Beranda / Rumah Tangga / Me Versus Gundik Suamiku / Bab 2. Pengadilan Keluarga 

Share

Bab 2. Pengadilan Keluarga 

Penulis: Pisces Man
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-05 12:48:27

"Mbak Nita. Jangan tertawa emosi, kita 'kan bisa membicarakannya terlebih dahulu."

Sebuah suara kembali terdengar, membuat Trinita menoleh. Senyuman sinis tercipta di wajah wanita paruh baya itu. Kali ini dia akan mempermalukan Erika di depan adik ipar dan istrinya yang selama ini selalu membela menantunya ini.

"Jangan terbawa emosi katamu?! Apa kamu akan berkata seperti itu jika menantu kesayanganmu itu yang melakukannya," sindir Trinita yang membuat adik iparnya hanya terdiam.

"Meskipun Erika melakukan kesalahan, tetap saja dia tidak pantas diperlakukan kasar seperti ini, Mbak." Kali ini istri adik iparnya yang berbicara, membuat emosi Trinita kembali meluap.

"Diam kau! Dia ini adalah menantuku, bukan menantumu. Jadi kau tidak berhak mencampuri apa yang akan aku lakukan terhadap wanita murahan ini!" 

Bentak Trinita yang membuat hati Erika semakin berdenyut nyeri. Sang mertua kini terang-terangan menunjukkan kebenciannya di depan semua orang. 

Erika mengerjabkan mata, menahan air mata yang siap mengucur deras. Dia tidak boleh terlihat lemah saat ini, atau Trinita akan semakin menindasnya.

"Mbak Nita. Bagaimana aku bisa diam saja saat Mbak memperlakukan Erika dengan kasar? Dia itu adalah putri dari kakak ipar sepupuku, dan aku sudah mengenalnya sejak lama!" Bantah istri adik iparnya dengan tatapan kesal.

Trinita langsung berdecak keras saat mendengarnya, dia pun langsung menjawab perkataan adik iparnya dengan sinis.

"Kenal lama nggak menjadi jaminan kalau kau mengenalnya luar dalam."

"Mbak Nita, jangan sampai menyesali apa yang Mbak lakukan kepada Erika nantinya," sahut adik iparnya.

"Aku menyesal? Itu tidak akan pernah terjadi di dalam kamusku," ucap Trinita dengan angkuh.

"Sebaiknya kita harus memanggil semua keluarga besar berunding," usul sang adik yang membuat Trinita semakin mengembangkan senyumnya.

Akhirnya setelah sekian lama, Trinita dapat mengenyahkan keberadaan Erika dan Kayla di rumah ini. 

Jika saja Erika melahirkan anak laki-laki, Trinita akan dengan senang hati merawat anak sang putra. Tapi menantu sialan itu malah melahirkan anak perempuan yang pasti akan menjadi beban di masa depan.

"Baiklah. Cepat kau kirimkan di grup agar semuanya berkumpul di rumah Gerry besok jam 10 pagi," ucap Trinita dengan nada memerintah.

Setelah mengatakan itu, Trinita menoleh ke arah Erika sembari mengacungkan telunjuknya.

"Jangan harap besok akan ada yang membelamu seperti hari ini."

Ucapan itu terdengar seperti musik sedih yang menyayat hati Erika, tapi sekuat tenaga dia menahan tangisannya. Meskipun bibir bawahnya harus berdarah, karena saking kuatnya dia menggigitnya.

"Sebaiknya Mbak Nita pulang dulu, kita semua sekarang dalam keadaan kacau. Rasanya tak baik jika kita berlama-lama di dalam satu tempat," usul sang adik yang membuat Trinita mendelik tajam.

"Aku tidak akan pulang, bisa jadi 'kan kalau selama ini wanita murahan ini mengundang pria asing masuk ke rumah Gerry."

Hati Erika semakin berdenyut nyeri saat mendengar tuduhan tak berdasar dari Trinita. Tanpa banyak bicara dia membawa Kayla yang masih menangis ke kamar dan mengunci pintu agar sang mertua tidak dapat masuk seenaknya.

Erika jelas tidak mau jika Trinita ikut masuk dan tidur di kamarnya dan Gerry, seperti saat dia baru saja selesai melahirkan.

"Hey! Buka pintunya, dasar menantu sialan! Lihat saja, besok aku akan membuatmu menangis darah!"

