Home / Rumah Tangga / Me Versus Gundik Suamiku / 6. Memanggil Pulang Gerry

Share

6. Memanggil Pulang Gerry

Author: Pisces Man
last update Last Updated: 2025-08-15 18:23:29

"Sialan! Ternyata wanita itu lebih licik daripada yang Ibu kira!" 

Teriakan Trinita menggelegar di ruang tamu. Matanya berkilat penuh dengan emosi.

Sementara itu Lucinda dan Gisela hanya terdiam, tak berani untuk bicara.

Tapi di dalam hatinya, Gisela memaki Erika. Angan-angannya untuk menikmati uang dari hasil penjualan aset Gerry harus tertunda, karena istri sang kekasih membawa surat-surat berharga pria itu.

"Bu ... apa Ibu sudah menelepon Mas Gerry dan memberitahu soal ini?" tanya Lucinda saat melihat amarah sang ibu mulai mereda.

Trinita menatap anak bungsunya dengan ekspresi bingung, seakan melupakan hal yang penting.

"Melihat Ibu yang hanya diam, aku yakin Ibu belum menghubungi Mas Gerry," ucap Lucinda setelah terdiam beberapa saat.

"Sekarang kira-kira di Belanda jam berapa, ya?" tanya Trinita yang kini mengambil ponselnya.

"Sekarang seharusnya masih jam 1 siang di sana, Bu," jawab Lucinda yang direspon anggukan kepala oleh Trinita.

Wanita itu segera menghubungi Gerry, baru panggilan pertama tapi rasanya seperti menunggu seabad. Didukung akan gerakan Trinita yang mengetuk-ngetuk jari ada meja kaca, membuat ruang tamu itu mencekam.

Dan ketika suara serak seorang pria terdengar, tanpa basa-basi Trinita segera menyemburkan amarahnya. 

"Gerry! Kamu harus pulang sekarang. Istrimu sudah keterlaluan. Dia mencoreng nama baik keluarga kita dan bukan itu saja, wanita itu kabur dengan membawa Kayla dan surat-surat berharga milikmu!"

Tentu saja Gerry tak mengerti dengan apa yang diucapkan sang ibu, tapi mendengar sang istri yang membawa kabur surat-surat berharga miliknya, membuat tangan Gerry otomatis mengepal.

Dasar istri kurang ajar! Jadi selama ini wanita itu hanya mengincar hartanya saja? 

"Bu! Tolong jelaskan pelan-pelan. Apa maksud Ibu berkata jika Erika kabur dengan Kayla dan juga surat-surat berharga milikku?" tanya Gerry dengan berdesis.

Karena emosi Trinita yang belum surut, membuat wanita itu kembali meradang saat mendengar Gerry membentaknya. 

"Dasar anak durhaka! Beraninya kamu membentak Ibu. Seperti yang Ibu katakan tadi, Erika telah mencoreng nama baik keluarga kita. Ibu menasihatinya, tapi dia tak terima dan malah kabur," ucap Trinita yang sebagian adalah kebohongan.

Terdengar helaan napas dari balik sambungan telepon, dan Trinita hanya diam. Menunggu sang putra untuk bicara.

"Baiklah, Bu. Aku akan usahakan secepatnya untuk pulang."

"Tidak bisakah kamu pulang hari ini?" tanya Trinita dengan santai, seakan jarak Belanda dan Jakarta hanya sebatas ke Bandung.

"Bu! Jangan konyol. Memangnya Ibu pikir Belanda itu dekat?" ucap Gerry.

"Terserah kamu saja kalau gitu, yang pasti Ibu mau kamu secepatnya pulang. Cari wanita tak tahu malu itu dan beri pelajaran supaya dia tidak berani macam-macam sama kamu."

Setelah mengatakan itu, Trinita memutuskan sambungan telepon. Dia memandang Lucinda dengan sorot mata penuh amarah.

"Sekarang kita harus menemukan wanita sialan itu dan memaksanya untuk menyerahkan surat-surat berharga milik Gerry," ucap Trinita.

"Tapi nomornya tidak bisa dihubungi, Bu," ujar Lucinda.

Dia sudah berulang kali mencoba menghubungi Erika, namun selalu suara operator yang menjawabnya.

"Besok kita pergi ke rumah orang tuanya, pasti wanita sialan itu bersembunyi di sana," putus Trinita setelah berpikir beberapa saat.

"Apa besok aku boleh ikut, Tante?" tanya Gisela yang sebenarnya ingin mengambil semua surat-surat berharga Gerry.

"Tentu saja boleh, sekalian Tante juga mau tunjukkan sama wanita rendahan itu kalau kamu yang lebih pantas bersanding dengan Gerry."

Gisela semakin mengembangkan senyumnya, saat mengetahui jika Trinita semakin berpihak kepada dirinya.

Berbagai rencana untuk menjatuhkan Erika sudah dia susun rapi di dalam benaknya.

