Marissa membuka matanya. Pandangannya yang semula mengabur berangsur-angsur jelas. Hal pertama yang pertama kali dilihat Marissa adalah langit-langit sebuah ruangan berwarna putih.Marissa melebarkan pandangannya. Rupanya ia berada di rumah sakit. Di pergelangan tangan kirinya terdapat selang infus yang menempel.Di sebelah kanannya ada orang-orang terdekatnya yang setia menemani Marissa. Ada Aurin, Abraham, Roy, dan, Nia."Tante, Om, Roy! Marissa sudah sadar," seru Nia yang kebetulan duduk di samping kanan Marissa.Aurin dan Abraham yang semula duduk di sofa pun bergegas menghampiri Marissa. Begitu pula dengan Roy yang semula berdiri di dekat pintu."Puji Tuhan, akhirnya kamu sadar juga sayang," ucap Aurin sambil menangis."Kenapa aku bisa ada di sini?" Marissa bertanya dan suara lirih dan patah-patah."Kamu tadi pingsan, Nak," sahut Abraham."Pingsan?" Marissa mencoba mengingat-ingat.Tapi kepala Marissa malah semakin sakit saat mencoba mengingat-ingat."Jangan dipaksa, yang penting
Marissa tertidur dengan lamas di ranjangnya. Ia mengambil ponsel dan membukanya. Ini pertama kalinya ia memegang ponsel setelah pingsan.Tentunya banyak notifikasi muncul di ponselnya. Ada pesan dari Nia, Roy, teman-temannya dan … Farissa. Marissa mengernyit, untuk apa Farissa memberinya pesan. Apakah ia lapar?Marissa pun membuka pesan dari Farissa. Betapa terkejutnya ia melihat pesan dari Farissa. Hatinya teriris-iris. Tak menyangka bahwa semuanya akan menjadi seperti ini. Andai saja ia tak bertukar kehidupan dengan Farissa waktu itu, pasti semuanya tidak akan seperti ini.Marissa memijat kepalanya yang terasa pening. Bahkan untuk mengistirahatkan pikiran saja ia tidak bisa. Ia pun menarik nafas lelah."Ada apa Marissa?" Alard bertanya seiring dengan kemunculannya di samping Marissa."Gak papa," sahut Marissa tersenyum tipis."Jangan bohong. Aku tahu kamu lagi banyak pikiran," ujar Alard."Aku kepikiran saudaraku.""Dari dulu kamu tetap sama. Terlalu nekat dan pemberani," timpal Ala
Marissa menatap bingung ke tempat asing tempat ia berada. Marissa tidak tahu kenapa ia bisa berada di tempat asing ini yang terdiri dari hutan lebat dan bukit-bukit."Ada orang?" Marissa berteriak.Tidak ada jawaban. Marissa menyusuri hutan tempat ia berada. Hanya ada banyak tanaman dan hewan-hewan. Tidak ada manusia.Marissa terus berjalan hingga sampailah ia di sebuah gubuk yang berdiri kokoh. Raut wajah Marissa menjadi bahagia, ia sangat bersyukur menemukan gubuk itu. Tandanya ada manusia yang menghuni gubuk itu karena gubuk itu terlihat berdiri kokoh dan terawat.Marissa pun mendekati gubuk itu. "Permisi, ada orang?"Tidak ada jawaban. Setelah beberapa kali mengetuk pintu dan berseru menanyakan kehadiran orang lain selain dia, Marissa pun menyerah. Ia duduk di atas dipan depan pintu.Saat Marissa hampir tertidur karena kelelahan, tiba-tiba pintu gubuk terbuka. Muncul seorang nenek-nenek dari gubuk tersebut."Cu, sini masuk." Nenek itu berkata.Marissa yang semula mengantuk pun menj
Sore harinya, Marissa diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Roy sudah pulang dua jam lalu. Di perjalanan, Aurin dan Abraham mengajak Marissa menghadiri acara syukuran untuk film baru yang disutradarai Abraham.Acara syukuran itu diadakan di gedung kantor Abraham Entertainment. Setelah melakukan kegiatan doa dan potong tumpeng, sutradara, pemeran, dan orang-orang yang menghadiri acara syukuran berkumpul dan makan-makan bersama.Salah satu pemeran perempuan yang bernama Yura menyeletuk, "Tuan Abraham dan Nyonya Aurin tidak kangen menimang bayi?"Aurin dan Abraham saling pandang. Marissa pun jadi memelankan kegiatan makannya."Sudah cukup satu anak saja," sahut Aurin dengan perasaan tidak enak."Yakin? Kasihan Marissa kesepian.""Kesepian? Tidak, kok. Aku punya saudara kembar," cetus Marissa.DegAbraham dan Aurin yang mendengarnya sangat kaget. Marissa mengangkat jari telunjuknya pertanda menyuruh Abraham dan Aurin untuk diam."Kok tidak pernah terekspos media?" Yura kembali bertanya.
