Beranda / Romansa / Melahirkan Anak Tuan Tampan / Bab 5 : Bertemu Genta Lagi

Share

Bab 5 : Bertemu Genta Lagi

Penulis: Cipi2 Capa2
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-30 15:19:46

Pertemuan tak sengaja itu akhirnya berujung dengan kopi darat di sebuah cafe dekat rumah sakit. Charisa baru mengetahui kalau ternyata Genta adalah seorang dokter umum di rumah sakit itu. Rasa kecewanya kemarin berubah kagum karena Genta berhasil menggapai cita-citanya sebagai seorang dokter.

“Aku tidak mengira kalau kita bakal bertemu lagi.” Genta tidak bisa menutupi rasa senangnya bisa bertemu lagi dengan teman sekolah sekaligus tetangganya itu. Dia tidak berhenti tersenyum dan menatap wajah Charisa dengan intens.

“Aku juga,” jawab Charisa datar. Dia kehilangan semangat gara-gara Genta sudah banyak pencapaian. Sedangkan dia, dia harus memikul nasib menjadi wanita hamil tanpa pasangan.

“Oh ya, kau dari mana saja. Sudah lama kita tidak bertemu. Apa kau sudah menikah?” tanya Genta dengan nada agak ragu karena banyak pertanyaan yang ia ingin lontarkan. Wajahnya terlihat sangat berhati-hati.

Charisa menggelengkan kepalanya dengan lemah. Dia sama sekali tidak tertarik dengan topik seperti ini. Dia malu kalau dia belum menikah sedangkan Genta sudah sukses menjadi dokter dan memiliki keluarga yang bahagia.

“Sama dong. Aku juga belum menikah,” jawab Genta dengan tarikan napas lega.

“Hah?” Charisa mendongakkan kepalanya menatap Genta. Dari sejak tadi dia memang tidak berani menatap wajah mantan kekasihnya itu.

“Kenapa kaget? Wajar lah seusia kita masih belum menikah. Aku baru saja berhasil menjadi dokter penuh waktu di rumah sakit. Masa mudaku habis di kampus, di rumah sakit dan di forum penelitian dokter.”

“Ta-tapi —” Charisa tidak percaya kalau Genta belum menikah. Lantas anak yang dituntun Genta waktu itu siapa. Apa dia salah mengira? Atau memang dia memiliki anak tapi di luar nikah. Itu bisa jadi.

“Kenapa ekspresi wajahmu seperti itu? Apa kau tidak percaya aku belum menikah?” tanya Genta sambil tertawa lepas karena melihat mimik wajah Charisa yang seperti kebingungan. Charisa benar-benar shock. Apa mungkin selama ini dia salah mengira. 

“Mana mungkin kau belum menikah. Sejak sekolah saja banyak sekali gadis yang mengejar-ngejarmu,” cibir Charisa.

“Aku memang belum menikah Cha. Belum nemu yang cocok. Sejak putus hubungan denganmu aku tidak menemukan gadis yang sepertimu,” jawabnya dengan nada berkelakar.

“Barangkali kau sudah punya anak Ta!” sahut Charisa dengan nada bercanda.

“Anak!? Mana mungkin. Menikah saja belum apalagi punya anak,” timpal Genta dengan mimik wajah lucu.

“Kan zaman sekarang sudah banyak begitu,” ucap Charisa. Pertanyaan konyol. Bukankah sekarang dia sendiri yang berada di posisi itu. Punya anak tanpa suami.

“Jangan bicara sembarangan Cha! Aku ini belum menikah dan tidak punya anak.” Genta meyakinkan Charisa dengan wajah yang serius.

“Tapi waktu itu aku jelas melihat kau –” Charisa tanpa sadar memberitahu Genta.

“Apa maksudmu. Kau melihat aku apa?” Genta menatapnya dengan serius. Dia menangkap ekspresi wajah Charisa yang terlihat gugup dan mencurigakan.

“Aku pernah melihatmu menuntun seorang anak.” Charisa akhirnya mengaku.

“Kapan? Di mana? Lalu kenapa kau tidak menyapaku jika kau melihatku?” tanya Genta bertubi-tubi. Dia merasa kalau Charisa sengaja melakukannya.