Namun lamunannya harus terganggu karena pertanyaan dari Lucinda.

"Kenapa Ibu tidak bertanya kepada Tante Yuni di mana keberadaan Mbak Erika?"

"Anak bodoh! Kalau Ibu bertanya kepada Yuni, sudah pasti dia akan berbohong. Setidaknya kita harus membuat lengan mereka lebih dahulu, baru menyerang secara tiba-tiba."

Lucinda hanya dapat terganga saat mendengar ucapan sang ibu, mereka hanya datang untuk mencari seseorang. Tapi Trinita malah membawa-bawa tentang menyerang. Memangnya mereka akan berperang?

"Malah bengong anak ini! Kamu cepat hubungi pakde-pakdemu. Bilang kita mau mencari wanita rendahan itu karena mencuri dari Gerry." Trinita yang kesal langsung membentak Lucinda.

 "Tapi, Bu. Sepertinya nggak semua keluarga kita mau berurusan lagi dengan Mbak Erika," ucap Lucinda.

"Anak ini kok makin bodoh aja, sih?! Mereka pasti mau, karena ini berurusan juga dengan Gerry. Jadi cepat hubungi mereka dan bilang kalau besok kita mau ke rumah wanita sialan itu," ucap Trinita sembari menggeram.

Dengan setengah menggerutu, Lucinda mengetik pesan di grup W******p keluarga mereka. Tak butuh waktu lama, satu per satu anggota keluarga mulai merespon.

'Sudah diusir masih bisa membuat masalah? Wanita itu luar biasa licik.'

'Aku nggak mau ikut-ikutan. Mbak Nita urus saja sendiri.'

Lucinda meringis saat membaca sebagian pesan itu, karena sesuai dengan yang dia katakan kepada Trinita sebelumnya.

Namun, ada satu pesan yang membuatnya terbelalak. Tanpa sadar dia berteriak. "Tidak mungkin!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Me Versus Gundik Suamiku    61. Janji Hosea

    "Pah. Maksudnya apa? Aku nggak ngerti ucapan Papa barusan," ucap Erika.Toni terdiam karena menyadari jika dia telah bertindak impulsif. "Papa cuma nggak ingin kamu merasa canggung ketika bicara dengan Hosea nanti," ujarnya memberi alasan.Erika tersenyum tipis, menyadari alasan kegugupan sang ayah. "Pah. Sepertinya Papa butuh ngopi biar nggak tegang. Mau aku buatin kopi apa pesan lewat aplikasi?""Memangnya kamu boleh ngopi selama menyusui Kayla?" tanya Toni dengan dahi berkerut."Papa ngopi, aku minum milkshake stoberi," jawab Erika sembari tertawa.Toni menatap Erika bangga, karena sang putri masih tetap berdiri tegar di tengah semua masalah yang mendera."Kalau gitu Papa mau minum kopi susu gerobak yang ada di depan gang sini. Kalau nggak salah dia juga ada minuman non kopi."Setelah mengatakan itu Toni beranjak ke garasi untuk mengambil motor. Meninggalkan tanda tanya di dalam hati Erika.***Waktu berlalu begitu cepat, dan jarum jam mendekati pukul lima sore. Erika sudah duduk d

  • Me Versus Gundik Suamiku   60. Toni yang Mulai Luluh

    Toni akhirnya berkata lirih, "Kamu memang nggak bisa mengubah masa lalu, Er. Tapi kamu bisa menentukan masa depan kamu dan Kayla. Biarkan saja Gerry bersama dengan wanita itu, yang terpenting kita harus menang dari Gerry nanti saat di persidangan."Erika mengangguk mantap. "Iya, Pah. Kak Hosea juga berjanji akan membantuku menghadapi tuntutan Gerry. Jadi aku rasa peluang kita menang itu besar."Sebagai seorang ayah, Toni menyadari perubahan ekspresi Erika saat membicarakan Hosea. Dia mengembuskan napas panjang, merasa dilema dengan situasi Erika. Alasan Toni dulu tidak menyetujui hubungan Erika dan Hosea, karena ayah dari pria itu yang terkenal suka bermain wanita. Toni khawatir jika di dalam darah Hosea mengalir darah pengkhianat, tapi ternyata apa yang dia pikirkan salah total.Hosea yang dia anggap bajingan ternyata adalah pria dengan integrasi tinggi, dan sepanjang kariernya sebagai pengacara, media tidak pernah menemukan kesalahan yang dapat menjatuhkan pria itu. Bahkan menuru

