Share

MPLS

Penulis: Almah Kartika
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-29 13:02:15

Pagi ini dengan sedikit terpaksa Qiya bangun lebih awal. Hari ini, hari pertama MPLS -Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah- Qiya melihat Yasir yang masih bergelung dibawah selimut tebalnya. Bukan hal aneh jika Yasir berangkat sekolah pukul 09.30 dan pulang pukul 10.30, ia hanya datang di jam istirahat.

Selesai mandi, siap-siap dan sarapan, Qiya akhirnya berangkat diantar Ayahnya sampai depan gerbang sekolah. Banyak murid yang berpakaian putih-biru seperti Qiya, mereka juga membawa alat-alat MPLS seperti papan nama yang terbuat dari kardus yang diberi tali dan di kalungkan di leher serta tas keresek berisi buku dan alat tulis lainnya, terlihat seperti gembel.

Setelah berpamitan dan mencium punggung tangan Henri, Qiya mulai masuk ke dalam area sekolah. Banyak murid yang berlalu-lalang menggunakan almamater berwarna biru muda, sepertinya mereka Osis.

Qiya masuk ke dalam aula, tempat berkumpulnya para murid baru yang siap menerima siksaan-siksaan. Tapi, Tahun ini sudah mulai diterapkan pelaturan, bahwa Masa Orientasi Siswa sudah tidak boleh lagi menggunakan cara kejam dan kekerasan. Maka dari itu, kalimat Masa Orientasi Siswa -MOS- diganti dengan MPLS -Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah-.

Qiya melihat ada teman kecilnya di salah satu murid baru yang ada di dalam aula. Teman masa kecilnya itu memang sekolah di tempat ini sejak SMP. Sekolah Swasta ini memang menyediakan semua tingkatan sekolah, dari mulai TK, SD, SMP, SMA hingga Universitas.

Teman masa kecil Qiya bernama Mala. Mala pun sepertinya melihat Qiya, ia melambaikan tangannya ke arah Qiya bengajaknya untuk bergabung dengannya dan teman-temannya. Dengan senang hati, Qiya menghampiri Mala, lalu berkenalan dengan teman-teman Mala.

Qiya duduk canggung di antara mereka, sudah hampir 3 tahun Qiya jarang bertemu dengan Mala, padahal rumah mereka lumayan berdekatan. Tapi yasudahlah, syukur-syukur Qiya mempunyai teman.

Tak jauh dari tempatnya duduknya, Qiya juga melihat teman SDnya, Sarah. Mereka saling bertatapan, lalu saling melempar senyum.

"Lo lanjut SMA disini juga?" Tanya Qiya sepada Sarah.

Sarah mengangguk, mungkin sama-sama merasa senang karena bertemu teman lama.

"Gue degdeggan dari tadi, gak ada yang kenal, ternyata ada lo. Ini juga dia temen kecil gue sih, kenalin.." ucap Qiya memperkenalkan Sarah kepada Mala.

Mereka saling berkenalan. Syukurlah, ternyata Qiya tidak sendiri. Ada banyak teman lama yang tidak melupakannya.

Acara pembukaan MPLS berjalan dengan lancar tanpa Qiya perhatikan sama sekali, ia lebih sibuk melamun memikirkan hal-hal indah yang telah menjadi kenangan dihidupnya.

Tepukan ringan Qiya rasakan di bahu sebelah kanannya, "Qiya lo satu kelompok sama si Wendi, kelompok 9. Gue tinggal ya," ucap Mala.

"Wen, gue titip Qiya," pesan Mala kepada Wendy. Qiya hanya mendelik kesal kepada Mala. Ia pikir, Qiya anak 3 tahun yang harus dititipkan ketika ditinggal, dasar Mala.

Wendi tersenyum ramah ke arah Qiya, sepertinya Wendi Alumni SMP Bangsa, sama seperti Mala. Qiya melihat keakraban Wendi dengan para peserta MPLS yang lain, bahkan dengan beberapa anggota Osis.

"Wen, lo alumni sini waktu SMP?" Qiya memberanikan diri untuk bertanya, sebenarnya hanya untuk basa-basi.

Wendi mengangguk sambil tersenyum. "Lo temen kecil si Mala? Alumni mana?"