Marissa mengunjungi Farissa dengan membawa banyak makanan mulai dari martabak, bolu, brownies, ayam bakar, dan buah-buahan.Mereka kini sedang berada di dapur. Marissa berencana mengajari Farissa basic skill. Basic skill pertama yang diajari Marissa adalah memasak.Bukan memasak yang berat-berat. Tapi memasak sesuatu yang sederhana mulai dari mie instan, telur goreng, nugget dan sosis goreng, memasak sup dan lain-lain.Setelah mengajari cara membuat mie instan, Marissa lalu mengajari Farissa menggoreng telur dadar."Cara goreng telur ada dua cara. Yang pertama adalah telur dadar lalu yang kedua adalah telur ceplok. Cara membuat telur dadar yaitu pecahkan telur di atas mangkuk, lalu bumbui atau masukan sayur sesuai selera. Sedangkan cara membuat telur ceplok adalah pecahkan langsung telur di atas wajan. Paham?" tutur Marissa.Farissa mengangguk mantap. "Paham."Farissa pun mulai mencoba memasak walaupun harus dengan drama. Entah minyak yang meletup-letup sampai mengenai mereka, Farissa
Jam lima sore, Marissa sudah kembali ke rumahnya karena orang tua Nia sudah pulang ke rumah jadi Nia tidak kesepian lagi. Setelah memarkirkan mobilnya di garasi, Marissa pun berjalan memasuki rumah.Di ruang tamu, terdapat Aurin yang sedang bermain ponsel. Begitu melihat Marissa, Aurin melambaikan tangannya sambil berkata, "Sini, Nak!"Marissa pun berjalan menghormati Aurin lalu menduduki dirinya di sofa."Ehem, Mama mau tanya. Maksud kamu bilang kalau 'kamu punya saudara kembar' di acara syukuran itu apa, ya?" Aurin bertanya."Nanti ada waktunya Mama akan tahu sendiri. Tunggu aja, Ma," sahut Marissa yang lalu beranjak meninggalkan Aurin yang terdiam.Marissa memasuki kamarnya lalu menguncinya. Kemudian, ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Marissa memejamkan matanya, mencoba untuk beristirahat sebentar.Begitu banyak misteri di hidupnya, sampai Marissa bingung dari mana ia memecahkan masalah-masalah yang ada di hidupnya. Ia juga harus berjuang seorang diri.Ia pun bangkit da
Saat ini, Marissa dan Roy sedang duduk di kursi panjang yang tersedia di pasar malam. Marissa sedang menikmati es krim sedangkan Roy menikmati kopi avocado."Terima kasih, Roy, gelang dan es krimnya," cetus Marissa."Apapun untuk kamu," sahut Roy.Marissa pun tersenyum malu-malu. Ia memandangi gelang manik-manik yang melingkar di pergelangan tangannya. Ia begitu menyukai gelang tersebut apalagi itu pemberian Roy.Marissa lalu mengambil ponselnya dari dalam tas kemudian ia memotret es krim dan gelang yang ada di tangannya. Tak lupa Marissa juga memotret foto dirinya dan Roy. Ia lalu memposting foto tersebut di story media sosialnya.Dalam sekejap, ribuan orang melihat story-nya yang beberapa di antaranya adalah artis dan aktor. Wajar, karena ayahnya adalah seorang sutradara sedangkan ibunya adalah seorang penyanyi terkenal."Aku punya sesuatu lagi buat kamu," celetuk Roy."Apa?" Marissa menyahut.Roy merogoh sakunya lalu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam."Apa ini, Roy?""
Satu minggu berlalu, Marissa kini sedang berada di kontrakan tempat Farissa tinggal untuk menjemput cewek itu.Marissa berencana mengajak Farissa mengambil hasil tes DNA mereka di rumah sakit. Tapi sebelum itu mereka sarapan dulu di rumah Farissa. Mereka memakan pizza sebagai menu sarapan mereka."Kamu ketemu kucing ini dari mana?" Marissa menunjuk Puppy yang berada di pangkuan Farisssa."Ketemu dijalan," jawab Farissa."Gak ada yang punya?" Marissa kembali bertanya."Aku aja ketemu Puppy pas Puppy lagi kelaparan. Kalau misal ada yang punya pasti gak bakal membiarkan peliharaannya hilang dan kelaparan," ujar Farissa.Marissa geleng-geleng kepala. Merasa takjub dan pemikiran Farissa.Setelah memakan pizza, mereka pun keluar dari kontrakan. Marissa sengaja memakai masker dan kacamata hitam agar orang-orang tidak menyadari bahwa wajahnya sangat mirip dengan wajah Farissa.Di depan rumah sebelah kontrakan Farissa, ada Sky yang sedang duduk santai sambil menikmati secangkir teh."Hai, cowo