Share

Bab 118.

Author: Ellea Neor
last update Last Updated: 2025-02-05 22:42:20
"William?"

Manik indah milik Clara seketika membesar. Ini sungguh mengejutkan. Meski William tahu tentang apartemen ini. Namun, tetap saja Clara merasa terkejut ketika William bisa menemukannya.

"Kenapa? Kamu terlihat tidak senang. Apa kamu sedang menunggu orang lain?" sindir William. "Jadi kamu sungguh menyukai bos kamu itu?" imbuhnya.

Clara menggeleng. Dia ingin menyangkal. Namun, suaranya tertahan di tenggorokan. Yang dikatakan William memang benar. Dirinya menyukai Sebastian. Rasa suka itu tumbuh seiring kebersamaannya bersama pria itu.

Rasa suka itu dipupuk dan disiram dengan sikap manis dan penuh perhatian yang diberikan oleh Sebastian dan berkembang menjadi rasa cinta. Namun, dia tidak mungkin mengungkapkannya di depan William. Dia masih memiliki hati untuk menjaga perasaan pria yang menjadi suaminya ini.

"Liam, apa kamu sungguh sudah sembuh? Kenapa kamu bisa ada di sini? Harusnya kamu masih di rumah sakit. Kamu masih belum sembuh betul," ucap Clara khawatir.

William mendecak. "
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 267.

    Sebastian menatap Clara dengan sorot mata penuh keheranan. Alisnya sedikit terangkat, mempertegas ekspresi bingung yang terpahat jelas di wajahnya. Kemarin, dia mendengar Clara tidak ingin menemui kedua orang tuanya. Penyebabnya sudah jelas. Karena hubungan yang renggang. Namun, sekarang, wanita itu justru mengatakan yang sebaliknya. “Sayang…” ucap Sebastian pelan, hampir ragu untuk melanjutkan, “bukankah kamu sendiri yang bilang belum siap bertemu dengan kedua orang tuamu?”Clara menunduk sejenak, lalu menatap Sebastian dengan sorot mata yang tidak sama seperti biasanya. Ada campuran keberanian dan kegugupan yang terpancar di sana, seolah dirinya sedang berperang dengan ketakutan yang telah lama ia pendam.“Aku tahu,” jawab Clara lirih, namun tegas. “Aku memang pernah berkata begitu. Tapi aku tidak bisa terus-menerus menghindar, Sayang. Ini bukan hanya tentang aku… ini tentang kita. Tentang Kaisar. Tentang keluarga.”Sebastian mengerutkan kening, mencoba memahami arah pikiran istri

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 266.

    "Bastian?" Clara segera berlari menuruni anak tangga. Detak langkahnya menggema di sepanjang lorong rumah yang sunyi. Tanpa ragu, dia menghampiri Sebastian, suaminya, yang kini melangkah mendekati pintu, dan membuat pria itu terkejut dengan aksinya. "Bastian, apa yang terjadi?" Begitu sampai di hadapan suaminya, Clara segera memeriksa setiap detail tubuh suaminya. Dari atas sampai bawah, tidak ada yang terlewat satu pun. Sekilas, Clara menahan napas. Penampilan Sebastian jauh dari biasanya. Kemeja putih yang dikenakannya tampak basah oleh keringat dan debu tebal yang melekat kuat, celana kerjanya penuh noda tanah dan bercak tak dikenali. Di wajahnya terdapat goresan kecil, dan rambutnya acak-acakan seperti habis diterpa angin kencang. Clara menatapnya lekat-lekat, seakan ingin memastikan bahwa pria itu benar-benar berdiri di hadapannya, dalam keadaan utuh. Dia lantas menatap Ramon, pria itu tampak biasa saja. Bahkan terkesan lebih rapi dari suaminya. Wajah Clara seketika memucat

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 265.

