Louise terjaga dari tidur lelapnya, sambil mengucek mata ia mengedarkan pandang mencari keberadaan Maverick, hasilnya nihil, hanya tersingkap selimut yang dilemparkan ke bagian atas tubuhnya. Ia pun melirik ke arah jam dinding, waktu telah menunjukkan pukul delapan pagi. Dalam kepanikan, Louise berdiri terburu-buru kemudian mengayunkan kakinya menuju kamar mandi.
Arghhh…Pekiknya saat bertabrakan dengan Kendrick."Maverick? Rick, dimana ia? Apakah kau sempat melihatnya?""Ia telah berangkat ke pagi-pagi sekali ke firma miliknya, Nona."Louise mendengus kesal."Apa ia terbiasa seperti itu?"Kendrick menggeleng perlahan, "Kurasa hari ini Tuan terlibat dalam urusan pekerjaan yang sangat penting sehingga membuatnya tergesa-gesa saat berangkat tadi pagi, Nona.""Mamaku?""Mama Nona sudah diantar pulang Tuan Maverick sebelum berangkat kerja. Ah, ya, sarapan Anda sudah tersedia di meja makan, mungkin ada lagiByurrr...Percikan air kolam membasahi lantai hingga pakaian yang dikenakan Daniella. Daniella menggerutu lalu memprotes keras tindakan Lucas dengan memekikkan suaranya, Lucas enggan memerdulikannya. Daniella menduduki bangku yang sudah disediakan di pinggir kolam sambil menyesap red wine dalam sloki kecil di pinggir kolam.Ia mengedarkan pandang ke segala penjuru kolam renang yang masih sepi pengunjung. Tubuh atletis Lucas terlihat mengapung ringan di atas air. Lengannya mengayun sempurna di atas kolam dengan kepakan kaki yang membelah ketenangan air. Wajah tirusnya menengadah ke atas agar tak menyulitkannya mengambil napas saat melancarkan aksi gaya punggung di kolam.Setelah beberapa kali melakukan putaran di kolam sepanjang dua puluh lima meter, Lucas menghentikan gerakannya. Ia hanya mengapung-apung sambil sesekali menyeka wajahnya.Daniella yang sedari tadi menyaksikan aksi berenang Lucas dalam berbagai gaya di kolam menghentikan tegukannya,
Dalam radius yang tak terlalu jauh ditatapnya Louise sedang bercengkrama dengan salah seorang pengunjung wanita dengan tatapan sinis. Louise terlibat dalam percakapan yang cukup intens dan sesekali terlihat bersemangat kala menyampaikan bahan pembicaraannya.Manik Maverick beralih ke arah panggung, dapat dilihatnya sang penyanyi sudah berdiri disana sambil mengalunkan suara jernihnya untuk menghibur para tamu undangan.Sibuk menikmati panggung pertunjukan samar-samar lorong pendengarannya dapat menangkap suara orang tertawa secara bersamaan, semakin lama suara tawa itu terdengar semakin nyaring bahkan memekakkan indra pendengaran Maverick.Terbalut rasa penasaran Maverick menengok mencari sumber suara. Ia terperanjat kala melihat Louise tampak berkubang di dalam kolam. Tanpa berpikir panjang, Maverick segera berlarian untuk memberikan bantuan pada istrinya itu.Louise tercebur di air kolam karena ulah ceroboh pelayan pembawa baki dan kesengajaan Elleanor yang mendorongnya dengan keras
Suara jerit keras terdengar dari balik pintu ruang persalinan rumah sakit tua. Dua penjaga pria bersenjata yang berjaga di depan pintu menahan ngilu mendengar pekikan itu kembali terdengar.Kendrick yang berdiri tak jauh dari kamar persalinan tampak mengawasi dokter yang dibantu perawat melakukan proses tindak induksi untuk mengeluarkan janin mati dalam kandungan Louise.Membutuhkan waktu yang tidak sebentar, dokter dan para perawat yang telah menyelesaikan proses operasi pengangkatan janin melangkah keluar melewati pintu ruang persalinan. Kendrick mengangguk saat para petugas medis itu melangkah melewatinya. Ia mengayunkan langkah kaki mendekati ranjang yang ditempati Louise. Dengan tangan gemetar Kendrick mencoba menyentuh bahu Louise yang merintih menahan pilu, ikut merasa terpukul atas musibah yang menimpa istri Tuannya itu. Bahu Louise terguncang hebat. Air matanya jatuh tak terbendung mengingat kegagalannya menjadi orang tua."Beatrix