"Gue alumni SMPN 1."

Wendi mengerutkan dahinya, Qiya tau apa yang membuat Wendi bingung, "lo gak lanjut sekolah Negeri lagi? Kenapa?"

Tepat seperti dugaannya, pertanyaan itu sudah terpikirkan oleh Qiya. "Nurutun kata orangtua, suruh kesini, lagian memang lebih bagus swasta kok."

Wendi mengangguk, "iya bagus, biar barokah nurut ortu."

Qiya tertawa ringan lalu lanjut melamun, sudah habis topik obrolannya. Inilah moment paling menyebalkan ketika bertemu orang baru, interaksi. Qiya selalu bingung harus melakukan interaksi dengan cara apa. Apalagi ia bukan hanya harus berinteraksi dengan wajah baru, tapi ia juga harus berinteraksi dengan lingkungan dan suasana baru.

Hari itu, salah satu hari menyebalkan yang akan berkesan dihidupnya, yang suatu saat nanti akan menjadi sebuah kenangan, dan di masa depan nanti akan menjadi sebuah cerita ketika semuanya berkumpul saat sudah saling dewasa dan hal itu akan menjadi bahan lelucon padahal mereka sendiri lah yang menciptakan hal itu lalu mereka juga yang menertawakannya.

Ketika hampir semua temannya mengalamani masa SMA dengan indah seperti seharusnya, Qiya bahkan tidak sama sekali diizinkan hanya untuk membayangkan hal itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Me and Seniors   MEMULAI YANG BARU

    Belum lama putus, Qiya sudah terlihat bersemangat lagi. Sudah kembali menjadi Qiya yang biasanya. Hal itu memang terdengar positif untuk Qiya. Tapi tidak dengan penglihatan orang sekitarnya. Terutama Arumi, entah sejak kapan kabar Qiya putus dengan Irham sudah menyebar ke seantero sekolah. Oh hampir saja lupa, ini semua karena ulah Rendi tempo hari. Qiya mendengus kesal saat berjalan melewati Arumi ketika akan pergi ke kantin. Qiya cukup menyesal menolak tawaran Rena yang ingin menemaninya ke toilet sebelum menyusul teman-temannya yang lain."Emang dasar jalang sih ya... baru aja putus udah bisa ketawa ketiwi lagi. Parahnya sih udah ada cowo baru? Kesian deh cowo barunya."Sindiran itu membuat langkah Qiya terhenti. Dia bilang apa? Jalang? Ya ampun kasar sekali. Sebelumnya Qiya tidak mau meladeni, tapi kata Jalang yang keluar dari mulut Arumi sangat mengganggu harga dirinya."Jalangan siapa ya? Sama cewek yang mepet-mepetin pacar orang?

  • Me and Seniors   QIYA SUDAH YAKIN

    Terlentang di atas kasur empuk favoritenya. Qiya menatap langit-langit kamar dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah keputusannya baik atau tidak, yang pasti sekarang Qiya kembali merasakan ragu.Ia merutuki kelabilannya lagi kali ini. Rasanya baru kemarin Qiya bertekad tidak akan bersama Irham ataupun Bara walaupun hatinya ada diantara dua cowok itu.Qiya tidak ingin menyakiti atau memberi harapan kepada salah satu dari mereka.Ya.. itulah yang Qiya pikirkan sebelum berbincang dengan Bara di kantin berdua.Entah apa yang Qiya pikirkan saat itu hingga bisa-bisanya mulut manisnya berkata "oke, kita jalanin dulu."Qiya mendengus kala otaknya mengingat jawabannya itu. Ia menarik salah satu bantalnya kemudian menutup kepalanya dengan bantal itu. "Aaaaarrrggghhh Zelqiya lo labil banget!!!"Qiya berguling-guling gelisah di atas kasur. Pusing memikirkan apa yang akan terjadi dengan hubungannya.Eh tapi, kalau Qiya

