Apakah Wisnu telah jatuh cinta kepada Sarah?
🏵️🏵️🏵️ Sejak kehamilan Sarah memasuki empat bulan, selera makannya berkurang. Wanita itu tampak kurus sekarang. Sudah sebulan lamanya, Sarah mengomsumsi nasi hanya beberapa sendok setiap makan bersama keluarga. Bu Siska sangat khawatir melihat keadaan menantunya tersebut. Wanita paruh baya itu meminta Wisnu agar memberikan karbohidrat selain nasi untuk Sarah. Wisnu pun menyanggupi permintaan ibunya. Wisnu meminta Sarah mengonsumsi roti dan memperbanyak makan buah. Sarah pun berusaha menuruti permintaan suaminya walaupun kadang tetap muntah. Wisnu ingin anak dan istrinya tetap sehat-sehat saja. Dia juga merasa kasihan melihat wanita yang kini sedang mengandung anaknya tersebut terlihat lemas. “Badan kamu panas!” Wisnu terkejut merasakan tubuh Sarah panas setelah bangun tidur pagi ini. “Iya, Mas. Dari semalam bawaannya lemas banget.” Sarah pun memilih duduk dari rebahan. “Kenapa kamu nggak bilang? Kamu baring aja lagi.” Akhirnya Sarah kembali berbaring. Wisnu segera keluar dari
🏵️🏵️🏵️ Sarah kini merasa menjadi wanita paling beruntung. Setelah sekian lama, akhirnya Wisnu bersedia mengakui calon bayinya sebagai anaknya, padahal selama ini, Sarah selalu dimarah jika dia mengakui bayi yang belum lahir itu sebagai anaknya. Wanita itu sangat bersyukur melihat perubahan sikap suaminya. Dia tidak menemukan lagi sisi kasar Wisnu sekarang. Namun, satu hal yang belum dapat Sarah lakukan hingga saat ini, mengubah perasaan laki-laki itu agar melupakan Sandra. Cinta tulus dan kesetiaan yang Sarah berikan kepada Wisnu belum mampu menembus dinding hati laki-laki itu. Sarah tidak tahu sampai kapan dirinya akan tetap bersabar menerima kenyataan hubungan yang terjalin antara Wisnu dan Sandra. “Anak kita, Mas?” Sarah ingin memastikan apa yang dikatakan suaminya. “Iya. Kenapa?” Wisnu tampak heran melihat Sarah. Dia seolah-olah tidak mengerti apa maksud ucapan wanita itu. “Mas nggak marah lagi kalau saya mengatakan anak ini sebagai anak saya?” Sarah mengusap-usap perutnya
🏵️🏵️🏵️ Wisnu tidak mengerti dengan hatinya saat ini. Di satu sisi, dia tidak ingin menyakiti Sandra. Namun, di sisi lain, laki-laki itu merasa tidak tega setelah mengetahui apa yang Sarah rasakan selama ini. Baginya, ini merupakan dilema yang sangat besar. Pria tampan itu memandang wajah wanita yang kini mengandung anaknya. Wisnu sadar dengan apa yang telah dia lakukan selama ini terhadap Sarah. Dia selalu melampiaskan semua kekesalah dalam hatinya kepada sang istri. Kepergian Sandra tanpa kabar, telah menumbuhkan kebencian di hati Wisnu untuk kaum Hawa. Apalagi kedua orang tuanya meminta laki-laki itu agar segera memiliki keturunan hingga akhirnya harus menikahi Sarah, wanita yang tidak dia cintai kala itu. Akan tetapi, apa yang Wisnu rasakan kini terhadap Sarah sungguh jauh berbeda. Benih-benih cinta mulai tumbuh di hati laki-laki itu sejak sang istri mengandung anaknya. Wisnu tidak mampu menepiskan pesona yang terpancar dari calon ibu anaknya. “Saya mau muntah, Mas.” Sarah t
🏵️🏵️🏵️ “Dia udah siuman, Mih. Tadi pingsan karena mengaku sesak aja.” Pak Wildan memberikan penjelasan kepada istrinya. Bu Siska pun langsung duduk di tepi tempat tidur, lalu memegang tangan Jessy. Wanita paruh baya itu melihat ada kesedihan terpancar dari wajah putrinya. Dia tidak mengerti kenapa gadis tersebut akhir-akhir ini bersikap aneh. “Kamu kenapa, Sayang? Kamu sakit?” Bu Siska memegang dahi Jessy. Anak bungsunya tersebut hanya menggeleng. “Biarkan dia istirahat, Mih.” Pak Wildan memberikan pengertian kepada istrinya. “Tapi Mami juga pengen tahu kenapa anak kita sampai pingsan, Pih.” Bu Siska masih menunjukkan kekhawatirannya. “Kita kasih waktu untuk dia, Mih. Sepertinya dia belum bersedia untuk cerita. Tadi Papi udah coba tanya, dia hanya bilang karena merasa sesak.” Pak Wildan menyampaikan apa yang Jessy ucapkan tadi kepadanya. Bu Siska akhirnya mengikuti saran Pak Wildan. Dia berusaha untuk tidak memaksa Jessy memberikan penjelasan saat ini. Namun, satu hal yang me