“Malam ini aku tak ingin menyentuhmu sama sekali, kau tidur di sofa. Ah, ya, kudengar dari Kendrick janinmu itu telah mati di usia kandunganmu yang sudah mencapai 21 minggu.”Louise membuang muka.“Well, aku turut prihatin, tapi lahirkan anak untukku atau kubiarkan tubuh indahmu dicabik-cabik binatang di dalam hutan. Kau dengar itu?!” tegasnya sambil meremas kencang dagu Louise memaksanya untuk menatap dalam-dalam selaput matanya.Maverick lantas beranjak dari dalam kamar menuju balkon dengan membakar cerutunya, menyesapnya dalam-dalam hingga menyembulkan asap putih menembus udara malam.Menghela napas panjang sambil memejamkan mata dengan wajah mendongak ke langit-langit, bayangan akan sosok Ecclasie mendadak hadir. Ia merindukannya. Dibiarkannya terpaan angin malam membelai wajahnya dengan lembut.Kematian Ecclasie yang tidak wajar seakan menaburkan garam di atas luka yang menganga, begitu perih. Prosedur autopsi terpaksa dilakukan
Professor Brooks terperanjat saat mendapat kejutan tiba-tiba dengan kemunculan Louise di ruang kerjanya.Duduk di seberang meja Professor Brooks, iris perak sang Professor menangkap gelagat gelisah yang Louise tampakkan. “Sepertinya penelitian tidak dapat dilanjutkan, Louise.”“Tidak, Prof. Aku masih sangat berambisi untuk melanjutkan penelitian itu sampai tuntas.”“Statusmu sudah berubah menjadi istri seseorang sekarang. Mustahil penelitian dapat terus dilanjutkan sementara kau sulit untuk dihubungi.”“Maafkan, Professor, aku janji tidak akan terulang lagi.”“Kemana saja kau selama ini, Louise?”Aku terkungkung di mansion milik Maverick, Prof, tapi tidak… Tidak perlu kau mengetahuinya, Prof., benak Louise mengembara.“Bulan madu ke suatu tempat, Professor. Kami sengaja mematikan semua alat komunikasi selama masa itu.” dalihnya.“Baiklah. Rencana lanjutan seperti apa yang sudah kau persiapkan untuk pen
Malam cepat berlalu, malam yang gelap berganti menjadi pagi yang cerah.Ketika matanya terbuka, yang pertama kali dilihatnya plafon putih bersih berbeda dari ruangan yang sebelumnya terlihat.Sesaat ia memperhatikan ruangan yang luas itu, tampak tidak terlalu asing. Kemudian dirasakannya bawah hidungnya berair, berniat untuk menyekanya tapi ia kesulitan karena tangannya masih terikat begitupun dengan mulutnya.Lorong pendengarannya menangkap suara pintu yang terbuka. Louise mengenali sosok yang masuk ke dalam kamar.Kendrick, iya benar itu Kendrick, benaknya. Berusaha berteriak tapi mulutnya sudah dibuat terkunci, hanya raungan aneh yang keluar dari mulutnya. Didapatinya Kendrick tidak datang seorang diri, ia membawa serta seorang pelayan wanita. Tak lama kerongkongannya terasa dialiri sesuatu, menduga pelayan itu sengaja memberikan minuman padanya.“Obati luka berdarah di kakinya.” perintah Kendrick.Pelayan itu menund
Hiruk pikuk terdengar di bawah ruang bawah tanah. Dua kubu pendukung meneriakkan kata-kata kasar menghujani semangat pada dua pria berbadan besar yang tengah bergelut di atas arena pertarungan. “Bunuh… bunuh… bunuh…”Tanpa menggunakan pelindung tangan maupun kepala dua petarung saling memukul keras satu sama lain dengan menggebu-gebu. Kepalan tangan menghantam wajah petarung lain tanpa ampun. Setiap petarung akan mengincar bagian kepala maupun ulu hati untuk menjatuhkan bahkan mematikan musuhnya dengan mudah.Mereka menyebut arena ini Arena Bayangan Kematian karena menyuguhkan pertarungan antara hidup dan mati. Bonyok, lebam bahkan hidung bengkok berdarah yang menghiasi wajah petarung seolah pemandangan yang lumrah. Arena petarung mempunyai aturan khusus dimana para petarung harus saling membunuh untuk mendapatkan sejumlah uang dalam jumlah yang fantastis dan tumpukan batangan emas berkilauan. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak nyawa melayan
Mentari terbit dari balik cela-cela jendela, Maverick meneguk ludah kasar melihat Louise terlelap disampingnya. Ia duduk seraya memperhatikan kamar yang luas itu. Perhatiannya tertuju pada beragam foto yang terpampang di dinding dan meja. Salah satu foto memperlihatkan sosok Ecclesie yang tampak sangat cantik dengan senyum sumringah, sangat kontras dengan kondisi Louise yang terlihat saat ini, sungguh sangat berantakan. Ia pun tak berselera melihatnya.Tanpa berpikir panjang, dengan langkah cepat, ia meraih handuk di atas nakas. Maverick melangkah tanpa suara menuju kamar mandi.Seraya membersihkan diri Maverick memikirkan ulang mengenai ucapan seorang wanita yang baru dikenalnya namun cukup menarik perhatiannya. Ajakan untuk bergabung dalam kelompok persaudaraan? Akankah aku menuruti ucapannya? Sepertinya akan menjadi warna baru dalam hidupku jika aku mengikuti perkataan wanita itu, pikirnya.Di bawah kucuran air, pikirannya beralih ke diri Loui