    "Makan siang?" Sebastian tidak mengerti mengapa dirinya bertanya demikian dengan mengulangi ucapan Rosalia. Padahal sudah jelas yang dikatakan oleh Rosalia. Bahwa wanita itu meminta dirinya untuk beristirahat dan makan siang bersama. Namun, keberadaan William membuat Sebastian harus berpikir ulang untuk menerima ajakan Rosalia."Terima kasih, Bu. Tapi aku harus segera menyelesaikan pekerjaan ini," tolak Sebastian dengan sangat lembut. Dia berupaya bersikap seramah mungkin, namun entah mengapa dia sendiri terkesan dingin. Rosalia menghela napas panjang. "Aku sudah menyiapkan makanan, jangan ditolak, Nak," ujar Rosalia dengan penuh kelembutan. "Ayolah, bukannya kamu sedang berupaya mendapat restu mereka," sindir William. Pria itu menampilkan senyum tipis yang membuat Sebastian merasa sangat muak. "Aku tunggu di meja makan," ucap Rosalia sembari melangkah menjauh. Sepertinya Rosalia, William menatap Sebastian penuh mencemooh. Sebelum akhirnya berbalik, dan meninggalkan Sebastian den

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 264

    Sebastian tercengang. Apa yang dikatakan oleh ayah mertuanya ini. Sebastian memandang jauh ke arah perkebunan. Gubuk ini letaknya cukup jauh dengan perkebunan, meski berada dalam satu lahan. Dan apa katanya tadi pupuk kandang? Sebastian bukan tidak tahu apa itu pupuk kandang. Yaitu pupuk yang berasal dari kotoran hewan yang dikeringkan. Sebastian menelan ludah dengan kasar. "Kamu terlihat tidak baik-baik saja?" tanya Richard penuh nada sindiran. Sebastian berdeham, mencoba memperbaiki raut wajahnya yang dia yakini sangat pucat. Bibirnya berkedut, menahan sesuatu yang entah apa. Tidak mendapat jawaban, Richard pun kembali bertanya,"Bagaimana, apa kamu sanggup?" Sebastian terkesiap. Ini tidak seperti dirinya yang terlambat berpikir. Sebastian justru terlihat seperti orang linglung. "Kalau kamu tidak sanggup, kamu tidak perlu memaksakan dirimu." Richard kembali membuka suara. "Tentu saja tidak!" sahut Sebastian cepat. Richard mengangguk pelan. Sebelah sudut bibirnya ditar

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 263.

    Sebastian dan Ramon saling memandang dalam diam, seolah berusaha membaca pikiran satu sama lain tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Tatapan mereka penuh makna, mencerminkan kebingungan yang sama mengenai langkah yang harus diambil selanjutnya. Di antara ketegangan yang menggantung di udara, perhatian mereka kemudian terarah kepada sosok Richard yang berdiri beberapa meter dari tempat mereka berada. Pria paruh baya itu tampak sibuk menyesuaikan letak topi kebun berwarna cokelat lusuh yang menutupi sebagian rambut hitamnya. "Ayah," panggil Sebastian. Bukannya menjawab, Richard justru memeriksa benda yang melingkar di pergelangan tangannya. "Ini sudah pukul berapa?" Sebastian dan Ramon kembali saling memandang, kali ini dengan raut wajah yang sarat kebingungan. Kerutan halus tampak di dahi keduanya, seolah mencoba mencari jawaban atas sikap Richard yang tiba-tiba berubah dingin. "Kenapa kalian baru datang? Harusnya kalian datang lebih pagi dari kemarin!" Kali ini nada bicara Richard

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 262.

    Clara membelalak, matanya membesar dalam ketakjuban. Jantungnya berdegup kencang, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Perasaan terkejut menyergap dirinya dengan cepat. Namun, di balik keterkejutan itu, tumbuh kehangatan yang begitu manis di dalam hatinya. Untuk sesaat dia terdiam, mencoba mencerna kenyataan yang kini terbentang di hadapannya. "Jadi Ayah menerimamu?" Clara harus memastikannya lagi. Sebastian mengernyitkan dahi. "Kamu terlihat senang?" Sebastian balik bertanya. Tatapannya menyipit. "Tentu saja aku senang. Kamu tahu sendiri kan bagaimana Ayah?" Clara menatap suaminya dengan tatapan intens. Sebastian mengangguk paham. "Ya, dia sangat sulit ditaklukkan," cetusnya. Ingatan terlempar pada saat pertemuan pertama mereka. Kesalahan besar dilakukan Sebastian, harusnya sebelum menikahi Clara, dia harus menemui mereka. Tetapi Clara telah mengandung terlebih dahulu kala itu. Itu Sebabnya Sebastian harus melakukan pernikahan dengan cepat. Dia ingin member

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 261.

