Share

Terlilit Utang

“Kamu bilang apa, Kirey?” Gio merasa tersinggung.

“Bukan Pak Presdir maksudku. Tetapi, playboy kampret itu!” tunjuk Kirey. Oh, begitu rupanya. Gio mengerti.

Pandangan Kirey masih tertuju pada Sammy. Aish, menyebalkan! “Aku tidak akan membantunya lagi,” tekad Kirey dalam hati.

Tahu bakalan seperti ini akhirnya, Kirey ogah banget bantuin Sammy. Meskipun dia menangis berdarah-darah, sampai dia berlutut atau bersujud pun Kirey tidak akan menggubrisnya. Tapi… tapi… Kirey mana tahu jika boneka yang dibelinya itu akan diberikan Sammy untuk Nania. Kenapa sakitnya terasa menyesakkan dada?

Ah, sudahlah. Terima nasib saja. Dalam hal percintaannya, anggap saja Kirey tidak beruntung kali ini. Entah sampai kapan. Kirey mengalihkan pandangannya. Ketika dia menengok ke samping, wajah Gio sudah berada di dekatnya. Ups!

Keduanya kini saling beradu pandang. Apa yang harus Kirey lakukan sekarang? Kenapa Gio tidak segera menyingkir dari hadapannya?

“Maaf, Pak. Sepertinya Anda terlalu dekat,” Kirey agak kikuk. Dia jadi salah tingkah.

Gio segera menyingkir. “Oh, itu…”

“Aku permisi dulu kalau begitu, Pak,” Kirey buru-buru pergi. Namun, sebuah tangan mencegahnya pergi.

“Kamu kenapa?” tanya Gio. Dia melihat mata Kirey berkaca-kaca.

Kirey segera menyekanya. “Ah, mungkin ini karena debu. Tadi, anginnya kencang sekali,” sangkal Kirey.

Perasaan Kirey hancur melihat Sammy bersama Nania. Apa mungkin mereka pacaran sekarang? Kirey sedih sekali membayangkannya. Dia tidak menyangka, cintanya kepada Sammy bertepuk sebelah tangan lagi.

“Bohong!” tebak Gio. “Kamu menangis. Aku tahu itu.”

“Aku tidak menangis. Aku hanya… sedih,” ungkap Kirey.

Gio meletakkan kedua tangannya di pipi Kirey. Lalu, dengan leluasa dia menggoyang-goyangkannya ke kanan dan ke kiri. “Itulah alasannya kamu menangis. Karena sedih, kan?” jelas Gio.

Kirey diam saja. Tak menjawab pertanyaan Gio. Dia tidak ingin Gio mengetahui isi hati Kirey. Namun, rasanya Kirey tidak bisa menahannya lagi. Sakit sekali hatinya. Selama ini, Kirey hanya dianggap kekasih bayangan oleh Sammy. Ternyata gadis yang disukai Sammy adalah Nania. Bukan dirinya.

Huuuuwaaaaa!

Tangis Kirey pecah. Entah kenapa, kali ini Kirey tidak bisa menyembunyikannya lagi di depan Gio.

“Kamu kenapa, Kirey?” Gio tidak mengerti dengan Kirey. Tiba-tiba saja Kirey menangis histeris.

“Sakit sekali…” keluh Kirey.

“Kenapa bisa sakit?”

“Pipiku sakit, Pak!” ujar Kirey.

Oh, maaf. Tadi, Gio mengguncang-guncangnya terlalu kuat. Tak sadar jika Kirey kesakitan. Gio segera melepas tangannya. Habisnya dia gemas sekali sama Kirey. Apa Kirey menangis karena Gio menekan rahang pipinya?

“Kirey, aku minta maaf, ya,” sesal Gio. Dia hendak menyentuh wajah Kirey. Namun, gadis itu menepis tangannya. Kasar.

Kirey pergi dari hadapan Gio. Dia berjalan cepat meninggalkan kantornya. Sungguh malang sekali nasib percintaan Kirey. Hanya mencintai sepihak. Kalian tahu kan rasanya seperti apa? Nyesek karena tak dianggap. Tak dihargai. Bahkan, keberadaannya pun tak diakui. Itu yang Kirey rasakan saat ini.

***

AAAAAAAA!

Sesampainya di rumah, Kirey menjerit histeris. Dia melihat Bapaknya dipukuli habis-habisan oleh beberapa orang tak dikenal. Seperti preman, gangster, atau apalah sebutannya. Kirey panik sekali waktu itu. Dia segera berlari menghampiri Bapaknya yang babak belur dihajar oleh pria-pria bertubuh besar itu.

“Bapak!” Kirey berusaha membantu Bapaknya, melindunginya. Namun, apa daya. Kirey hanyalah seorang wanita. Mana mungkin bisa dia melawan semua pria-pria itu.

