Share

Posisi Terjepit

Tok-tok-tok!

Kirey mengetuk pintu kamar hotel. Sebelumnya, dia ragu-ragu menemui rentenir itu di kamar hotel. Ngapain coba? Kirey sengaja mau bunuh diri memangnya? Menyerahkan diri kepada rentenir itu untuk membebaskan Bapaknya dari utang yang menjeratnya. Sama saja cari mati.

Tidak apalah. Demi menyelamatkan keluarganya, Kirey rela. Asalkan, dia tak lagi melihat Bapaknya menderita. Disiksa bertubi-tubi seperti tadi itu membuat hati Kirey semakin sakit dan hancur.

Tidak lama kemudian, pintu terkuak. Kirey masuk ke kamar hotel itu dengan tangan dan kaki gemetaran. Gio memerhatikannya dari kejauhan. Dia masih penasaran. Apa yang akan Kirey lakukan di sana?

Kirey masih berdiri memandangi sosok pria bertubuh besar di hadapannya. Tubuhnya tinggi besar dan gendut. Banyak sekali lemak di perutnya yang menggumpal. Mirip sekali gajah bengkak.

Tanpa sengaja Kirey memerhatikan tubuh tambun pria itu. Sama sekali tidak menarik, pikirnya. Ya ampun, Kirey sudah seperti Presdir Gio saja yang suka memerhatikan penampilan orang lain.

“Saya ke sini mewakili Bapak Kamal. Beliau adalah Bapak saya,” Kirey memberitahu.

“Lalu, mau ngapain kamu ke sini gadis manis?” Bapak tua itu mendekati Kirey. Otomatis Kirey ketakutan dan memundurkan langkahnya.

“Apa kamu datang secara suka rela untuk melayaniku?” Bapak Tua genit itu tersenyum menggoda Kirey.

Cuih! Rasanya Kirey ingin meludah di wajah rentenir itu. Melayani bocah tua nakal itu? Najis tralala. Kirey punya cara lain untuk membebaskan utang Bapaknya. Sekarang, Kirey akan melakukan aksinya.

“Tolong saya, Pak!” Kirey berlutut. “Ampuni Bapak saya,” pintanya.

“Apa kamu bilang?” Bapak Tua itu terkekeh melihat Kirey yang memohon ampun padanya.

“Beri saya waktu lagi untuk mengumpulkan uangnya. Saya janji akan melunasinya.”

Bapak Tua itu tertawa terbahak-bahak. Dia menertawakan nyali besar Kirey yang berani menemuinya hanya untuk bernegosiasi atas utang-utang Bapaknya.

“Kamu ke sini sengaja untuk mengulur waktu, hah?” tanya Bapak Tua itu sambil menunjukkan wajahnya yang garang.

Bapak Tua menyentuh dagu Kirey hingga wajahnya menengadah ke arahnya. “Kamu bisa membayarnya perlahan-lahan dengan tubuhmu yang seksi itu, cantik.”

Apa? Kirey mulai geram. Dia menepis tangan si Bapak Tua. Dia tidak sudi tubuhnya dikotori manusia sampah itu. Lintah darat macam dia pantasnya ditenggelamkan ke samudera Atlantik biar sekalian dimakan ikan hiu.

“Jangan berani menyentuhku!” ancam Kirey.

“Lihatlah! Gadis kecil ini berani mengancamku.” Bapak Tua mulai tertantang dengan sikap pemberani Kirey.

“Ayolah sayang, coba saja dulu! Nanti juga kamu akan ketagihan. Kita bermain sepuasnya malam ini,” goda Bapak Tua.

“Dasar pria tua bangka brengsek!” umpat Kirey dalam hati.

Rasanya Kirey ingin sekali menghajarnya. Andai saja dia mempunyai kekuatan super ala Wonder Woman. Sudah habis pria tua bangka itu di tangannya. Sayangnya, Kirey tidak dianugerahi kekuatan super power itu.

“Jual mahal! Sombong sekali gadis miskin sepertimu.”

Bapak Tua meraih blouse Kirey dan membuka paksa kancingnya dengan kedua tangannya. Hingga kancing-kancing blouse Kirey terlepas. Spontan, Kirey menutupi bagian dadanya dengan menyilangkan kedua tangan.

“Jangan mendekat!” Kirey setengah berteriak memperingatinya. Namun, Bapak Tua itu tak gentar dengan gertakan Kirey. Malah semakin menjadi-jadi ulah si Bapak Tua.

Posisi Kirey terjepit. Keadaannya berubah menjadi darurat. Siaga satu. Jika pria tua bangka itu mendekat lagi, maka Kirey akan mengeluarkan jurus terakhir sebagai benteng pertahanannya. Jurus tendangan maut.