  • Me and Seniors   CAT LAPANGAN

    "Qiyaa.. lo sama Irham gak balikan?" Tanya Bara hati-hati.Qiya menoleh sebentar lalu tersenyum. Kakinya terus melangkah ke arah kantin berdampingan dengan langkah Bara."Balikan ya??" Tanya Bara lagi karena tidak mendapat jawaban."Nggaa.. kenapa? Mau pepet gue lagi?" Qiya tersenyum jail ke arah Bara."Iyalahh... target udah jomblo masa gak di gas."Qiya tertawa. "Jangan kak.. kita gini aja, gue gak mau kelabilan hati gue buat lo ngerasain apa yang di rasain Irham. Sekarang gue, lo bahkan Irham temenan aja. Oke?""Gue sebenernya gak bisa. Tapi mau gak kalo kita jalanin dulu? Gue gak maksa. Gimana nyamannya lo aja. Walaupun gue maunya kita ada status, kalo lo gak mau gue gak papa."Qiya berpikir sampai mereka tiba di kantin. Memesan es cekek untuk mereka berdua dan teman-teman Bara di lapang. Mereka duduk tak jauh dari penjual es. Duduk berhadapan dengan mata yang saling menatap."Oke, kita jalanin dulu."Mata Bara

  • Me and Seniors   KE KANTIN BERDUA

    Pukul 12 malam, Yasir baru pulang kerumah setelah puas bermain di rumah Fatur. Sebelum masuk ke kamarnya, Yasir menoleh ke arah meja makan karena tak sengaja melihat seseorang yang terduduk sambil memainkan ponselnya.Yasir mendekat dan melihat Qiya sedang memakan mie instan sembari menonton drama korea kecintaannya. Yasir meraih gelas lalu menuangkan air untuk ia minum.Yasir duduk di hadapan Qiya, menyimpan gelasnya di meja dan mengambil toples biskuit disana."Halal gak yaa kalo jual adek kaya lo?"Qiya mendongak kaget dengan pertanyaan Yasir. Ia menatap sinis ke arah sang kakak. "Menurut lo?!""Menurut gue mah halal.. daripada bikin pusing. Mending jual.""Apaan sih?"Yasir mendengus. Lalu memakan lagi biskuitnya. "Lo balikan sama si Irham?""Mana ada."Yasir mengerutkan

  • Me and Seniors   BARA PATAH LAGI

    Istirahat kedua, Bara berjalan ke arah kelas Qiya dengan senyum lebarnya. Hatinya berbunga-bunga walaupun otaknya hampir depresi karena mikirin cara buat pepet Qiya sedikit lagi. Tapi depresi terlalu hiperbola buat penggambaran keadaan otak Bara.Tangannya menggenggam satu kotak susu kesukaan Qiya. Biarlah ia dikatakan mengambil kesempatan disaat Qiya baru saja putus, bahkan putusnya pun karena Bara.Sampai di depan pintu kelas Qiya, Bara menarik nafas dulu sebelum masuk. Entah karena rasa bahagianya sedang membuncah karena Qiya atau memang Bara saja yang sedang lebay. Pokoknya saat ini Bara degdeggan berat.Setelah dirasa siap, Bara membuka pintu kelas itu lalu mengedarkan pandangannya mencari kekasih hatinya. Bara hanya melihat beberapa cewek teman kelas Qiya sedang merebahkan kepalanya juga ada Rendi yang sibuk dengan ponsel serta telinga memakai earphone.Bara menghampiri cewek yang

  • Me and Seniors   NGOBROL

    Irham menghentikan motornya di parkiran kedai dekat SMP mereka dulu. Tempat yang pernah mereka datangi saat masih berpacaran. Rasanya Qiya ingin menangis melihat tempat ini. Satu memori indah bersama Irham berputar lagi.Irham mengajak Qiya masuk ke dalam. Sepi. Pengunjung kedai memang anak sekolah. Berhubung sekarang masih jam masuk jadi kedai pasti sepi.Mereka duduk di pojok kedai, tempat yang dulu mereka tempati juga. Tempat ini sangat cocok untuk mengobrol."Ada apa?" Tanya Qiya langsung.Jujur saja, Qiya canggung sekarang. Entah harus bersikap bagaimana. Qiya tidak bisa bersikap sebagai teman seperti sebelum mereka balikan. Rasanya masih aneh."Tegang amat.." ucap Irham santai.Tapi Qiya tau, Irham juga sama canggungnya. Sorot mata Irham membuktikan kecanggungan. Namun, sepertinya Qiya juga harus santai untuk menghargai usaha Irham menyembu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status