Sesuai dugaan Erika, Trinita mencoba untuk masuk dan tidur di kamar ini. Jadi saat sang mertua terus menerus berteriak sembari menggedor pintu kamar, dia mencoba menguatkan hati. Meski rasa takut kian mendominasi dirinya.

Karena lelah menahan emosi, membuat Erika tertidur sesaat setelah merebahkan tubuh di ranjang.

***

Hari pun berganti, dan jam menunjukkan angka 6 pagi. Sementara Erika baru terbangun, karena Kayla yang sejak semalam terus menerus meminta ASI.

Padahal Erika sudah memastikan perut kecik Kayla kenyang dengan memakan bubur instan. Tapi ternyata putrinya terus menerus merengek. 

Erika menduga jika Kayla memahami apa yang sedang terjadi, dan merasa tidak nyaman.

Suasana di ruang makan amat mencekam, Trinita dengan angkuhnya menatap Erika yang sedang menyuapi Kayla bubur bayi langganannya. 

"Hebat. Kau masih bisa makan di situasi seperti ini. Benar-benar urat malumu sudah putus," sindir Trinita ketika melihat Erika baru saja menyuap makanannya.

Dengan menahan rasa sesak, Erika meneruskan sarapannya. Tak peduli jika tatapan mata Trinita seperti laser yang siap menembus kulitnya. 

Yang Erika tahu, perutnya harus kenyang saat menghadapi persidangan keluarga yang sudah pasti memberatkan dirinya.

"Ya. Makanlah, selagi kau bisa makan." Trinita kembali menyindir Erika, saat menyadari intimidasi yang dia lakukan tak berhasil.

Perasaan Erika semakin tak karuan, saat satu persatu keluarga Gerry mulai berdatangan. 

Dan saat anggota keluarga Gerry yang lebih tua dari Trinita mulai bicara, jantun Erika berdegup kencang. Tatapan mata penuh permusuhan dan intimidasi semakin kuat dia rasakan.

"Jadi apa yang mau kau katakan mengenai foto memalukan itu?"

"Wanita dalam foto itu bukan aku, Pakle. Aku difitnah," jawab Erika yang lagi-lagi menahan tangisnya.

"Halah. Alasan basi! Mana ada maling yang mau ngaku." 

Bukan Trinita yang berbicara, tapi sepupu wanita Gerry yang memang dari awal membencinya.

"Iya, Mas. Aku juga yakin kalau wanita murahan ini berbohong. Padahal buktinya sudah jelas, tapi dia masih mengelak," ucap Trinita dengan nada sinis.

Setelahnya, Erika tak diizinkan untuk berbicara. Tak ada satupun dari mereka yang memedulikan perasaan Erika. Sebab mereka semua saling bersahutan, tak mau kalah dalam menghujat Erika.

Erika hanya terdiam, tak mampu untuk membela diri saat ini, bahkan sekadar menghela napas pun terasa seperti dosa.

Kayla yang duduk di pangkuannya menggeliat, lalu mulai menangis karena suasana yang begitu penuh tekanan. Erika segera memeluknya erat, seolah sang putri adalah satu-satunya alasan jika dia harus tetap kuat di tengah badai ini.

Tangisan Kayla yang kencang seperti menusuk gendang telinga semua orang di ruang tamu itu, namun tak seorang pun dari mereka mencoba mendekat atau menenangkan. Bahkan Trinita justru menatap tajam ke arah cucunya, seolah bayi mungil itu turut menjadi beban hidupnya.

"Sudah besar, tapi masih saja rewel. Persis seperti ibunya, cuma bisa menangis dan bikin masalah," gumam Trinita sambil melipat tangan di dada.

Erika menarik napas dalam-dalam. Dia membisikkan kalimat doa di dalam hati, meminta kekuatan agar bisa bertahan dalam tekanan luar biasa ini.

Gerry, satu-satunya harapan, masih ditugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja di negara kincir angin. Tak tahu menahu tentang tuduhan keji dan fitnah yang kini menghancurkan nama baik istrinya.

Erika terus mendekap Kayla erat, seolah tubuh kecil putrinya adalah satu-satunya perisai yang tersisa. 

Suara-suara bising dari mulut keluarga besar Gerry seperti gemuruh badai yang menghantam batinnya bertubi-tubi.

