Share

Me Versus Gundik Suamiku
Me Versus Gundik Suamiku
Author: Pisces Man

1. Difitnah

Author: Pisces Man
last update Last Updated: 2025-08-05 12:43:55

"Erika!"

Suara teriakan yang menggema terdengar di sebuah ruangan tamu. Trinita melangkah masuk dengan amarah yang terpancar pada wajahnya. 

Matanya memindai keadaan sekitar, lalu mendengus saat tak melihat keberadaan sang menantu yang paling dia benci.

"Erika! Kau ada di mana?!" 

Sekali lagi teriakan itu terdengar, dan kali ini Erika yang sedang menggendong Kayla, putrinya datang tergopoh-gopoh. Keringat pun bercucuran dari pelipisnya.

"Ada apa, Bu?" tanya Erika dengan napas tersengal.

"Dasar pemalas. Mentang-mentang Gerry nggak ada di sini, kerjamu hanya tidur saja!" teriak Trinita dengan suara menggelegar.

Kayla yang baru saja terlelap, otomatis menangis karena kencangnya suara sang nenek. Dan Erika segera menenangkan putrinya yang baru berusia 6 bulan itu.

"Cepat tenangkan tangisan anak itu. Kepalaku pusing mendengarnya!" bentak Trinita sembari menutup kedua telinganya.

"Tapi Kayla demam semalam dan baru turun panasnya jam tiga subuh, Bu," ucap Erika memberikan pembelaan.

Namun bukannya tersentuh, Trinita malah menatap Erika dengan sinis. "Dasar anak dan ibu sama saja. Sama-sama menyusahkan!" 

"Bu, jangan bicara seperti itu! Kayla menangis karena terkejut dengan suara teriakan Ibu," sahut Erika.

"Diam kau. Beraninya kau membantahku! Memangnya kau pikir, kau ini siapa?! Nanti akan kuadukan kelakuanmu pada Gerry, biar dia tahu cara mengajar istri yang tak becus mengurus rumah!" hardik Trinita.

Erika hanya dapat menghela napas panjang, selama ini dia mencoba sabar dengan perlakuan buruk yang dilakukan oleh sang mertua. Tapi ternyata sikap Trinita kepada dirinya malah semakin menjadi.

"Jadi aku harus diam saja, saat Ibu membuat Kayla menangis karena terkejut dengan teriakan Ibu," sahut Erika yang tetap berusaha mempertahankan intonasi suaranya.

"Kau ini ...."

Belum sempat Trinita melanjutkan perkataannya, ponselnya berdering. Wanita itu mengambil benda pipih itu dan berjalan keluar dari rumah.

Melihat sang mertua yang meninggalkan rumahnya, membuat Erika dapat bernapas lega. Dia menidurkan Kayla yang sudah tenang di boks bayi yang ada di ruang keluarga.

"Syukurlah Ibu hanya sebentar di sini," ucap Erika yang kini menuju dapur.

Kepalanya yang sakit memaksa Erika untuk mengisi perut dan meminum paracetamol. 30 menit kemudian, rasa nyeri pada kepalanya perlahan menghilang, tapi berganti dengan rasa cemas yang tidak Erika tahu apa penyebabnya.

Suara tangis Kayla membuat Erika yang sedang melipat baju langsung melompat, dia menghela napas lega saat mengetahui jika popok sang putri sudah penuh. Bukannya demam seperti semalam. Demam akibat efek imunisasi kemarin pagi. Dia lantas memandikan Kayla sebelum menyuapi putrinya bubur MPASI.

Namun lagi-lagi ketenangannya harus terganggu karena ponselnya berdering, dengan langkah berat Erika mengambil benda pipih yang tergeletak pada meja TV. 

Dahinya mengerut saat mendapati pesan gambar dari nomor yang tak dia kenal. Merasa penasaran dengan isi dari gambar itu, membuat Erika membuka ruang obrolan.

Beberapa detik kemudian, matanya terbelalak saat melihat foto seorang wanita setengah bugil. Dan yang lebih membuatnya terkejut, foto wanita itu adalah dirinya.

Tangan Erika seketika bergetar, dia tidak pernah berfoto se-vulgar ini, tapi foto yang ada di dalam ponselnya tidak dapat dia bantah. Meskipun dia tahu jika foto itu jelas adalah editan semata.

Selang beberapa saat kemudian, sebuah pesan kembali masuk, kali ini pesan teks biasa, namun bernada penuh ancaman.

'Erika. Bagaimana dengan hadiah yang kukirimkan? Apa kau menikmatinya? Aku tidak sabar menunggu reaksi orang-orang saat melihatnya.'