“Kemarilah, sayang! Layani aku,” kata si Bapak Tua. Dia berhasil membuat Kirey ketakutan.

“Kurang ajar!” Kirey menaikkan dengkulnya dan menghajar dengan satu pukulan tepat sasaran di area sensitif pusaka berharganya.

Aaaauuuuuwww!

Pria Tua itu mengerang kesakitan. Mampus dia!

“Rasakan itu!” Kirey puas sekali setelah melakukannya.

Namun, tidak lama kemudian, Bapak Tua itu segera bangkit. Dia menarik lengan Kirey yang hendak pergi meninggalkan hotel. Lalu, rambut Kirey dijambaknya. Refleks, Kirey berteriak.

“Aaaaarrrrggghhh!” teriak Kirey.

“Sakit, bego!” Kirey berusaha melepaskan diri.

Kirey masih berteriak. Beruntung, Gio segera mendengarnya dan masuk ke dalam kamar hotel itu. Dia mendobrak pintu hotel dan dengan berani mendaratkan tinju di wajah pria tambun itu hingga terjungkal ke lantai.

BUUUUKKK!

“Sialan!” Sudut bibir Bapak Tua itu berdarah. Keras sekali pukulan Gio tadi.

Ketika hendak membalasnya, Gio memukulnya lagi. Saat ini, Gio sudah berada di atas tubuhnya. Bersiap menghajarnya lagi habis-habisan. Dia gelap mata dan terus saja memukuli wajah orang itu. Hingga kondisinya kini melemah dan tak berdaya.

“Hentikan, Presdir Gio!” Kirey melerainya.

“Sudahlah. Nanti dia bisa mati jika Anda terus memukulnya seperti itu,” cegah Kirey.

Gio menghentikan serangannya. Dia mendengar perkataan Kirey. Hah?! Gio merapikan pakaiannya. Lalu, dia menoleh ke arah Kirey.

“Apa yang kamu lakukan di sini malam-malam begini, hah?” semprot Gio.

“Aku…” Kirey hendak menjelaskannya pada Gio. Namun, keburu Gio menarik tangannya dan membawanya keluar dari kamar hotel.

Selang beberapa menit, petugas hotel datang bersama petugas satuan keamanan. Mereka memberi hormat kepada Gio. Kirey terkejut melihatnya.

“Bereskan, sisanya. Jika perlu masukan saja orang itu ke penjara,” perintah Gio.

“SIAP, PAK PRESDIR!” ucap para pegawainya serentak.

Apa Gio juga merupakan Presdir di hotel itu? Kirey menebak-nebak. Dia masih menatap ke arah Presdir Gio yang mendadak berubah jadi dewa penyelamat Kirey malam ini.

Gio balas menatap Kirey. Dia melihat pakaian Kirey yang berantakan. Lantas, Gio segera membuka jasnya dan memberikannya kepada Kirey. Spontan, Kirey terkejut dengan sikap baiknya. Tumben.

“Anda tidak perlu repot-repot, Pak,” Kirey hendak menolak niat baiknya. Namun, Gio keburu mencegahnya.

“Pakai saja. Kamu akan menjadi pusat perhatian orang-orang yang melihat penampilanmu itu. Apalagi bagian itu,” tunjuk Gio ke arah dada Kirey.

Kirey langsung menutupinya pakai jas Presdir Gio. “Apa Pak Presdir melihatnya?” Kirey berburuk sangka jadinya.

Hah? Gio tersenyum sinis. “Lihat apa? Tidak ada yang menarik darimu. Bahkan milikmu saja rata begitu,” kata Gio sambil berlalu. Wajahnya langsung memerah saat mengatakannya.

“Brengsek! Dia bilang apa barusan? Dadaku rata?” Kirey merasa tersinggung dengan ucapan Gio barusan.

“Kirey! Ikuti aku!” perintah Gio.

Kirey mengikuti Gio sampai ke kamar hotel. Lah? Kenapa ke situ? Kirey semakin ketakutan.

“Cepat masuk! Kita bicarakan di dalam,” Gio mempersilakan Kirey memasuki salah satu kamar hotel paling mewah di sana.

“Kenapa bicaranya harus di kamar? Memangnya tidak bisa di restoran saja sambil makan malam,” celetuk Kirey. Namun, Gio tidak menggubrisnya. Ada sesuatu yang lebih penting dari itu.

“Apa yang kamu lakukan dengan pria tua itu?” tanya Gio langsung.

“Dia ingin menyakitiku,” Kirey mengadu. “Dia rentenir yang sudah membuat keluargaku bangkrut.”

“Berapa semua utang keluargamu?” tanya Gio lagi.

“800 juta.”

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fayyadh Dzulhilmi
gajah bengkak hahah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status