"Sudah! Dia tidak bisa memberikan penjelasan yang masuk akal. Untuk apa kita buang waktu?” ujar salah satu tante Gerry dengan wajah dingin.

"Setuju. Usir saja dia dari rumah ini. Biar tahu rasa! Sudah dapat hidup enak, malah mengkhianati!" sahut yang lain.

"Benar! Wanita seperti dia nggak pantas jadi bagian dari keluarga kita!" timpal sepupu Gerry dengan nada menghina.

Setiap kata itu seperti paku-paku tajam yang menghujam langsung ke hati Erika. Namun dia tetap membisu. Tidak ada gunanya bicara jika telinga mereka sudah tertutup oleh prasangk

Yang mereka percaya hanyalah foto hasil rekayasa yang entah dari mana berasal. 

Trinita tersenyum puas saat melihat ketidakberdayaan Erika. Dan inilah saat yang tepat untuk kembali melempar bom di tengah kekisruhan yang semakin menjadi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Me Versus Gundik Suamiku   6. Memanggil Pulang Gerry

    "Sialan! Ternyata wanita itu lebih licik daripada yang Ibu kira!" Teriakan Trinita menggelegar di ruang tamu. Matanya berkilat penuh dengan emosi.Sementara itu Lucinda dan Gisela hanya terdiam, tak berani untuk bicara.Tapi di dalam hatinya, Gisela memaki Erika. Angan-angannya untuk menikmati uang dari hasil penjualan aset Gerry harus tertunda, karena istri sang kekasih membawa surat-surat berharga pria itu."Bu ... apa Ibu sudah menelepon Mas Gerry dan memberitahu soal ini?" tanya Lucinda saat melihat amarah sang ibu mulai mereda.Trinita menatap anak bungsunya dengan ekspresi bingung, seakan melupakan hal yang penting."Melihat Ibu yang hanya diam, aku yakin Ibu belum menghubungi Mas Gerry," ucap Lucinda setelah terdiam beberapa saat."Sekarang kira-kira di Belanda jam berapa, ya?" tanya Trinita yang kini mengambil ponselnya."Sekarang seharusnya masih jam 1 siang di sana, Bu," jawab Lucinda yang direspon anggukan kepala oleh Trinita.Wanita itu segera menghubungi Gerry, baru pang

  • Me Versus Gundik Suamiku   Bab 5. Kalang Kabut 

    "Akhirnya aku bisa bebas menguasai semua hartanya Gerry," ucap Trinita sembari menyesap segelas wine."Aku senang Tante mendengarkan saranku. Lagian kenapa dulu Tante setuju kalau Gerry menikah dengan wanita kampungan itu?" tanya seorang wanita muda yang bernama Gisela.Trinita lantas berdecak keras sembari menatap tajam wanita itu."Aku sudah melarang Gerry untuk berhubungan dengan wanita kampungan itu, tapi anak itu bersikeras dengan keinginannya dan bahkan sampai mengancam akan kabur dari rumah."Gisela semakin mengembangkan senyum saat mendengar ucapan Trinita."Tapi akhirnya Gerry sadar kalau wanita itu nggak layak untuknya. Buktinya dia bersedia berhubungan denganku dan berjanji akan menceraikan wanita kampungan itu setelah kembali ke Indonesia.""Kalau saja Gerry sempat ketemu kamu sebelum memutuskan menikahi wanita kampungan itu, sudah Tante bujuk dia agar menikahimu," ucap Trinita dengan nada menyesal."Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, Tante. Aku bersedia men

  • Me Versus Gundik Suamiku   Bab 4. Menyusun Rencana 

    "Baiklah. Kalau itu mau Ibu, aku dan Kayla akan pergi dari rumah ini," ucap Erika dengan menahan isak tangisnya.Setidaknya saat ini, harga diri adalah satu-satunya hal yang tersisa pada diri Erika. Dan dia akan mempertahankannya sampai detik terakhir berada di rumah Gerry."Bagus kalau kau sudah mengerti. Sekarang cepat kemasi barang-barangmu dan tinggalkan rumah ini, karena aku sudah muak melihat mukamu yang lusuh itu," sindir Trinita yang merasa di atas angin.Erika segera masuk ke kamar, meletakkan Kayla di tengah ranjang. Dia mulai memasukkan barangnya dan sang putri yang seadanya ke dalam koper.Hatinya berdenyut nyeri, karena koper itu rencananya akan dia gunakan untuk berlibur ke luar negeri setelah Gerry kembali ke Indonesia. Tapi nyatanya, kini dia menggunakannya saat terusir dari rumah suaminya.Tak lama Trinita masuk ke kamar, wanita itu sudah seperti mandor yang mengawasi pekerjaan anak buahnya."Aku akan mengawasi apa yang boleh kau bawa pergi dari rumah ini," ucapnya de