    Sebastian menatap Clara dengan sorot mata penuh keheranan. Alisnya sedikit terangkat, mempertegas ekspresi bingung yang terpahat jelas di wajahnya. Kemarin, dia mendengar Clara tidak ingin menemui kedua orang tuanya. Penyebabnya sudah jelas. Karena hubungan yang renggang. Namun, sekarang, wanita itu justru mengatakan yang sebaliknya. “Sayang…” ucap Sebastian pelan, hampir ragu untuk melanjutkan, “bukankah kamu sendiri yang bilang belum siap bertemu dengan kedua orang tuamu?” Clara menunduk sejenak, lalu menatap Sebastian dengan sorot mata yang tidak sama seperti biasanya. Ada campuran keberanian dan kegugupan yang terpancar di sana, seolah dirinya sedang berperang dengan ketakutan yang telah lama ia pendam. “Aku tahu,” jawab Clara lirih, namun tegas. “Aku memang pernah berkata begitu. Tapi aku tidak bisa terus-menerus menghindar, Sayang. Ini bukan hanya tentang aku… ini tentang kita. Tentang Kaisar. Tentang keluarga.” Sebastian mengerutkan kening, mencoba memahami arah pikiran i

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 260.

    Clara menatap suaminya dengan sorot mata penuh keterkejutan. Bibirnya sedikit terbuka, seolah masih sulit memercayai apa yang baru saja didengarnya. Suasana yang semula hening mendadak terasa menegang, seakan waktu berhenti sejenak untuk memberi ruang pada keterkejutan yang tengah menyelimuti pikirannya. “Apa aku tidak salah dengar?” tanya Clara pelan, hampir berbisik, namun jelas menyimpan gejolak emosi. “Ayah menyuruhmu… bekerja di perkebunan?” Sebastian mengangguk pelan, wajahnya tetap tenang meski dalam tatapannya tampak bayangan kemarahan yang sejak tadi mendera. Ini bukan masalah perintah Richard yang menyuruh dirinya bekerja di perkebunan, melainkan karena hal lain. “Ya, Sayang,” jawab Sebastian, nadanya terdengar cukup malas. Clara menggeleng pelan. Tidak habis pikir dengan ayahnya. Dia lantas menggeser posisinya. Menghadap ke arah suaminya. "Apa dia tidak tahu siapa dirimu?" tanya Clara lagi. Sebastian tampak berpikir, kemudian berkata, "Kurasa beliau tahu." "Lalu?"

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 259.

    "Bastian?" Clara segera berlari menuruni anak tangga. Detak langkahnya menggema di sepanjang lorong rumah yang sunyi. Tanpa ragu, dia menghampiri Sebastian, suaminya, yang kini melangkah mendekati pintu, dan membuat pria itu terkejut dengan aksinya. "Bastian, apa yang terjadi?" Begitu sampai di hadapan suaminya, Clara segera memeriksa setiap detail tubuh suaminya. Dari atas sampai bawah, tidak ada yang terlewat satu pun. Sekilas, Clara menahan napas. Penampilan Sebastian jauh dari biasanya. Kemeja putih yang dikenakannya tampak basah oleh keringat dan debu tebal yang melekat kuat, celana kerjanya penuh noda tanah dan bercak tak dikenali. Di wajahnya terdapat goresan kecil, dan rambutnya acak-acakan seperti habis diterpa angin kencang. Clara menatapnya lekat-lekat, seakan ingin memastikan bahwa pria itu benar-benar berdiri di hadapannya, dalam keadaan utuh. Dia lantas menatap Ramon, pria itu tampak biasa saja. Bahkan terkesan lebih rapi dari suaminya. Wajah Clara seketika

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status