Tangan Erika bergetar karena menahan amarah, sudah jelas kalau orang yang mengirimkan pesan dan gambar ini memiliki dendam pribadi, atau bahkan ingin menghancurkan rumah tangganya.

Erika pun mengetik balasan pesan untuk pengirim pesan misterius itu.

'Siapa ini? Jangan bermain-main denganku!' 

Tak menunggu lama, balasan pun dia terima.

'Siapa aku itu tidak penting, Erika. Yang aku inginkan adalah kehancuran dirimu. Aku mengirim pesan untuk memperingatkanmu untuk bersiap-siap keluar dari kehidupan Gerry.'

Erika hanya dapat menatap nanar layar ponselnya yang menampilkan percakapan pesan dirinya dan orang misterius itu. Dia pun memutuskan untuk mengabaikan orang yang menurutnya kurang kerjaan itu.

Karena masih merasa pusing, membuat Erika merebahkan tubuh pada sofa ruang tamu. Berdekatan dengan boks bayi di mana Kayla kembali tertidur lelap.

Suara pintu pagar yang dibanting keras, membangunkan Erika, disusul dengan langkah sepatu hak tinggi menghentak lantai ruang tamu.

"Erika!!"

Trinita kembali. Wajahnya merah padam, napasnya memburu seperti baru saja berlari dari neraka.

Erika lagi-lagi merasakan kepalanya berdenyut akibat terbangun secara paksa.

“Ibu ... ada apa lagi Ibu berteriak? Lihat Kayla kembali kaget karena teriakan Ibu," tanya Erika dengan suara bergetar.

"Kau benar-benar perempuan tak tahu malu!!" Trinita langsung mengangkat ponselnya dan memperlihatkan layar galeri. 

Gambar yang terpampang di sana adalah foto Erika. Foto setengah telanjang, dengan ekspresi yang menggoda.

Erika tercekat. Napasnya tertahan. Ini ... foto itu lagi. Ternyata orang misterius itu sudah mengirim foto itu kepada mertuanya.

"Semua keluarga besar sudah melihat foto menjijikan ini! Aku malu memiliki menantu murahan seperti dirimu!" teriak Trinita. 

Erika menggelengkan kepala. “Bukan aku, Bu … wanita dalam foto itu bukan aku … itu hanya editan. Aku ... aku tidak tahu siapa yang—”

Plaaak!

Satu tamparan keras mendarat di pipi Erika. Tubuhnya terdorong ke dinding. 

Sementara Kayla kembali menangis kencang saat mendengar keributan yang tak kunjung mereda.

“Selama ini aku sudah cukup sabar. Sudah cukup aku diamkan kelakuanmu yang malas, lusuh, dan cuma bisa ngabisin uang anakku! Sekarang kau malah mempermalukan keluarga ini. Sungguh menyesal aku mengizinkan Gerry menikah denganmu!" Trinita mencecar Erika tanpa ampun.

“Bu, jangan, tolong ....” 

Erika bersandar ke dinding, tangan kirinya memegangi pipinya yang terasa perih dan panas.

"Kau ini memang wanita murahan. Baru tiga bulan Gerry berangkat ke luar negeri, kamu sudah buka-bukaan! Jujur saja apa sudah jadi kamu tidur dengan pria lain!" Tuding Trinita yang membuat Erika merasakan hatinya nyeri.

“Aku ... tidak pernah melakukan hal yang Ibu tuduhkan itu," ucap Erika membela diri.

“Kau kira aku bodoh?! Seorang wanita yang ditinggal suami bekerja di tempat yang jauh, pasti tidak akan bisa menahan hasratnya. Cepat mengaku saja kalau kau berselingkuh." Tuding Trinita sembari mengacungkan telunjuknya ke arah sang menantu.

Erika hanya terisak pelan, dia segera menggendong Kayla yang semakin menangis histeris. Sang putri tampak ketakutan, terlihat dari tubuhnya yang sedikit gemetar. Dia memejamkan mata, berharap ini semua hanya mimpi buruk.

Namun sayangnya, itu hanya harapan kosong. Trinita kembali berteriak dan mengeluarkan segala caci maki dan umpatan kepada dirinya.

"Dasar wanita pembawa sial! Cepat mati saja kau kalau kerjamu hanya membuat malu nama keluarga ini!"

Segala kesabaran Erika akhirnya luluh lantak, air mata mengucur deras dan memburamkan pandangan matanya. 