  • Me Versus Gundik Suamiku   Bab 3. Diusir Oleh Mertua 

    "Aku sudah bilang sejak awal, kalau wanita ini tidak pantas untuk Gerry. Tapi kalian semua tertipu wajah polosnya dan malah membela dia. Sekarang kalian lihat sendiri 'kan akibatnya!"Trinita sengaja mengeraskan suaranya agar semua mengalihkan perhatian pada dirinya. Salah seorang paman Gerry yang dari tadi diam, akhirnya mengangkat tangan, sebagai isyarat agar semua diam."Sudah cukup! Kita semua berkumpul di sini untuk mencari solusi atas masalah yang menimpa Erika. Bukan malah menambah kekacauan."Beberapa merasa tertampar karena ucapan itu, tapi tak ada yang berani membantah. Karena pria yang sedang berbicara itu memang merupakan satu tokoh yang disegani."Jadi apa yang akan Mas lakukan untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh wanita itu," ucap Trinita dengan telunjuk mengacung ke arah Erika."Kita harus mendengarkan pembelaan dari Erika," ucap pria itu dengan nada datar.Erika menatap pria itu sejenak dan sedikit dapat menghela napas lega. Hanya tatapan netral itu yang tidak

  • Me Versus Gundik Suamiku   Bab 2. Pengadilan Keluarga 

    "Mbak Nita. Jangan tertawa emosi, kita 'kan bisa membicarakannya terlebih dahulu."Sebuah suara kembali terdengar, membuat Trinita menoleh. Senyuman sinis tercipta di wajah wanita paruh baya itu. Kali ini dia akan mempermalukan Erika di depan adik ipar dan istrinya yang selama ini selalu membela menantunya ini."Jangan terbawa emosi katamu?! Apa kamu akan berkata seperti itu jika menantu kesayanganmu itu yang melakukannya," sindir Trinita yang membuat adik iparnya hanya terdiam."Meskipun Erika melakukan kesalahan, tetap saja dia tidak pantas diperlakukan kasar seperti ini, Mbak." Kali ini istri adik iparnya yang berbicara, membuat emosi Trinita kembali meluap."Diam kau! Dia ini adalah menantuku, bukan menantumu. Jadi kau tidak berhak mencampuri apa yang akan aku lakukan terhadap wanita murahan ini!" Bentak Trinita yang membuat hati Erika semakin berdenyut nyeri. Sang mertua kini terang-terangan menunjukkan kebenciannya di depan semua orang. Erika mengerjabkan mata, menahan air mat

  • Me Versus Gundik Suamiku   1. Difitnah

    "Erika!"Suara teriakan yang menggema terdengar di sebuah ruangan tamu. Trinita melangkah masuk dengan amarah yang terpancar pada wajahnya. Matanya memindai keadaan sekitar, lalu mendengus saat tak melihat keberadaan sang menantu yang paling dia benci."Erika! Kau ada di mana?!" Sekali lagi teriakan itu terdengar, dan kali ini Erika yang sedang menggendong Kayla, putrinya datang tergopoh-gopoh. Keringat pun bercucuran dari pelipisnya."Ada apa, Bu?" tanya Erika dengan napas tersengal."Dasar pemalas. Mentang-mentang Gerry nggak ada di sini, kerjamu hanya tidur saja!" teriak Trinita dengan suara menggelegar.Kayla yang baru saja terlelap, otomatis menangis karena kencangnya suara sang nenek. Dan Erika segera menenangkan putrinya yang baru berusia 6 bulan itu."Cepat tenangkan tangisan anak itu. Kepalaku pusing mendengarnya!" bentak Trinita sembari menutup kedua telinganya."Tapi Kayla demam semalam dan baru turun panasnya jam tiga subuh, Bu," ucap Erika memberikan pembelaan.Namun bu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status