Share

4. Elezar Menggila

“Jadwal?” tanya Eve penasaran.

Hmm! Isack tersenyum seolah telah menyiapkan sesuatu yang akan membaut Eve kewalahan. “Noe akan mengatur semua jadwalmu mulai besok. Dan segala sesuatunya kau tidak perlu lagi bingung. Apa pun yang kau butuhkan dan kau inginkan ... Noe akan menyiapkan semuanya untukmu. Kau hanya perlu memberitahukan semuanya kepada Noe.”

“Jadi, di sini sebenarnya aku akan menikah denganmu atau dengan Noe?” Tatapan Eve terlihat kesal, merasa seakan-akan Isack lepas tangan dengan tanggung jawabnya.

“Menurutmu?” Salah satu alisnya terangkat, Isack tersenyum geli. “Jadi, kau ingin kalau aku yang mengurus semuanya untukmu?”

“Aku tidak bilang seperti itu!” sahut Eve.

“Tapi aku melihatnya di matamu, tenang ... aku tidak keberatan sama sekali. Aku akan mengatur semuanya untukmu, jika itu yang kau inginkan.”

“Lagi-lagi seperti ini, kenapa dia selalu tersenyum!” batin Eve kesal. “Sejak dulu hingga sekarang kenapa lelaki ini tak berubah sedikit pun. Sikapnya membuatku luluh ... tapi hah! Lihat saja, aku tidak akan mudah kau dapatkan seperti dulu!”

Dreeet!

Isack mendapatkan panggilan dari Noe. “Habiskan makananmu, aku akan mengangkat panggilan ini.” Isack beranjak dari kursi menjauh dari meja saat berbincang dengan Noe.

Tanpa menunggu lama, Eve Daphni melahap semua makanannya tanpa sisa. Dia sangat menikmati hidangan yang dipilih oleh Isack untuknya, berbeda ketika dihadapkan langsung dengan Isack yang duduk di depannya, Eve tampak lahap tak peduli mulutnya belepotan.

Di sisi lain, Isack masih sibuk dengan ponselnya. Sesekali menoleh mengawasi Eve dari kejauhan. “Baiklah, segera siapkan semuanya. Aku akan membawa gadis itu besok.”

Setelah menutup ponselnya, Isack melangkah mendekati meja. Bukannya kembali ke kursi, Isack justru berdiri di samping Eve yang tengah menikmati makanannya.

“Lihatlah kemari,” pinta Isack seperti sebuah perintah, namun suaranya lembut.

Eve langsung menoleh, kepalanya menengadah saat menatap posisi Isack yang jauh lebih tinggi darinya.

Deg!

Dada Isack berdebar kencang, melihat ekspresi lucu yang dibuat Eve saat menyimpan makanan di dalam mulut hingga membuat pipinya mengembang serta bibirnya mengerucut, sontak membuat darah yang mengalir di dalam tubuhnya memanas.

Ekspresi yang sangat lucu, tapi entah mengapa itu justru menimbulkan sensasi aneh dalam dirinya. Tak hanya itu, sisa makanan yang berada di bibir membuat Eve seperti anak kecil. Menggemaskan hingga rasanya ingin menggigit apa pun yang terlihat.

Ghm! Isack berdehem menetralkan perasaan. Tangannya terulur, mengusap ujung bibir Eve. Membersihkan sisa makanan, lalu tanpa ragu melumat jarinya di mana ada sisa makanan dari mulut Eve. “Kau juga harus ikut kelas untuk tata cara makan di meja makan dengan benar besok. Sekarang habiskan makananmu. Setelah ini aku akan mengantarmu pulang.”

Dari pada itu, Eve saat ini masih terpaku. Terdiam setelah melihat apa yang baru saja dilakukan oleh Isack. Pipinya merona, melihat Isack tak risi menjilat sisa makanan darinya.

Begitu juga dengan Isack yang telah kembali duduk di kursinya. Tengah melamun, memikirkan hal yang tidak seharusnya dilakukan oleh seorang putra bangsawan. Menurut Isack dirinya terlalu sembrono saat sedang bersama Eve, tentunya karena dia tak mampu menahan diri.

~♤~

Mobil Macedes-Benz berwarna hitam gelap itu berhenti di depan rumah Eve.

“Tunggu saja di sini,” sahut Isack melihat Eve hendak turun dari mobil.

“He, kenapa?” Eve kebingungan. Perhatiannya kini tertuju pada Isack. Lelaki itu tengah turun dari mobil, berjalan ke sisi lain dengan caranya yang elegan.

Tak lupa merapikan jasnya yang lusuh, setelahnya membuka pintu mobil untuk Eve Daphni.

Ceklek!

“Silakan,” ucap Isack mempersilakan Eve turun dari mobilnya.

“Apa-apaan ini?” gumam Eve dalam hati. “Kenapa kau repot-repot membuka pintu untukku? Aku bisa membukanya sendiri.” Eve turun dari mobil.