Erika berdiri di tengah ruangan dengan tubuh bergetar. Tangannya erat menggenggam tubuh kecil Kayla yang menangis tanpa henti, matanya yang sembab menatap sosok wanita di depannya. 

Wanita yang seharusnya memiliki posisi yang sama dengan ibu kandungnya. Kini tidak hanya terlihat kejam, tetapi juga menjelma menjadi sosok yang benar-benar mengancam kewarasannya.

"Cukup, Bu. Jangan berteriak lagi, kasihan Kayla." Suara Erika terdengar pelan, namun mengandung keberanian di dalamnya.

"Kau berani melawanku sekarang?!" sahut Trinita dengan nada suara meninggi.

Erika menarik napas dalam, berusaha menenangkan detak jantungnya yang bergemuruh. Air matanya masih menetes, tetapi kali ini bukan karena takut, melainkan keteguhan.

“Ibu ...,” suaranya bergetar sedikit, “aku tidak akan diam jika terus-terusan diperlakukan seperti ini. Aku ini ibu dari cucu Ibu."

Trinita yang terpancing emosinya, melayangkan tangan siap untuk kembali menampar Erika. Namun terdengar sebuah suara yang menggelegar.

"Berhenti!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Me Versus Gundik Suamiku    61. Janji Hosea

    "Pah. Maksudnya apa? Aku nggak ngerti ucapan Papa barusan," ucap Erika.Toni terdiam karena menyadari jika dia telah bertindak impulsif. "Papa cuma nggak ingin kamu merasa canggung ketika bicara dengan Hosea nanti," ujarnya memberi alasan.Erika tersenyum tipis, menyadari alasan kegugupan sang ayah. "Pah. Sepertinya Papa butuh ngopi biar nggak tegang. Mau aku buatin kopi apa pesan lewat aplikasi?""Memangnya kamu boleh ngopi selama menyusui Kayla?" tanya Toni dengan dahi berkerut."Papa ngopi, aku minum milkshake stoberi," jawab Erika sembari tertawa.Toni menatap Erika bangga, karena sang putri masih tetap berdiri tegar di tengah semua masalah yang mendera."Kalau gitu Papa mau minum kopi susu gerobak yang ada di depan gang sini. Kalau nggak salah dia juga ada minuman non kopi."Setelah mengatakan itu Toni beranjak ke garasi untuk mengambil motor. Meninggalkan tanda tanya di dalam hati Erika.***Waktu berlalu begitu cepat, dan jarum jam mendekati pukul lima sore. Erika sudah duduk d

  • Me Versus Gundik Suamiku   60. Toni yang Mulai Luluh

    Toni akhirnya berkata lirih, "Kamu memang nggak bisa mengubah masa lalu, Er. Tapi kamu bisa menentukan masa depan kamu dan Kayla. Biarkan saja Gerry bersama dengan wanita itu, yang terpenting kita harus menang dari Gerry nanti saat di persidangan."Erika mengangguk mantap. "Iya, Pah. Kak Hosea juga berjanji akan membantuku menghadapi tuntutan Gerry. Jadi aku rasa peluang kita menang itu besar."Sebagai seorang ayah, Toni menyadari perubahan ekspresi Erika saat membicarakan Hosea. Dia mengembuskan napas panjang, merasa dilema dengan situasi Erika. Alasan Toni dulu tidak menyetujui hubungan Erika dan Hosea, karena ayah dari pria itu yang terkenal suka bermain wanita. Toni khawatir jika di dalam darah Hosea mengalir darah pengkhianat, tapi ternyata apa yang dia pikirkan salah total.Hosea yang dia anggap bajingan ternyata adalah pria dengan integrasi tinggi, dan sepanjang kariernya sebagai pengacara, media tidak pernah menemukan kesalahan yang dapat menjatuhkan pria itu. Bahkan menuru

  • Me Versus Gundik Suamiku   59. Kayla Pulang

    Setelah dirawat selama 4 hari, akhirnya Kayla diperbolehkan pulang, Sebab sang putri sudah sembuh dari sakit flu Singapura.Erika tentu saja merasa lega karena tidak perlu merasakan dinginnya AC rumah sakit saat malam hari. Toni dan Yuni ikut membantu membereskan barang-barang Erika dan Kayla. Sedangkan Hosea ada pertemuan dengan seorang jaksa untuk membahas kasus korupsi yang menimpa seorang pejabat."Akhirnya kita pulang juga, Nak. Kamu pasti bosan ya di rumah sakit," ucap Erika sembari mencium pipi gembul Kayla."Er. Untuk sementara ini, hindari bawa Kayla keluar rumah. Kondisi udara Jakarta juga lagi nggak bagus," celetuk Yuni setelah selesai memasukan baju kotor keduanya dalam satu tas."Iya, Mah. Aku nggak mau Kayla sakit lagi.""Iya, Mah. Aku nggak mau Kayla sakit lagi." Erika menatap wajah putrinya yang kini tampak lebih segar, meski masih ada bekas ruam di pipinya.Yuni tersenyum hangat sambil menepuk bahu putrinya. "Bagus. Kayla masih butuh pemulihan. Lagipula Papa kemarin