“HENTIKAN!” hardik Kirey.

“Bilang sama Bapakmu, cepat segera lunasi utang-utangnya dalam waktu tiga hari! Jika tidak, maka bersiaplah masuk penjara,” salah satu pria gangster itu mengancam.

Kirey menelan ludah. Masuk penjara? Kirey menatap ke arah Bapaknya. Dari mana Kirey bisa mendapatkan uang ratusan juta rupiah dalam waktu yang sesingkat itu?

BUUUKKK!

Bapaknya Kirey dipukuli lagi. Bagaimana ini?

“Hentikan!” Kirey akan menyanggupinya. “Baiklah. Aku akan mendapatkan uangnya. Tapi, tolong! Jangan sakiti Bapakku lagi!”

“Cepatlah! Karena jika sampai kamu tidak membawa uangnya dalam tiga hari, Bapakmu akan dijebloskan ke penjara oleh Tuan kami. Mengerti?” ancam salah satu pria itu.

Kirey menunduk. Dia bingung sekali. Dari mana dia bisa mendapatkan uangnya? Untuk melunasi semua utang-utang Bapaknya.

“Kirey…” desis Bapak. Tangannya meraih lengan Kirey. Wajah Bapak penuh luka. Kirey tidak tega melihatnya.

Setelah pria-pria itu pergi, Kirey membantu Bapaknya berdiri. Kemudian, dia memapahnya masuk ke dalam rumah. Kirey segera mendudukkan Bapak di kursi. Dia mengambil obat-obatan dan membersihkan lukanya. Kirey merawat luka Bapaknya sambil menangis.

“Kirey, jangan menangis!” Bapak menyeka air mata putrinya.

“Aku… pasti bisa mendapatkan uang itu, Pak. Bapak tenang saja. Beristirahatlah,” ujar Kirey. Dia berusaha menenangkan hati Bapaknya. Meski ia sendiri sangsi bisa mendapatkannya.

“Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu, Kirey?” Bapak khawatir.

Entahlah. Kirey tidak tahu. Saat ini, dia tidak bisa berpikir jernih. Dia akan melakukan apa saja demi mendapatkan uang itu.

“Kirey, Bapak mau ke kamar mandi dulu,” kata Bapak. Kirey segera membantu Bapak berdiri. Lalu, membawanya ke kamar mandi.

DRRRRTTTTT!

Kirey menoleh ke belakang. Dia mendengar suara ponsel bergetar di meja dekat sofa ruang tengah. Kirey segera melihat ponsel itu setelah Bapak menutup pintu kamar mandi. Itu ponsel Bapaknya. Nomor yang tidak dikenal memanggil-manggil di ponsel Bapak.

Kirey ragu-ragu. Namun, dia merasa harus menjawab telepon itu. Kirey memberanikan diri mengambil ponsel itu.

“Bapak Kamal? Apa Bapak sudah mendapatkan uangnya?” tanya suara dari ujung sana. Terdengar berat suara pria itu.

“Berapa semua utang Bapak saya?” tanya Kirey mewakili Bapaknya. Membuat pria itu terkejut mendengar suara Kirey.

“Saya putrinya, Kirey. Berapa jumlah seluruhnya?” Kirey dengan lantang menanyakannya.

“Total delapan ratus juta rupiah. Apa kamu sanggup membayarnya?”

Delapan ratus juta? Kirey menutup matanya sejenak. Banyak sekali uang itu. Ada satu cara yang bisa Kirey lakukan untuk melunasi utang Bapaknya dengan segera. Apa itu? Kirey penasaran dan antusias sekali ingin mengetahuinya. Pria itu mengatakan, Kirey harus datang ke Hotel Luxury malam ini untuk bertemu dengan si rentenir.

Dengan berat hati, Kirey pun menyanggupinya. Kirey segera meninggalkan rumah. Dia berlari sekencang-kencangnya menemui rentenir itu di hotel.

Tak lama kemudian, Kirey sampai di Hotel Luxury. Itu kan hotel yang sering Kirey datangi saat menjemput Presdir Gio. Kirey baru menyadarinya. Selama ini, dia tidak pernah mencari tahu.

Kirey masuk ke hotel itu. Raut wajahnya terlihat cemas, takut, dan ragu-ragu. Namun, dia tetap melangkahkan kakinya. Ketika Kirey masuk ke dalam lift, sekilas Gio memerhatikannya.

“Kirey? Ngapain dia di sini?” Gio baru saja tiba di hotel. Dia mengikuti Kirey diam-diam.

TING!

Pintu lift terbuka. Kirey segera keluar dan kini dia berada di depan pintu kamar rentenir itu.

***

           

           

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status