Home / Romansa / Me VS Mr. Presdir / Terlilit Utang

Share

Terlilit Utang

last update Last Updated: 2021-03-10 19:16:22

“Kamu bilang apa, Kirey?” Gio merasa tersinggung.

“Bukan Pak Presdir maksudku. Tetapi, playboy kampret itu!” tunjuk Kirey. Oh, begitu rupanya. Gio mengerti.

Pandangan Kirey masih tertuju pada Sammy. Aish, menyebalkan! “Aku tidak akan membantunya lagi,” tekad Kirey dalam hati.

Tahu bakalan seperti ini akhirnya, Kirey ogah banget bantuin Sammy. Meskipun dia menangis berdarah-darah, sampai dia berlutut atau bersujud pun Kirey tidak akan menggubrisnya. Tapi… tapi… Kirey mana tahu jika boneka yang dibelinya itu akan diberikan Sammy untuk Nania. Kenapa sakitnya terasa menyesakkan dada?

Ah, sudahlah. Terima nasib saja. Dalam hal percintaannya, anggap saja Kirey tidak beruntung kali ini. Entah sampai kapan. Kirey mengalihkan pandangannya. Ketika dia menengok ke samping, wajah Gio sudah berada di dekatnya. Ups!

Keduanya kini saling beradu pandang. Apa yang harus Kirey lakukan sekarang? Kenapa Gio tidak segera menyingkir dari hadapannya?

“Maaf, Pak. Sepertinya Anda terlalu dekat,” Kirey agak kikuk. Dia jadi salah tingkah.

Gio segera menyingkir. “Oh, itu…”

“Aku permisi dulu kalau begitu, Pak,” Kirey buru-buru pergi. Namun, sebuah tangan mencegahnya pergi.

“Kamu kenapa?” tanya Gio. Dia melihat mata Kirey berkaca-kaca.

Kirey segera menyekanya. “Ah, mungkin ini karena debu. Tadi, anginnya kencang sekali,” sangkal Kirey.

Perasaan Kirey hancur melihat Sammy bersama Nania. Apa mungkin mereka pacaran sekarang? Kirey sedih sekali membayangkannya. Dia tidak menyangka, cintanya kepada Sammy bertepuk sebelah tangan lagi.

“Bohong!” tebak Gio. “Kamu menangis. Aku tahu itu.”

“Aku tidak menangis. Aku hanya… sedih,” ungkap Kirey.

Gio meletakkan kedua tangannya di pipi Kirey. Lalu, dengan leluasa dia menggoyang-goyangkannya ke kanan dan ke kiri. “Itulah alasannya kamu menangis. Karena sedih, kan?” jelas Gio.

Kirey diam saja. Tak menjawab pertanyaan Gio. Dia tidak ingin Gio mengetahui isi hati Kirey. Namun, rasanya Kirey tidak bisa menahannya lagi. Sakit sekali hatinya. Selama ini, Kirey hanya dianggap kekasih bayangan oleh Sammy. Ternyata gadis yang disukai Sammy adalah Nania. Bukan dirinya.

Huuuuwaaaaa!

Tangis Kirey pecah. Entah kenapa, kali ini Kirey tidak bisa menyembunyikannya lagi di depan Gio.

“Kamu kenapa, Kirey?” Gio tidak mengerti dengan Kirey. Tiba-tiba saja Kirey menangis histeris.

“Sakit sekali…” keluh Kirey.

“Kenapa bisa sakit?”

“Pipiku sakit, Pak!” ujar Kirey.

Oh, maaf. Tadi, Gio mengguncang-guncangnya terlalu kuat. Tak sadar jika Kirey kesakitan. Gio segera melepas tangannya. Habisnya dia gemas sekali sama Kirey. Apa Kirey menangis karena Gio menekan rahang pipinya?

“Kirey, aku minta maaf, ya,” sesal Gio. Dia hendak menyentuh wajah Kirey. Namun, gadis itu menepis tangannya. Kasar.

Kirey pergi dari hadapan Gio. Dia berjalan cepat meninggalkan kantornya. Sungguh malang sekali nasib percintaan Kirey. Hanya mencintai sepihak. Kalian tahu kan rasanya seperti apa? Nyesek karena tak dianggap. Tak dihargai. Bahkan, keberadaannya pun tak diakui. Itu yang Kirey rasakan saat ini.

