Beranda / Romansa / Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan / BAB 5. Hari Pernikahan Itu TIba

Share

BAB 5. Hari Pernikahan Itu TIba

Penulis: Yani AZM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-17 08:32:42

Satu bulan berlalu..

Bagas tak membiarkan satu hari pun terlewati tanpa pembuktian cinta pada Rani.

Hari demi hari dia jadikan kesempatan besar untuk meluluhkan pujaan hatinya tersebut.

Waktu pernikahan sudah tinggal 2 hari lagi.

Keseriusan cinta pak bagas untuk mendapatkan hati Rani seperti nya tidak sia-sia.

Semakin hari Rani semakin mulai terbiasa dan mulai mau menerima takdir yang terlalu mendadak ini.

Rani yang awalnya keras dan selalu cemberut kepada pak Bagas kian hari mulai memberi senyum.

Rani pun masih tak menyangka mengapa seorang CEO yang tampan dan mapan bisa jatuh cinta pada dirinya.

"Tinggal 2 hari lagi, sungguh aku masih tidak menyangka! Tapi wajah tampannya selalu membuat aku terlena dan tak berkutik" Rani bergumam di depan laptopnya.

Rani yang profesional kerja tidak mau ambil cuti atau sesuka hati untuk bolos kerja. Rani ingin membuktikan bahwa dia mempunyai kemampuan bekerja di luar cinta pak bagas.

Tok.. tok.. suara pintu ruangan Rani di ketuk.

"Iya, silahkan masuk" jawab Rani.

Ternyata pak Bagas yang datang.

"Eh bapak... Silahkan duduk pak" kata Rani. Seperti biasa pak Bagas duduk tepat di depan meja Rani.

"Ini sudah jam pulang Rani, apa kamu tidak lapar? Kita cari makan yuk tutup saja laptop mu" pak Bagas yang sudah hafal jam lapar perut Rani.

Rani termasuk perempuan yang makan apa saja alias suka makan.

Rani yang masih dalam menyelesaikan pekerjaannya hanya menoleh dan menggeleng manja.

"Memangnya masih berapa lama lagi pekerjaan mu?" Tanya pak Bagas dengan suara lirih.

"Tanggung sedikit lagi selesai kok pak, ini juga sudah jam pulang kan, 5 menit lagi"

"Ini untukmu" pak Bagas menyodorkan sebuah coklat di atas meja kerja Rani.

"Kalau bisa jangan panggil bapak dong, 2 hari lagi kan kamu akan jadi istri ku" kata pak Bagas sambil duduk menyender di kursi.

Rani hanya melirik dan tersenyum sedikit.

Cara pak Bagas menyatakan cintanya setiap hari memang selalu tidak terduga. Terlalu banyak hal yang membuat Rani harus berpikir berkali-kali jika ingin menolak cintanya pak Bagas.

Seorang CEO tampan dan kaya yang menjadi idola para wanita di sebuah perusahaan besar PT. Graha abadi, ternyata hatinya terpikat kepada seorang karyawan baru yang cantik dan pintar.

Rani mulai berfikir dan berbicara dalam hati "iya juga ya, tidak ada salahnya aku panggil pak Bagas dengan sebutan mas. Terlalu tua sekali sebutan bapak untuk calon suamiku yang tampan itu" sambil senyum-senyum sendiri.

Tak berapa lama, sambil menutup laptopnya.

"Mas, sudah nih, yuk kita pulang" kata Rani

mengagetkan pak Bagas yang sedang memainkan handphone nya.

Pak Bagas terkejut dan langsung menoleh dengan senyum dan mata yang berbinar, karena Rani sudah tidak lagi memanggil nya bapak.

Pak Bagas dengan sigap beranjak berdiri membukakan pintu dan membawakan tas ransel isi laptop milik Rani "silahkan tuan putri" sambil mengayunkan tangannya layaknya pengawal kerjaan.

Rani merasa tersipu dengan cara pak Bagas yang tak malu-malu memperlakukan Rani bagai ratu setiap hari di kantor nya.

Sedikit mengganggu sih menurut Rani karena pak Bagas dalam 1 hari bisa 2 sampai 3 kali datang ke ruangan Rani. Tapi dengan cara begitu rani pun luluh.

...

Hari yang di tunggu-tunggu itu tiba.

Acara sakral akad nikah pun akan segera di mulai.