🏵️🏵️🏵️ “Maaf, Mas. Saya hanya ingin menghargainya karena dia lebih tua dari saya.” “Saya udah sering ngingetin kamu, tapi tetap aja nggak ngerti. Padahal kamu itu cerdas.” “Saya minta maaf, Mas.” Sarah pun tiba-tiba menitikkan air matanya. Sejak usia kehamilannya memasuki empat bulan, Sarah tidak mampu melawan perasaannya yang jauh berbeda dengan sebelumnya. Dia lebih mudah sedih jika hatinya tersakiti. Sudah sebulan lamanya, wanita tersebut bersikap seperti itu. “Nangis lagi. Kenapa kamu secengeng ini sekarang?” Wisnu pun mengusap air mata Sarah. Sarah tidak memberikan respons sama sekali. Dia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Dirinya ingat belum mandi sejak bangun tidur tadi. Dia juga ingin menenangkan hati dan pikiran. Wisnu bingung melihat sikap yang ditunjukkan istrinya, padahal dia baru saja merasa kagum melihat ketegaran Sarah selama ini, tetapi wanita itu tiba-tiba menunjukkan tingkah yang berbeda dari bayangannya. Wisnu menyadari adanya perubahan sikap
🏵️🏵️🏵️ “Saya Aliyah dan ini anak saya, Ayu.” Wanita yang mengaku bernama Aliyah itu mengulurkan tangannya kepada Wisnu. Laki-laki itu pun menerima jabatan tersebut. “Mari bicara di dalam.” Wisnu menunjuk ke arah pintu rumahnya. “Maaf, kita ngobrol di sini aja. Saya tidak lama, Pak.” Aliyah menolak tawaran Wisnu. Wisnu akhirnya mengikuti kemauan wanita itu, mereka pun duduk di teras. Wisnu merasakan sesuatu yang aneh setelah melihat wajah tamunya. Aliyah tiba-tiba mengeluarkan bening kristal dari pelupuk matanya. “Maaf, Ibu kenapa menangis?” tanya Wisnu penasaran. “Hati saya sakit karena perbuatan Jessy, Pak.” Aliyah menyebut nama adik Wisnu. “Ada apa dengan adik saya, Buk?” Wisnu kembali bertanya. “Dia telah bermain api dengan suami saya, Pak.” Wajah Wisnu tampak berubah setelah mendengar pengakuan Aliyah. “Maksud Ibu?” “Jessy memiliki hubungan spesial dengan suami saya yang juga merupakan direktur di kantor yang sama dengannya. Dia tidak memiliki perasaan sesama perempuan
🏵️🏵️🏵️ Awalnya, Sarah terdiam dengan apa yang dilakukan suaminya, tetapi dia sadar kalau ternyata laki-laki itu saat ini sedang tidak baik-baik saja. Sarah tidak mengerti kenapa tadi Wisnu mengeluarkan bening kristal dari pelupuk matanya. Akhirnya, Sarah berusaha melakukan yang terbaik untuk Wisnu. Wanita itu menunjukkan besarnya cinta yang dia miliki untuk sang suami. Kedua insan itu pun hanyut dalam pikiran masing-masing hingga mereka berhasil mengarungi indahnya telaga cinta. Sarah merasa bahagia karena kini Wisnu meminta haknya tidak secara paksa atau kasar. Namun, hati Sarah tetap sakit jika mengingat hubungan suaminya bersama wanita lain. Dia tidak tahu apakah laki-laki itu mampu menjaga diri dari perbuatan yang tidak pantas di luar sana saat bersama Sandra. Sarah kadang ingin menolak permintaan Wisnu jika mengingat kedekatan laki-laki itu dengan Sandra. Namun, dia tidak ingin dianggap sebagai istri yang tidak mampu memenuhi hak sang suami. Sebenarnya, Sarah juga sering ra
🏵️🏵️🏵️ “Aku benar-benar minta maaf, Pih. Aku udah mencoreng nama baik keluarga. Aku janji akan berubah lebih baik ke depannya.” Jessy langsung berlutut di depan ayahnya. Melihat pemandangan itu, Sarah makin tidak mengerti. Dia sama sekali tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam keluarga suaminya. Namun, satu hal yang dia ingat tadi saat di kamar, Wisnu menitikkan air mata. Sarah ingin tahu kenapa suaminya menangis. Namun, laki-laki yang telah menikahinya tersebut tidak memberikan jawaban saat sang istri bertanya. Kini, tanpa Sarah sadari, ternyata Wisnu memperhatikan kebingungan calon ibu dari anaknya tersebut. “Kenapa wajah kamu aneh gitu?” Wisnu bertanya kepada istrinya. Pasangan suami istri tersebut kini duduk bersebelahan. “Saya bingung, Mas. Papi kenapa marah pada Mbak Jessy?” “Siapa? Coba ulangi sekali lagi.” Wisnu kembali mendengar sebutan yang digunakan Sarah untuk Jessy. “Mbak Jes … eh, maaf. Maksud saya, Jessy.” Sarah tidak ingin melihat suaminya marah. Dia pun ter