***

AAAAAAAA!

Sesampainya di rumah, Kirey menjerit histeris. Dia melihat Bapaknya dipukuli habis-habisan oleh beberapa orang tak dikenal. Seperti preman, gangster, atau apalah sebutannya. Kirey panik sekali waktu itu. Dia segera berlari menghampiri Bapaknya yang babak belur dihajar oleh pria-pria bertubuh besar itu.

“Bapak!” Kirey berusaha membantu Bapaknya, melindunginya. Namun, apa daya. Kirey hanyalah seorang wanita. Mana mungkin bisa dia melawan semua pria-pria itu.

“HENTIKAN!” hardik Kirey.

“Bilang sama Bapakmu, cepat segera lunasi utang-utangnya dalam waktu tiga hari! Jika tidak, maka bersiaplah masuk penjara,” salah satu pria gangster itu mengancam.

Kirey menelan ludah. Masuk penjara? Kirey menatap ke arah Bapaknya. Dari mana Kirey bisa mendapatkan uang ratusan juta rupiah dalam waktu yang sesingkat itu?

BUUUKKK!

Bapaknya Kirey dipukuli lagi. Bagaimana ini?

“Hentikan!” Kirey akan menyanggupinya. “Baiklah. Aku akan mendapatkan uangnya. Tapi, tolong! Jangan sakiti Bapakku lagi!”

“Cepatlah! Karena jika sampai kamu tidak membawa uangnya dalam tiga hari, Bapakmu akan dijebloskan ke penjara oleh Tuan kami. Mengerti?” ancam salah satu pria itu.

Kirey menunduk. Dia bingung sekali. Dari mana dia bisa mendapatkan uangnya? Untuk melunasi semua utang-utang Bapaknya.

“Kirey…” desis Bapak. Tangannya meraih lengan Kirey. Wajah Bapak penuh luka. Kirey tidak tega melihatnya.

Setelah pria-pria itu pergi, Kirey membantu Bapaknya berdiri. Kemudian, dia memapahnya masuk ke dalam rumah. Kirey segera mendudukkan Bapak di kursi. Dia mengambil obat-obatan dan membersihkan lukanya. Kirey merawat luka Bapaknya sambil menangis.

“Kirey, jangan menangis!” Bapak menyeka air mata putrinya.

“Aku… pasti bisa mendapatkan uang itu, Pak. Bapak tenang saja. Beristirahatlah,” ujar Kirey. Dia berusaha menenangkan hati Bapaknya. Meski ia sendiri sangsi bisa mendapatkannya.

“Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu, Kirey?” Bapak khawatir.

Entahlah. Kirey tidak tahu. Saat ini, dia tidak bisa berpikir jernih. Dia akan melakukan apa saja demi mendapatkan uang itu.

“Kirey, Bapak mau ke kamar mandi dulu,” kata Bapak. Kirey segera membantu Bapak berdiri. Lalu, membawanya ke kamar mandi.

DRRRRTTTTT!

Kirey menoleh ke belakang. Dia mendengar suara ponsel bergetar di meja dekat sofa ruang tengah. Kirey segera melihat ponsel itu setelah Bapak menutup pintu kamar mandi. Itu ponsel Bapaknya. Nomor yang tidak dikenal memanggil-manggil di ponsel Bapak.

Kirey ragu-ragu. Namun, dia merasa harus menjawab telepon itu. Kirey memberanikan diri mengambil ponsel itu.

“Bapak Kamal? Apa Bapak sudah mendapatkan uangnya?” tanya suara dari ujung sana. Terdengar berat suara pria itu.

“Berapa semua utang Bapak saya?” tanya Kirey mewakili Bapaknya. Membuat pria itu terkejut mendengar suara Kirey.

“Saya putrinya, Kirey. Berapa jumlah seluruhnya?” Kirey dengan lantang menanyakannya.

“Total delapan ratus juta rupiah. Apa kamu sanggup membayarnya?”

Delapan ratus juta? Kirey menutup matanya sejenak. Banyak sekali uang itu. Ada satu cara yang bisa Kirey lakukan untuk melunasi utang Bapaknya dengan segera. Apa itu? Kirey penasaran dan antusias sekali ingin mengetahuinya. Pria itu mengatakan, Kirey harus datang ke Hotel Luxury malam ini untuk bertemu dengan si rentenir.

