Share

3. Kesepakatan

Deg!

Dadanya berdebar ketika mendengar Eve memanggilnya dengan sebutan senior. Sempat ragu ingin membalas pelukan darinya. Tangannya terangkat, belum sempat membalas pelukan dari Eve tapi seketika saja perempuan itu melepaskan pelukannya.

“Astaga! Aku pasti sudah gila!” ucap Eve dalam hati. Setelah sadar bahwa lelaki yang dia peluk adalah lelaki yang dia benci seketika saja Eve mendorong dadanya kasar. “Maaf.”

Noe terkejut, tidak menyangka melihat seorang perempuan memperlakukan Tuannya dengan kasar setelah memeluknya sesaat. Padahal jika mengingat ke belakang, bahkan semua perempuan yang mengenal Isack akan saling berebut untuk bisa mendekatinya. Pfftt! Tak mampu menahan geli, Noe nyaris tertawa di depan Isack.

Seketika saja, Noe mendapat lirikan tajam yang mampu membuat bulu kuduknya merinding. “Kau ingin pensiun dini?” gumam Isack.

“E– maaf Tuan.” Noe menundukkan kepala. Ghm! Berdehem menetralkan suasana.

Perhatian Isack kembali ke Eve Daphni. Tangannya bergerak mengambil kain kecil dari saku jas yang kemudian dia berikan kepada Eve. “Kita bertemu lagi. Kau baik-baik saja?” Tangannya terulur memberikan sapu tangan.

Sejenak Eve terdiam menatap sapu tangannya. “Terima kasih.” Tak segan-segan bahkan dengan sengaja Eve menggunakan sapu tangannya untuk mengusap ingusnya.

Beeerrrrr! Beeerrrrttt!

Pfftttt!

Lagi-lagi Noe nyaris tertawa, melihat sikap Eve yang langsung merubah suasana romantis menjadi lawak.

Ghm! Isack berdehem keras, sengaja karena kesal menjadi bahan candaan Noe.

Seketika saja Noe langsung mengambil sikap tegap dan tenang.

“Terima kasih.” Eve mengembalikan sapu tangannya.

Eh! Tak mungkin Isack mengambil sapu tangan yang telah penuh dengan ingusnya Eve. “K–kau tidak perlu mengembalikannya."

“Baiklah kalau begitu aku juga tidak membutuhkannya lagi.” Tanpa ragu Eve langsung membuang sapu tangannya ke tong sampah.

Isack terpaku melihat Eve tanpa beban membuang sapu tangan berharga jutaan itu layaknya tisu toilet. Terlebih lagi Noe, wajahnya langsung pucat.

“Maaf aku harus pergi.”

“Tunggu!” Isack meraih tangannya. “Kau yakin baik-baik saja, melihat kondisi dan juga kakimu yang masih bengkak ... kau–“

“Aku bilang aku baik-baik saja!” sahut Eve. Matanya bergerak turun ke tangan yang masih di genggam oleh Isack. “Kau bisa lepas tanganku?”

“Eh!” Isack benar-benar dibuat salah tingkah di depan Eve. “Tapi–“

“Maaf, dengan Nona Eve Daphni?” sahut seorang perawat yang baru saja keluar dari ruang ICU.

Refleks Isack melepaskan tangannya.

“Iya?”

“Uhm, Dokter membutuh tanda tangan persetujuan dari Anda karena pasien harus segera dioperasi. Setelah melakukan pemeriksaan ternyata terdapat sumbatan pada pembuluh darah di kepala pasien, jadi dokter akan segera mengoperasi setelah Anda menandatangani formulir ini.”

Eve mengambil alih formulir dari tangan perawat. Membuka lalu membaca seluruh prosedur yang tertera di sana. “De–delapan, delapan puluh dua juta?” batin Eve setelah membaca rincian biaya operasi. Belum lagi di tambah nanti biaya untuk rawat inap yang pastinya akan membengkak, Eve pasti membutuhkan banyak biaaya ke depannya. “Apa yang harus aku lakukan?” batin Eve memejamkan mata.

“Segera operasi pasien!” sahut Isack kepada perawat.

He? Eve baru sadar bahwa lelaki itu sejak tadi masih di sana.

“Oh, Tuan Isack? Senang berjumpa dengan Anda,” sapa perawat itu setelah menyadari bahwa lelaki yang sejak tadi berdiri di sana adalah Isack Prishon.

“Apa-apaan kau ini! Kenapa kau yang mengambil keputusan?” ucap Eve dengan nada rendah kepada Isack karena tak ingin didengar oleh perawat.

“Kondisi ibumu jauh lebih penting, kau tidak perlu memikirkan masalah biaya. Tanda tangani formulir itu aku akan meminta Noe untuk mengurus administrasinya.”

“Tapi–“

“Tanda tangani saja, setelahnya kita bisa bicara di tempat lain untuk membahas hal ini.”

Anehnya, Eve yang sangat kesal dan jengkel pada Isack justru menurut begitu saja dengan mudah setelah mendengar dan melihat cara Isack berucap dengan pembawaannya yang sangat elegan.

Setelah menandatangani formulir, Eve mengembalikannya ke perawat.

“Terima kasih atas kerja samanya, silakan Anda istirahat karena operasi membutuhkan waktu lumayan lama.” Perawat melangkah pergi.

“Noe?” panggil Isack.

“Baik Tuan.” Noe cukup paham arti panggilan itu, dia mengangguk kemudian pergi ke ruang administrasi mengurus seluruh biaya pengobatan orang tua Eve.

