Share

BAB 5. Hari Pernikahan Itu TIba

Satu bulan berlalu..

Bagas tak membiarkan satu hari pun terlewati tanpa pembuktian cinta pada Rani.

Hari demi hari dia jadikan kesempatan besar untuk meluluhkan pujaan hatinya tersebut.

Waktu pernikahan sudah tinggal 2 hari lagi.

Keseriusan cinta pak bagas untuk mendapatkan hati Rani seperti nya tidak sia-sia.

Semakin hari Rani semakin mulai terbiasa dan mulai mau menerima takdir yang terlalu mendadak ini.

Rani yang awalnya keras dan selalu cemberut kepada pak Bagas kian hari mulai memberi senyum.

Rani pun masih tak menyangka mengapa seorang CEO yang tampan dan mapan bisa jatuh cinta pada dirinya.

"Tinggal 2 hari lagi, sungguh aku masih tidak menyangka! Tapi wajah tampannya selalu membuat aku terlena dan tak berkutik" Rani bergumam di depan laptopnya.

Rani yang profesional kerja tidak mau ambil cuti atau sesuka hati untuk bolos kerja. Rani ingin membuktikan bahwa dia mempunyai kemampuan bekerja di luar cinta pak bagas.

Tok.. tok.. suara pintu ruangan Rani di ketuk.

"Iya, silahkan masuk" jawab Rani.

Ternyata pak Bagas yang datang.

"Eh bapak... Silahkan duduk pak" kata Rani. Seperti biasa pak Bagas duduk tepat di depan meja Rani.

"Ini sudah jam pulang Rani, apa kamu tidak lapar? Kita cari makan yuk tutup saja laptop mu" pak Bagas yang sudah hafal jam lapar perut Rani.

Rani termasuk perempuan yang makan apa saja alias suka makan.

Rani yang masih dalam menyelesaikan pekerjaannya hanya menoleh dan menggeleng manja.

"Memangnya masih berapa lama lagi pekerjaan mu?" Tanya pak Bagas dengan suara lirih.

"Tanggung sedikit lagi selesai kok pak, ini juga sudah jam pulang kan, 5 menit lagi"

"Ini untukmu" pak Bagas menyodorkan sebuah coklat di atas meja kerja Rani.

"Kalau bisa jangan panggil bapak dong, 2 hari lagi kan kamu akan jadi istri ku" kata pak Bagas sambil duduk menyender di kursi.

Rani hanya melirik dan tersenyum sedikit.

Cara pak Bagas menyatakan cintanya setiap hari memang selalu tidak terduga. Terlalu banyak hal yang membuat Rani harus berpikir berkali-kali jika ingin menolak cintanya pak Bagas.

Seorang CEO tampan dan kaya yang menjadi idola para wanita di sebuah perusahaan besar PT. Graha abadi, ternyata hatinya terpikat kepada seorang karyawan baru yang cantik dan pintar.

Rani mulai berfikir dan berbicara dalam hati "iya juga ya, tidak ada salahnya aku panggil pak Bagas dengan sebutan mas. Terlalu tua sekali sebutan bapak untuk calon suamiku yang tampan itu" sambil senyum-senyum sendiri.

Tak berapa lama, sambil menutup laptopnya.

"Mas, sudah nih, yuk kita pulang" kata Rani

mengagetkan pak Bagas yang sedang memainkan handphone nya.

Pak Bagas terkejut dan langsung menoleh dengan senyum dan mata yang berbinar, karena Rani sudah tidak lagi memanggil nya bapak.

Pak Bagas dengan sigap beranjak berdiri membukakan pintu dan membawakan tas ransel isi laptop milik Rani "silahkan tuan putri" sambil mengayunkan tangannya layaknya pengawal kerjaan.

Rani merasa tersipu dengan cara pak Bagas yang tak malu-malu memperlakukan Rani bagai ratu setiap hari di kantor nya.

Sedikit mengganggu sih menurut Rani karena pak Bagas dalam 1 hari bisa 2 sampai 3 kali datang ke ruangan Rani. Tapi dengan cara begitu rani pun luluh.

...

Hari yang di tunggu-tunggu itu tiba.

Acara sakral akad nikah pun akan segera di mulai.

Pak Bagas yang sudah siap duduk di depan penghulu dan calon mertuanya, serta di kelilingi orang-orang penting untuk menjadi saksi.

Berkas, dan segenap mahar telah tertata rapi di atas meja.

Dengan di iringi alunan musik yang syahdu.

Pengantin wanita pun datang dengan di gandeng oleh Bridesmaids nya.

Betapa pak Bagas sangat terpukau melihat kecantikan Rani dengan makeup yang membuat nya pangling.

Gaun putih yang menjuntai memanjang membuat nya semakin anggun bak bidadari.

"Bagaikan bidadari yang jatuh dari kayangan" gumam Bagas dalam hati menatap Rani yang berjalan di atas karpet merah bertabur bunga.

Saat hampir sampai di meja penghulu, pak Bagas menghampiri Rani dan menggandeng tangan calon istri nya tersebut.

Dengan senyum yang sangat bahagia dan suasana yang khidmat, pernikahan pun di mulai.

"Saya nikahkan engkau dan saya kawinkan engkau dengan putri pertama saya Naomi Maharani binti Soni sutmajaya dengan mas 100 gram logam mulia dan satu set perhiasan berlian, satu buah sertifikat rumah mewah, satu buah mobil mercy, dan uang sejumlah 10 milyar rupiah di bayar tunai" kata pak Soni.

"Saya terima nikah dan kawinnya Naomi Maharani binti Soni sutmajaya dengan mahar tersebut Tunai" Bagas menjawab dengan cepat dan gagah.

"Sah"

"Sah"

"Alhamdulillah"

Hiruk pikuk suasana pernikahan semakin kental.

Bagas menggenggam tangan Rani dan menatap Rani sangat dalam dengan mata yang berbinar penuh kebahagiaan.

"Kamu bagaikan bidadari sayang dan sekarang kamu sudah menjadi istriku" seru Bagas.

Bagas mencium kening Rani, dan memeluknya dengan lembut untuk pertama kali.

Rani tersipu dan tersenyum lalu mencium tangan Bagas suaminya.

Tak segan pak Bagas pun mencium bibir Rani di hadapan orang banyak. Tak terduga ranipun membalas ciuman tersebut.

Tamu undangan pun ikut terbawa suasana.

Senyum, tawa, bahagia, dan haru menjadi satu.

Betapa hari ini menjadi hari yang paling bahagia untuk Rani dan Bagas.

Gemuruh tepuk tangan para tamu undangan menambah indah suasana acara tersebut.

"Selamat ya pak atas kemenangan bapak mendapatkan Rani, saya turut bahagia akhirnya bapak melepas masa lajang yang terlalu lama haha" pak Riko memberikan selamat kepada pak Bagas.

"Saya juga banyak-banyak terima kasih kepada kamu Riko, karena sudah banyak membantu saya" pak Bagas memeluk pak Riko secara laki-laki.

"Selamat juga untuk kamu Rani, semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia" ucap pak Riko menjabatkan tangannya kepada Rani.

"Saya juga banyak terimakasih ya pak, atas kerjasama bapak dan mas Bagas, membuat jantung saya berdegup kencang selama 1 bulan ini hehe" Rani meledek pak Riko, dan mereka tertawa bersama lalu melakukan sesi pemotretan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status