“Salah satu yang hal yang sepele dan perlu kau ketahui, istri seorang bang–“ ucapnya terputus. “Maksudku, dalam keluargaku ... haram hukumnya membiarkan wanita turun dari mobil tanpa membantunya membuka pintu. Kau pasti bisa mengingat hal itu, kan?” Isack tersenyum.

“Hah! Belum apa-apa sudah membuatku pusing dengan aturan aneh. Mana ada hal seperti itu haram? Biasa juga aku loncat dari mobil Elezar tanpa menunggu dia membuka pintunya.” Eve terus menggerutu dalam hati sembari turun dari mobil.

“Sebetulnya jika kau mau, kau tidak perlu membawa barang-barangmu. Apa lagi pakaianmu, karena aku akan menyiapkan yang baru, semuanya untukmu.” Isack mengusap lembut ujung kepalanya. “Masuklah, aku harus pergi.”

~♤~

Setelah Isack pergi, Eve segera masuk ke rumah.

Ceklek!

Tak lupa menyalakan lampu karena hari sudah gelap.

“Ternyata kau hebat juga!” sahut seorang lelaki, suaranya tak asing di telinga.

Eve langsung menoleh ke sumber suara itu berasal. Di sudut ruangan dan masih gelap, dia melihat bayangan lelaki tengah berdiri dan melangkah mendekat. “E–elezar?”

Langkah Elezar terhenti tepat di depan Eve.

“A–apa yang sedang kau lakukan di sini?” Merasa tidak nyaman, Eve segera menghindar tapi Elezar terlebih dulu mencengkeram lengannya kuat. “Lepas!”

“Jadi, belum jelas dengan kelanjutan hubungan kita ... kau sudah berani membawa pulang seorang lelaki?” Cengkeraman tangannya semakin kuat.

“Ah, sakit! Lepas!” geram Eve tapi tentu saja itu tak membuat Elezar memenuhi keinginannya. “Apa pedulimu, di saat aku membutuhkan bantuan kau justru menghinaku. Kau lupa, kau bisa sukses seperti ini juga karena hasil penjualan rumah ibuku!”

“Ya, teruslah kau ungkit semua kebaikanmu. Karena setelah ini kau tidak akan punya alasan untuk melakukan itu!”

“Apa maksudmu? Lepas!”

“Kau butuh uang, kan?” Elezar melempar segepok uang ke wajah Eve. “Ambil semua uang itu, anggap saja aku mengembalikan apa yang dulu pernah kau berikan padaku, tapi ... aku tidak akan membiarkanmu menemui lelaki lain!” Elezar menyeret paksa Eve masuk ke dalam kamar.

“El! Lepas, apa yang sedang kau lakukan!” Eve terus berontak.

Seolah tak peduli, Elezar kemudian mengunci pintunya. Menyeret Eve yang tengah berusaha bertahan tapi kekuatan Elezar tentunya jauh lebih kuat.

“Tidak! Lepas!”

Seperti dirasuki oleh iblis, Elezar terbakar cemburu melihat Eve pulang di antar seorang lelaki. Dia lalu membanting tubuh Eve ke atas ranjang.

“Elezar, apa yang ingin kau lakukan?” Sedih, tidak menyangka Elezar akan berbuat seperti itu. Air matanya sampai menetas.

“Kau pikir setelah aku mengeluarkan uang sebanyak itu aku akan melepaskanmu begitu saja? Haha ... tidak Eve. Setidaknya biarkan aku menikmati dirimu sekali. Meski aku masih rugi besar dalam hal ini, setidaknya setelah bertahun-tahun bersamamu, aku bisa menjadi lelaki pertama yang menikmati tubuhmu!”

“Jangan ...,” ucap Eve lirih. Kedua tangannya telah di kunci di atas ranjang dengan posisi Elezar yang di atas siap menerkam. Layaknya seperti singa yang siap melahap habis seekor kelinci kecil yang sudah ada di dalam genggaman. “Aku mohon, ini bukan seperti dirimu. Elezar yang aku kenal tidak pernah melakukan hal kasar padaku.”

“Salah. Kau terlalu naif sampai tidak mengenali diriku yang sebenarnya. Aku tidak berubah ... tapi inilah aku yang sebenarnya. Kau ingin hubungan ini selesai? Maka ... aku akan membuatmu mengingat setidaknya bahwa kita pernah memiliki hubungan serius!”

“Jangan, El ... aku mohon! Aah~” Tubuhnya yang semula menolak, sesaat dibuat lemah tak berdaya karena serangan yang secara tiba-tiba dan bertubi-tubi dari Elezar.

Meski masih sebatas ciuman dan sentuhan di setiap pemukaan kulitnya, tapi itu mampu membuat Eve tak berdaya.

Brak!!

Suara pintu yang dibuka secara paksa dari luar seketika menghentikan kegiatan panas Elezar.

Eve menoleh. “Se–senior?” rintihnya dalam kurungan tubuh Elezar yang kekar.

Melihat air mata milik Eve terjatuh, kedua tangan Isack mengepal kuat. Aura di sekitar tubuhnya berubah menggelap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status