“Sekarang ... di mana kita harus membahas masalah ini? Aku tidak ingin berhutang denganmu!” Entah kenapa seharusnya Eve tak bersikap seperti itu setelah lama tak bertemu dengannya, tapi setiap kali melihat wajah Isack, ingatan tentang kejadian masa lampau membuatnya semakin kesal.

Pffttt! Tawa Isack sangat elegan. “Kau sepertinya sangat yakin bisa melunasi hutangmu saat ini? Jika dugaanku benar ... kenapa kau tadi terlihat bingung saat perawat memintamu menandatangani formulirnya?”

“Banyak bicara!” gumam Eve dalam hati.

“Ayo, ikutlah denganku. Kita cari tempat yang nyaman untuk mengobrol.”

“Kita bisa bicara di kantin rumah sakit kalau kau mau,” sahut Eve. Sebenarnya dia hanya tidak bisa pergi meninggalkan ibunya.

Langkah Isack terhenti, menoleh kemudian. “Tenang, Noe akan meminta perawat ekstra untuk menjaga ibumu setelah operasi selesai. Jadi kau tidak perlu khawatir,” ucap Isack, menebak dengan benar isi pikiran Eve saat ini.

“Ke mana?” tanya Eve.

“Sudah aku bilang, kita akan pergi ke tempat nyaman untuk berbicara karena aku memiliki tawaran bagus untukmu.”

Eve terdiam sejenak mencerna ucapan Isack sebelum kemudian melangkah mengejar ketertinggalan.

~♤~

“Kau terlalu banyak berpikir.” Suara rendah seorang lelaki yang duduk di seberang meja memaksa Eve untuk segera mengambil keputusan, menandatangani atau menolak sebuah surat perjanjian. “Uang, apartemen, mobil beserta sopir sudah aku persiapkan untukmu. Apa lagi yang membuatmu ragu?”

“Kau!” sahut Eve. “Kau yang membuatku ragu!”

Punggungnya bergerak maju, Isack mendekati meja. “Aku?” Isack mempertanyakan mengenai dirinya yang mengganggu Eve. “Di bagian mana dari diriku yang membuatmu ragu, Nona?” Kedua ujung bibirnya terangkat, Isack tersenyum penuh arti.

Matanya langsung memicing. “Tidak mungkin dia tidak ingat padaku, tapi ....” Eve terus bergumam dalam hati. “Benarkah dia lupa dengan wajahku? Meski aku sudah tidak memakai kaca mata, seharusnya dia ingat denganku!” tangannya mengepal kuat di atas meja, meremas pena.

Ujung mata Isack melirik ke sana, namun tak lama kemudian perhatiannya kembali tertuju ke Eve. “Katakan, sepertinya kau sangat kesal padaku? Apakah sebelumnya kita pernah bertemu?”

Senyum Isack terlihat sangat tulus, tapi Eve sangat kesal karena belum bisa melupakan kejadian yang telah berlalu.

Eve Daphni terdiam, menunduk menghindari tatapan Isack Prishon. “Tidak, kita sama sekali tidak pernah bertemu, Tuan. Tapi, ngomong-ngomong ... apakah dua tahun itu tidak terlalu lama?” Eve terkejut setelah membaca bahwa masa kontrak mereka berakhir setelah dua tahun.

“Membuat keluargaku percaya dengan sesuatu itu sangat sulit. Bisa jadi waktu dua tahun kurang untuk mereka, belum lagi–“ Ucapan Isack terhenti, tak mungkin baginya mengungkit bahwa dirinya keturunan seorang bangsawan. “Karena ada sesuatu yang harus aku pastikan sebelum kontrak ini berakhir,” tambahnya.

Eve terdiam sesaat, tentang hal apa itu yang sedang dipikirkan oleh Isack, dia tak peduli. Yang terpenting saat ini adalah, pengobatan ibunya. “Lalu, di mana aku harus tanda tangan sekarang?”

Sedikit pun Isack tak pernah mengalihkan perhatiannya dari Eve. Ekspresi wajahnya bahkan sangat berbinar setiap kali menanggapi ucapan Eve yang begitu ketus terhadap dirinya.

“Di sini.” Isack menunjuk, sementara matanya tertuju ke wajah Eve.

Bola mata Eve sempat memutar malas, lalu menarik berkasnya dan menandatangani tepat di mana Isack menunjuk.

Setelahnya Isack mengambil alih berkas yang telah di tandatangani oleh Eve dan bergantian untuk menandatangani di sisi yang sama namun bersebelahan.

“Deal. Senang bekerja sama denganmu, Nona.” Tangannya terulur menunggu balasan dari Eve.

“Hanya seperti ini?” Alisnya menyatu, Eve mengira akan ada tahap-tahap selanjutnya yang harus dia lakukan.

Pffftt! Isack terkekeh, mengetahui bahwa Eve seakan tak sabar. “Tenang, hari ini kau masih bebas.” Punggungnya bergerak ke belakang, bersandar kembali ke sandaran kursi. Kedua tangannya bersedekap, menciptakan ketenangan di antara ketegangan yang dibuat oleh Eve Daphni.

Melihat keningnya berkerut, Isack kemudian berucap, “Karena mulai besok, jadwalmu akan sangat padat dengan berbagai kegiatan yang harus kau ikuti sebelum hari pernikahan tiba.”

“Jadwal?” tanya Eve penasaran.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status