“Sebulan yang lalu.”

“Apa sebulan lalu. Di mana? Jadi sudah berapa lama kau di Jakarta? Cha — apa kalau kita tidak sengaja bertemu di rumah sakit, kau tidak akan menemuiku?” Genta benar-benar memberinya dengan banyak pertanyaan.

Charisa terdiam. Entah kenapa dia merasa bersalah pada Genta. Dia sudah salah karena tidak menemuinya terlebih dahulu. Mungkin kesalahpahaman ini tidak akan terjadi.

“Aku masih tinggal di sana. Bahkan ketika ayahku sudah meninggal aku tetap tinggal di sana.”

“Apa? Ayahmu sudah meninggal?” tanya Charisa kaget. Dia tidak tahu kabar kalau ayahnya Genta meninggal.

“Kita sudah lama hilang kontak. Bagaimana aku memberi kabar kalau ayahku sudah meninggal,” timpal Genta dengan wajah sedih.

“Sebelumnya aku minta maaf. Dan aku turut berbelasungkawa atas ayahmu yang sudah meninggal,” jawab Charisa pelan sambil menunduk. Dia merasa kalau dia sudah salah mengira pada Genta. Kecemburuannya tidak beralasan dan membuatnya menjadi gila dalam semalam.

“Sudah lupakan saja itu. Yang penting kau sudah kembali ke sini dan aku bisa bertemu lagi denganmu,” tegas Genta.

“Jadi, kau tidak punya anak?” tanya Charisa lagi memastikan.

“Tidak Cha. Mungkin anak yang pernah kau lihat itu adalah Nura. Dia anak teman dokterku di rumah sakit. Terkadang dia menitipkan anaknya jika anaknya belum bisa dijemput.”

Mendengar penjelasan Genta, Charisa jadi tercengang. Jadi benar itu sebuah kesalahpahaman. Genta belum menikah dan punya anak. Sebuah penyesalan besar baru saja dirasakan Charisa. Dia harus melepaskan kegadisannya karena hati dan pikirannya dikuasai dengan nafsu dan emosi.

“Tapi Cha! Kenapa saat itu kau tidak menemuiku. Apa memang kau sengaja menghindariku?” tanya Genta berubah raut wajahnya menjadi sedih.

“Aku bukan menghindarimu.”

“Apa ada sesuatu yang terjadi? Selama ini aku berpikir apa aku melakukan kesalahan padamu dua belas tahun lalu?” tanya Genta dengan tatapan serius.

“Tidak Ta. Itu sudah lama berlalu.Maafkan aku jika aku terlambat menemuimu setelah pulang dari Jakarta.”

“Baiklah. Aku tidak mau membuatmu tidak nyaman. Hanya saja karena sudah lama tidak bertemu. Banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan.”

“Aku tidak berpamitan karena ayahku harus segera berangkat. Kalau tidak salah waktu itu kau sedang pergi ke luar kota untuk olimpiade MIPA. Aku juga kehilangan nomor telepon rumahmu.” 

“Aku seperti orang gila waktu itu.”

“Jangan berlebihan!” sahut Charisa menutupi rasa penyesalannya.

““Aku serius Cha! Waktu itu tidak terima kalau hubungan kita berakhir begitu saja. Padahal banyak rencana dan impian yang aku ingin wujudkan satu persatu denganmu.”

Charisa merasa kepalanya diputar-putar saking terguncangnya. Kenapa Tuhan memberinya nasib dan takdir seperti ini. Di saat semuanya jelas, kenapa dia harus hamil oleh pria yang bahkan ia tidak tahu asal usulnya.

Setelah mendapatkan pengakuan dari Genta, Charisa tidak banyak berbicara. Dia terlalu bingung dengan situasi yang ia hadapi sekarang. Genta mengantarkannya sampai ke mobil karena dia harus kembali ke rumah sakit.

“Cha, aku akan menghubungimu lagi!” seru Genta setelah mendapatkan nomor ponselnya.

Charisa hanya tersenyum tipis. Dia melambaikan tangannya pada Genta sebelum dia melajukan mobilnya. 