Dengan berat hati, Kirey pun menyanggupinya. Kirey segera meninggalkan rumah. Dia berlari sekencang-kencangnya menemui rentenir itu di hotel.

Tak lama kemudian, Kirey sampai di Hotel Luxury. Itu kan hotel yang sering Kirey datangi saat menjemput Presdir Gio. Kirey baru menyadarinya. Selama ini, dia tidak pernah mencari tahu.

Kirey masuk ke hotel itu. Raut wajahnya terlihat cemas, takut, dan ragu-ragu. Namun, dia tetap melangkahkan kakinya. Ketika Kirey masuk ke dalam lift, sekilas Gio memerhatikannya.

“Kirey? Ngapain dia di sini?” Gio baru saja tiba di hotel. Dia mengikuti Kirey diam-diam.

TING!

Pintu lift terbuka. Kirey segera keluar dan kini dia berada di depan pintu kamar rentenir itu.

***

           

           

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Me VS Mr. Presdir   Permintaan Bersyarat

    “Kakek, maafkan Gio…” sesal Gio. Dia menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa pada kakeknya. Tangan Tuan Gilberto merespon. Air mata menetes di pelupuk mata kakeknya. Gio menyekanya.“Gi… Gio…” Suara Tuan Gilberto terdengar memanggilnya. Gio mendengarnya dan segera mendekatkan diri di samping kakeknya yang sedang berusaha bicara padanya.“Iya, Kek,” sahut Gio.Perlahan-lahan, Tuan Gilberto membuka matanya. Dia melihat Gio berada di sampingnya.“Kem… bali…lah ke kan… tor,” pinta Tuan Gilberto agak terbata-bata. Agak sulit kakek mengatakannya pada Gio.“Tapi, Kek,” Gio hendak menolak permintaan kakeknya. Namun, Tuan Gilberto diwakilkan Nyonya Maria memohon pada Gio. Agar cucunya itu bisa segera kembali memimpin perusahaan yang sudah ditinggalkannya akhir-akhir ini.“Kakek sungguh ingin aku kembali?” Gio memastikannya

  • Me VS Mr. Presdir   Gawat, Tuan Gilberto Sekarat!

    Kirey masih harus mendapatkan perawatan intensif ibu hamil di Rumah Sakit. Dia masih belum sadarkan diri dari tidurnya. Gio keluar dari ruang inap kelas satu. Di luar kamar inap, Sammy masih bersabar, menunggu kabar dari Gio.“Gimana keadaan Kirey?” Sammy langsung memburu Gio.“Kondisinya masih lemah dan dia harus banyak istirahat selama bedrest,” Gio memberitahu.“Apa kata dokter? Kirey sakit apa?” Sammy panik dan terus memburu Gio dengan banyak pertanyaan.“Kenapa kamu masih di sini? Bukannya kamu harus pergi bekerja?” Gio heran. Dia mengalihkan pembicaraan. Namun, Sammy tidak memedulikannya. Fokus perhatiannya masih tertuju pada Kirey.“Aku akan menemani Kirey selama dia berada di Rumah Sakit. Sebaiknya, Anda pulang saja. Biar saya yang menggantikannya,” kata Sammy mengusir Gio secara halus.Apa? Gio membelalak. Ada apa dengan Sammy? Kenapa dia bersikeras ingin menjaga Kirey di s

  • Me VS Mr. Presdir   Pengorbanan

    “Apa maksudmu mengundurkan diri dari perusahaan?” Tuan Gilberto terkejut mendengar keputusan Gio. Menurut pria tua itu, Gio sangat ceroboh dan tergesa-gesa saat mengambil keputusan. Mendadak sekali Gio mengatakannya.“Iya, jika Kakek bersikeras memisahkanku dengan Kirey, maka aku tidak punya pilihan lain. Aku akan meninggalkan semua yang Kakek wariskan untukku.”“Memangnya kamu sudah siap miskin, Gio?” Tuan Gilberto meragukan Gio.“Aku tidak peduli. Asalkan bisa hidup bersama Kirey, aku rasa itu tidak masalah.”Gio dan Tuan Gilberto saling berdebat. “Anak bodoh! Tidak tahu berterima kasih,” umpat Tuan Gilberto.Di ruangan tersebut, mereka masih berdebat. Semua orang yang tengah menyaksikan keributan itu pun akhirnya terpaksa keluar, meninggalkan ruangan itu dan memberikan privasi untuk kakek dan cucu itu saat sedang bernegosiasi.“Baiklah. Jika itu keinginanmu. Kakek tidak aka