  • Me Versus Gundik Suamiku   59. Kayla Pulang

    Setelah dirawat selama 4 hari, akhirnya Kayla diperbolehkan pulang, Sebab sang putri sudah sembuh dari sakit flu Singapura.Erika tentu saja merasa lega karena tidak perlu merasakan dinginnya AC rumah sakit saat malam hari. Toni dan Yuni ikut membantu membereskan barang-barang Erika dan Kayla. Sedangkan Hosea ada pertemuan dengan seorang jaksa untuk membahas kasus korupsi yang menimpa seorang pejabat."Akhirnya kita pulang juga, Nak. Kamu pasti bosan ya di rumah sakit," ucap Erika sembari mencium pipi gembul Kayla."Er. Untuk sementara ini, hindari bawa Kayla keluar rumah. Kondisi udara Jakarta juga lagi nggak bagus," celetuk Yuni setelah selesai memasukan baju kotor keduanya dalam satu tas."Iya, Mah. Aku nggak mau Kayla sakit lagi.""Iya, Mah. Aku nggak mau Kayla sakit lagi." Erika menatap wajah putrinya yang kini tampak lebih segar, meski masih ada bekas ruam di pipinya.Yuni tersenyum hangat sambil menepuk bahu putrinya. "Bagus. Kayla masih butuh pemulihan. Lagipula Papa kemarin

  • Me Versus Gundik Suamiku   58. Mulai Berpaling Ke lain Hati

    Gerry menatap wajah Gisela lama sebelum menjawab. "Aku percaya padamu, Gisel. Aku tadi cuma kaget.""Tetap saja kamu nggak percaya sama aku 'kan?" tanya Gisela ketus."Bukan begitu, Sayang. Mungkin ini efek aku yang masih capek. Lihat ini ...." Gerry menghentikan ucapannya dan memperlihatkan jari telunjuk kiri yang tertutup plester. "Aku sampai kena pisau saat sedang memasak mie."Wajah Gisela sontak berubah menjadi panik, dengan cepat dia menarik tangan Gerry dan memandanginya dengan iba. "Kenapa bisa kena pisau? Untung saja jarimu tidak terpotong."Gerry menghela napas kasar, dia balik menggenggam tangan Gisela. "Aku tadi terlalu tegang waktu makan malam dengan bosku dan pengacaranya."Gisela balik menatap Gerry dengan jengah, merasa nyali sang kekasih sangat kecil. Akan tetapi, dia menahan agar kalimat itu tak terlontar dari mulutnya. Dia tak ingin rencananya gagal total karena kesalahan sekecil mungkin. Karena itu Gisela segera memasang ekspresi simpati."Kasihan sekali kamu, Sa

  • Me Versus Gundik Suamiku   57. Gisela Merajuk

    "Ibu yakin semua orang pasti akan menganggap wanita itu murahan, Gerry. Postingan waktu itu saja banyak yang menghujatnya sebagai wanita penghibur, apalagi sekarang."Gerry menarik napas panjang, untuk urusan menjatuhkan mental orang ... Trinita dan Dimas memang mirip."Terserah Ibu mau berbuat apa, tapi pastikan keluarga kita tidak akan terkena dampaknya," ucap Gerry memberi ultimatum kepada sang ibu."Kalau itu kamu tenang saja, Gerry. Ibu pastikan semuanya aman," sahut Trinita dengan penuh keyakinan.Lagi-lagi Gerry menarik napas, berharap jika beban yang ada di hatinya terangkat sebagian. "Bu, aku mau ke rumah sakit sebentar. Mau ketemu Gisela," ucap Gerry."Tapi ini sudah malam Gerry, kenapa tidak besok saja sebelum kamu berangkat kerja?" tanya Trinita yang cemas saat melihat wajah pucat Gerry."Tapi aku kangen sama Gisel, Bu. Aku berniat untuk membawanya ke rumah ini setelah dia keluar dari rumah sakit," ujar Gerry memberi alasan.Trinita menatapnya lama, sebelum menarik napas

  • Me Versus Gundik Suamiku   56. Strategi Gerry

    "Aduh!" teriakan Gerry yang menggelegar membuat Trinita terkesiap. Dia melangkah mendekati sang putra dan berdecak keras saat melihat darah menetes dari jari Gerry."Duduk di situ, biar Ibu obati luka kamu dan lanjutin masak mienya." Titah Trinita yang lalu mematikan kompor.Beberapa saat kemudian, Trinita membersihkan luka Gerry dengan cairan NaCl dan membalutnya dengan plester luka."Apa sih yang ada di pikiranmu sampai melamun seperti tadi, untung saja jarimu tidak terpotong," omel Trinita yang kini mencuci tangannya di sink."Banyak, Bu. Ternyata pengacara Erika adalah salah satu yang terbaik di negara ini. Sejujurnya aku ragu apakah bisa memenangkan tuntutan ini," ucap Gerry setelah menarik napas dalam. Trinita menoleh sekilas ke arah Gerry. "Pria itu pengacara terbaik? Apa kamu nggak salah, Ger?" tanyanya dengan nada panik. "Aku serius, Bu. Pria bernama Hosea itu adalah pengacara dengan integritas yang tinggi. Dia nggak akan segan-segan menyerang lawannya yang terbukti bersal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status