Di perjalanan tidak henti-hentinya Charisa mengutuk dirinya sendiri. Apa yang harus ia lakukan sekarang. Masalah dia hamil saja belum ketemu solusinya, sekarang ditambah kalau ternyata Genta sudah menyukainya dari dulu. Bodohnya mereka berdua sama-sama memendam perasaan karena ketakutan kalau persahabatan mereka rusak.

“Untungnya dia tidak bertanya urusan apa yang aku lakukan di rumah sakit,” gumam Charisa agak lega. Mungkin Genta tidak sempat melihatnya keluar dari poli kandungan. Kalau dia melihatnya pasti tadi dia menanyakan hal itu.

“Toh seorang wanita ke poli kandungan bukan hanya periksa kehamilan saja kan. Banyak penyakit dan masalah tentang kewanitaan. Jadi aku tidak akan bingung menjawabnya nanti,” pikir Charisa.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 72 : Jejak Yang Hilang

    Langit sore sudah memudar, membawa serta bayangan hitam yang seolah menggantung di atas kepala Jean dan Charisa. Mobil mereka berhenti kasar di depan gerbang sekolah. Bahkan sebelum mesin mati sepenuhnya, Charisa sudah menerobos keluar, berlari masuk dengan napas tersengal, wajahnya pucat seperti kertas.“Apa yang terjadi? Di mana Darren?” teriak Charisa begitu melihat seorang guru keluar dari ruang guru.Guru itu terkejut melihat kedatangan Charisa yang panik. “Nyonya Charisa, kami sedang berusaha mencari di sekitar sekolah dengan beberapa petugas keamanan!”“Kenapa kalian membiarkan orang asing membawa Darren?” teriak Charisa sambil mengguncang lengan guru itu. Ibu siapa yang tidak panik mendengar berita anaknya yang tiba-tiba hilang.Jean menyusul dari belakang dan menenangkan Charisa yang mulai kehilangan kendali. “Tenang Charisa, kita akan segera menemukan dia!” Jean menahan tubuh Charisa dari belakang.Guru itu menarik napas panjang. “Kami sudah mencari di semua area sekolah. CC

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 71 : Bayangan Keluarga Jean

    Di hari yang sudah direncanakan. Jean akan mengajak Charisa pergi bermain golf untuk mengenalkannya pada ayahnya. Sebenarnya Charisa sangat gugup karena orang yang akan ia temui adalah Lim Ronan. Pebisnis hotel yang sukses yang juga seorang konglomerat. Bertemu dengannya bukan hal yang mudah bagi Charisa, apalagi ini adalah momen untuk mengenalkan dirinya sebagai calon pendamping hidup Jean.Cuaca pagi begitu cerah saat Jean menjemput Charisa. Ia terlihat santai dengan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Sementara Charisa tampil rapi dengan dress selutut berwarna sage green dan rambut disanggul sederhana. Senyumnya tenang meski hatinya berdegup tak menentu.“Siap?” tanya Jean sembari membukakan pintu mobil.Charisa mengangguk. “Tentu saja, aku siap.”Meski kalimat itu terdengar meyakinkan, di dalam hati Charisa menyadari kalau tidak ada yang bisa benar-benar mempersiapkan diri bertemu orang tua kekasih — terutama jika orang tua itu bernama Lim Ronan.Mobil hitam itu melaju m

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 70 : Rencana Menikah

    Setelah lebih dari sehari dirawat akhirnya Darren bisa dibawa pulang dari rumah sakit. Jean bersama Charisa bersama mengajaknya pulang ke rumah. Kehadiran Jean di tengah keluarga Charisa tentu saja membuat suasana rumah menjadi sedikit berbeda. Hardian ayahnya Charisa menjadi lebih banyak diam dan terlihat khawatir. Apalagi ketika Charisa menceritakan kalau Jean adalah ayah dari putranya Darren.“Darren mulai saat ini kau panggil aku dengan Daddy!” Jean berjongkok di depan Darren yang terlihat kebingungan.“Apa maksud Tuan?” Darren menatapnya dengan wajah polos.Jean tersenyum tipis sambil mengusap rambut Darren. “Aku memang Daddy mu. Tentu saja kau harus panggil aku Daddy!” jawab Jean sambil berdehem meminta bantuan validasi dari Charisa.“Benarkah itu Mom?” tanya Darren sambil menatap Charisa dengan penuh tanda tanya.Charisa mengangguk sambil tersenyum dan menjawab dengan suara pelan. “Ya itu benar.”Darren kembali menatap wajah Jean seolah dia masih belum percaya jika yang ada di

