telah sampai di pabrik usang itu. Dia berjalan cepat menghampiri si penipu yang kondisinya sudah babak belur dihajar orang-orang suruhan Gio. Detektif swasta itu telah mengikat si penipu dengan tali yang cukup kencang di area tangan, kaki, juga bagian perutnya yang agak buncit.Tidak hanya itu, kedua mata si penipu pun ditutup kain berwarna putih sehingga dia tidak bisa melihat siapa pun yang akan mengeksekusinya malam ini. Gio harus menyembunyikan identitasnya saat hendak memberi pelajaran pada sampah itu.Detektif swasta dan beberapa orang suruhan Gio lainnya memberi hormat ketika Presdir Gio datang menghampiri mereka. Gio membuka maskernya dan memandangi wajah si pen
“Kenapa kamu diam saja Gio? Apa kamu tidak bisa memilih antara istrimu atau perusahaan yang merupakan seluruh aset kekayaanmu?” desak Tuan Gilberto.“Kakek!” hardik Gio di depan semua orang. “Menurutku itu bukan pilihan.”Anak bodoh! Tuan Gilberto mencibir Gio. Padahal kan Gio tinggal memilih saja. Itu menurut Tuan Gilberto. Tetapi bagi Gio, disuruh memilih antara Kirey dan seluruh warisannya merupakan pilihan yang sulit. Dua-duanya sudah menjadi kebutuhan hidup Gio sehari-hari. Dia tidak bisa hidup tanpa kekayaannya. Namun, dia juga tidak bisa tidur nyenyak tanpa Kirey ada di sampingnya.“Kenapa Kakek tidak mengerti perasaanku?” keluh Gio.“Perasaan macam apa yang kamu rasakan itu? Selama ini kamu sering main dengan wanita di luaran sana. Lalu, apa salahnya sekarang kamu menyingkirkan wanita itu dari hidupmu?” sindir Tuan Gilberto.“Kakek! Aku serius mencintai Kirey,” ungkap G