  • Me VS Mr. Presdir   Mengundurkan Diri

    Malam itu, Gio diberitahu polisi bahwa Ellena mengalami kecelakaan lalu lintas dan meninggal dunia dalam perjalanan menuju Rumah Sakit. Sejak itulah, Gio merasa bersalah. Dia terus menerus menyalahkan dirinya sendiri atas kematian kekasihnya, Ellena. Sampai-sampai setiap malam, Gio harus mengalami mimpi buruk dan berhalusinasi tentang Ellena.“Kamu, pria brengsek Gio!” kata Sephia.“Kenapa? Apa kamu menyesal sekarang sudah mengenalku?” tantang Gio.“Tetapi, aku selalu saja jatuh cinta padamu. Kamulah yang membuatku nekat seperti ini. Sepeninggalnya Ellena, bukannya memilihku kamu malah menikahi gadis kampung itu! Aku tidak rela, Gio!”Gio tersenyum sinis mendengarnya. “Aku sudah sering mengatakannya dengan sangat jelas, bahwa aku tidak pernah mencintaimu Sephia,” tegas Gio.“Itulah alasannya Gio.”“Kamu bukan tipeku, Sephia. Aku memiliki standar sendiri memilih wanita yang aka

  • Me VS Mr. Presdir   Sisi Gelap Gio

    Gio pergi terburu-buru menuju pabrik kosong itu. Setelah seorang detektif swasta suruhannya memberitahukan lokasinya, Gio pun melaju dengan cepat. Dia harus segera membereskan perkara ini. Jika ingin menyelamatkan Kirey dan bapak mertuanya dari tuduhan palsu kakeknya.Beberapa menit kemudian, Gio telah sampai di pabrik usang itu. Dia berjalan cepat menghampiri si penipu yang kondisinya sudah babak belur dihajar orang-orang suruhan Gio. Detektif swasta itu telah mengikat si penipu dengan tali yang cukup kencang di area tangan, kaki, juga bagian perutnya yang agak buncit.Tidak hanya itu, kedua mata si penipu pun ditutup kain berwarna putih sehingga dia tidak bisa melihat siapa pun yang akan mengeksekusinya malam ini. Gio harus menyembunyikan identitasnya saat hendak memberi pelajaran pada sampah itu.Detektif swasta dan beberapa orang suruhan Gio lainnya memberi hormat ketika Presdir Gio datang menghampiri mereka. Gio membuka maskernya dan memandangi wajah si pen

  • Me VS Mr. Presdir   Pilihan yang Sulit

    “Kenapa kamu diam saja Gio? Apa kamu tidak bisa memilih antara istrimu atau perusahaan yang merupakan seluruh aset kekayaanmu?” desak Tuan Gilberto.“Kakek!” hardik Gio di depan semua orang. “Menurutku itu bukan pilihan.”Anak bodoh! Tuan Gilberto mencibir Gio. Padahal kan Gio tinggal memilih saja. Itu menurut Tuan Gilberto. Tetapi bagi Gio, disuruh memilih antara Kirey dan seluruh warisannya merupakan pilihan yang sulit. Dua-duanya sudah menjadi kebutuhan hidup Gio sehari-hari. Dia tidak bisa hidup tanpa kekayaannya. Namun, dia juga tidak bisa tidur nyenyak tanpa Kirey ada di sampingnya.“Kenapa Kakek tidak mengerti perasaanku?” keluh Gio.“Perasaan macam apa yang kamu rasakan itu? Selama ini kamu sering main dengan wanita di luaran sana. Lalu, apa salahnya sekarang kamu menyingkirkan wanita itu dari hidupmu?” sindir Tuan Gilberto.“Kakek! Aku serius mencintai Kirey,” ungkap G

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status