  • Me Versus Gundik Suamiku   58. Mulai Berpaling Ke lain Hati

    Gerry menatap wajah Gisela lama sebelum menjawab. "Aku percaya padamu, Gisel. Aku tadi cuma kaget.""Tetap saja kamu nggak percaya sama aku 'kan?" tanya Gisela ketus."Bukan begitu, Sayang. Mungkin ini efek aku yang masih capek. Lihat ini ...." Gerry menghentikan ucapannya dan memperlihatkan jari telunjuk kiri yang tertutup plester. "Aku sampai kena pisau saat sedang memasak mie."Wajah Gisela sontak berubah menjadi panik, dengan cepat dia menarik tangan Gerry dan memandanginya dengan iba. "Kenapa bisa kena pisau? Untung saja jarimu tidak terpotong."Gerry menghela napas kasar, dia balik menggenggam tangan Gisela. "Aku tadi terlalu tegang waktu makan malam dengan bosku dan pengacaranya."Gisela balik menatap Gerry dengan jengah, merasa nyali sang kekasih sangat kecil. Akan tetapi, dia menahan agar kalimat itu tak terlontar dari mulutnya. Dia tak ingin rencananya gagal total karena kesalahan sekecil mungkin. Karena itu Gisela segera memasang ekspresi simpati."Kasihan sekali kamu, Sa

  • Me Versus Gundik Suamiku   57. Gisela Merajuk

    "Ibu yakin semua orang pasti akan menganggap wanita itu murahan, Gerry. Postingan waktu itu saja banyak yang menghujatnya sebagai wanita penghibur, apalagi sekarang."Gerry menarik napas panjang, untuk urusan menjatuhkan mental orang ... Trinita dan Dimas memang mirip."Terserah Ibu mau berbuat apa, tapi pastikan keluarga kita tidak akan terkena dampaknya," ucap Gerry memberi ultimatum kepada sang ibu."Kalau itu kamu tenang saja, Gerry. Ibu pastikan semuanya aman," sahut Trinita dengan penuh keyakinan.Lagi-lagi Gerry menarik napas, berharap jika beban yang ada di hatinya terangkat sebagian. "Bu, aku mau ke rumah sakit sebentar. Mau ketemu Gisela," ucap Gerry."Tapi ini sudah malam Gerry, kenapa tidak besok saja sebelum kamu berangkat kerja?" tanya Trinita yang cemas saat melihat wajah pucat Gerry."Tapi aku kangen sama Gisel, Bu. Aku berniat untuk membawanya ke rumah ini setelah dia keluar dari rumah sakit," ujar Gerry memberi alasan.Trinita menatapnya lama, sebelum menarik napas

  • Me Versus Gundik Suamiku   56. Strategi Gerry

    "Aduh!" teriakan Gerry yang menggelegar membuat Trinita terkesiap. Dia melangkah mendekati sang putra dan berdecak keras saat melihat darah menetes dari jari Gerry."Duduk di situ, biar Ibu obati luka kamu dan lanjutin masak mienya." Titah Trinita yang lalu mematikan kompor.Beberapa saat kemudian, Trinita membersihkan luka Gerry dengan cairan NaCl dan membalutnya dengan plester luka."Apa sih yang ada di pikiranmu sampai melamun seperti tadi, untung saja jarimu tidak terpotong," omel Trinita yang kini mencuci tangannya di sink."Banyak, Bu. Ternyata pengacara Erika adalah salah satu yang terbaik di negara ini. Sejujurnya aku ragu apakah bisa memenangkan tuntutan ini," ucap Gerry setelah menarik napas dalam. Trinita menoleh sekilas ke arah Gerry. "Pria itu pengacara terbaik? Apa kamu nggak salah, Ger?" tanyanya dengan nada panik. "Aku serius, Bu. Pria bernama Hosea itu adalah pengacara dengan integritas yang tinggi. Dia nggak akan segan-segan menyerang lawannya yang terbukti bersal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status