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 69 : Masa Depan Baru

    Charisa sangat terkejut mendengar ajakan Jean yang mengajaknya untuk tinggal bersama. Baginya itu terlalu cepat dan mendadak.“Jean, ada apa ini? Bisa kalian jelaskan situasi apa ini?” tanya Monika yang heran mengapa Jean begitu peduli pada Darren dan Charisa.Charisa baru sadar kalau ibunya pasti heran melihat kedekatannya dengan Jean.“Bu, maafkan aku jika aku terlambat mengatakannya. “ Ada jeda sebentar sebelum Charisa melanjutkan. Dia menatap wajah ibunya yang tengah menunggu penjelasannya.Jean adalah ayah kandungnya Darren.” Dengan suara lirih Charisa menjelaskannya pada Monika.“Apa?” Rasa terkejut menghampiri wajah Monika. Seolah yang baru dia dengar adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin.“Itu benar Bu.” Jean menambahkan dengan raut wajah penuh rasa bersalah.“Bagaimana bisa? Bukankah kalian baru pertama kali bertemu beberapa bulan ini?” tanya Monika sangat tidak percaya.Charisa menarik napas panjang seakan mencari kekuatan untuk menceritakan semuanya. Jean hanya bisa ters

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 68 : Lamaran Tertunda

    Charisa menatap Jean dengan curiga. “Apa maksudmu?”Jean menyandarkan punggungnya ke kursi, menyembunyikan senyum tipis di balik ekspresi santainya. “Kau akan tahu sebentar lagi.”Charisa mendesah, sudah terbiasa dengan gaya Jean yang penuh teka-teki. Dia harus bersabar sampai Jean selesai menyantap makan malamnya. Namun entah kenapa Charisa merasa waktu berjalan lambat. Dia semakin penasaran dengan apa yang akan ditunjukkan Jean padanya.Namun, sebelum ia sempat bertanya lebih jauh, seorang pelayan datang ke meja mereka setelah Jean selesai makan dan memanggil kembali pelayan tadi. Kali ini pelayan itu membawa sesuatu yang membuat Charisa mengernyit.Sebuah kotak kecil berwarna hitam.Pelayan itu menaruhnya di atas meja dengan hati-hati sebelum melangkah pergi tanpa mengatakan apa-apa. Charisa menatap kotak itu, lalu kembali ke Jean yang kini menatapnya dengan ekspresi penuh arti.“Buka,” perintah Jean singkat.Keraguan melintas di benak Charisa. Ia menarik napas dalam sebelum akhir

  • Melahirkan Anak Tuan Tampan   Bab 67 : Jean Cemburu

    “Jean, bagaimana bisa kau ada di sini?” tanya Charisa ketika Jean mendekat.“Apa kau mengikutiku sampai ke sini?” tuduhnya lagi sebelum Jean bisa menjawab.“Tidak. Aku tidak mengikutimu. Aku kebetulan lewat sini,” jawab Jean. Namun dari raut wajahnya dia tidak bisa berbohong.Charisa tersenyum miring, seolah tidak percaya dengan jawaban Jean. “Kebetulan, ya?” gumamnya, menatap pria itu dengan pandangan penuh selidik.Jean tidak langsung menanggapi. Matanya menelisik sekitar, seolah mencari alasan lain yang lebih masuk akal, tetapi Charisa sudah menangkap kegugupannya.“Kalau memang hanya kebetulan, kenapa wajahmu terlihat bersalah?” lanjut Charisa, menyilangkan tangan di depan dada.Jean menghela napas, menyadari bahwa menyangkal pun tidak ada gunanya. “Baiklah,” katanya akhirnya. “Mungkin aku memang ingin tahu apa yang kau lakukan di sini.”Charisa mengangkat alis, menunggu penjelasan lebih lanjut. “Dan kenapa itu penting bagimu?”Jean terdiam sesaat. Ia bisa saja memberikan alasan y

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status