Pak Bagas yang sudah siap duduk di depan penghulu dan calon mertuanya, serta di kelilingi orang-orang penting untuk menjadi saksi.

Berkas, dan segenap mahar telah tertata rapi di atas meja.

Dengan di iringi alunan musik yang syahdu.

Pengantin wanita pun datang dengan di gandeng oleh Bridesmaids nya.

Betapa pak Bagas sangat terpukau melihat kecantikan Rani dengan makeup yang membuat nya pangling.

Gaun putih yang menjuntai memanjang membuat nya semakin anggun bak bidadari.

"Bagaikan bidadari yang jatuh dari kayangan" gumam Bagas dalam hati menatap Rani yang berjalan di atas karpet merah bertabur bunga.

Saat hampir sampai di meja penghulu, pak Bagas menghampiri Rani dan menggandeng tangan calon istri nya tersebut.

Dengan senyum yang sangat bahagia dan suasana yang khidmat, pernikahan pun di mulai.

"Saya nikahkan engkau dan saya kawinkan engkau dengan putri pertama saya Naomi Maharani binti Soni sutmajaya dengan mas 100 gram logam mulia dan satu set perhiasan berlian, satu buah sertifikat rumah mewah, satu buah mobil mercy, dan uang sejumlah 10 milyar rupiah di bayar tunai" kata pak Soni.

"Saya terima nikah dan kawinnya Naomi Maharani binti Soni sutmajaya dengan mahar tersebut Tunai" Bagas menjawab dengan cepat dan gagah.

"Sah"

"Sah"

"Alhamdulillah"

Hiruk pikuk suasana pernikahan semakin kental.

Bagas menggenggam tangan Rani dan menatap Rani sangat dalam dengan mata yang berbinar penuh kebahagiaan.

"Kamu bagaikan bidadari sayang dan sekarang kamu sudah menjadi istriku" seru Bagas.

Bagas mencium kening Rani, dan memeluknya dengan lembut untuk pertama kali.

Rani tersipu dan tersenyum lalu mencium tangan Bagas suaminya.

Tak segan pak Bagas pun mencium bibir Rani di hadapan orang banyak. Tak terduga ranipun membalas ciuman tersebut.

Tamu undangan pun ikut terbawa suasana.

Senyum, tawa, bahagia, dan haru menjadi satu.

Betapa hari ini menjadi hari yang paling bahagia untuk Rani dan Bagas.

Gemuruh tepuk tangan para tamu undangan menambah indah suasana acara tersebut.

"Selamat ya pak atas kemenangan bapak mendapatkan Rani, saya turut bahagia akhirnya bapak melepas masa lajang yang terlalu lama haha" pak Riko memberikan selamat kepada pak Bagas.

"Saya juga banyak-banyak terima kasih kepada kamu Riko, karena sudah banyak membantu saya" pak Bagas memeluk pak Riko secara laki-laki.

"Selamat juga untuk kamu Rani, semoga kalian menjadi keluarga yang bahagia" ucap pak Riko menjabatkan tangannya kepada Rani.

"Saya juga banyak terimakasih ya pak, atas kerjasama bapak dan mas Bagas, membuat jantung saya berdegup kencang selama 1 bulan ini hehe" Rani meledek pak Riko, dan mereka tertawa bersama lalu melakukan sesi pemotretan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan   24. Mulai Serba Salah

    Hidangan yang lezat dan banyak macam nya, tak membuat Rani ingin memakannya, semua orang tua sudah siap duduk di ruang makan. Tapi, lagi dan lagi Rani hanya ingin kentang goreng dan ikan goreng. Langkah Rani terhenti saat Bagas ingin menyiapkan kursi untuk nya duduk. "Mas, aku mau ke kamar aja ya, tolong bilang mba Pinem aku mau kentang sama ikan goreng di bawa ke kamar.. tolong ya mas" tangan kiri Rani terlihat memegang keningnya, sejak beranjak dari kursi tadi. "Kamu pusing ya? aku antar ke kamar ya" jawab Bagas dengan spontan. kedua tangan Bagas spontan merangkul bahu istrinya tersebut dengan sangat hati - hati. "Mah pah, maaf banget nih.. kayanya kalian makan aja duluan, aku temenin Rani ke kamar aja ya.." Bagas yang langsung berpamitan kepada semua tamu. "Kamu pusing ya nak, yaudah ngga apa- apa, yang penting kamu makan juga ya di kamar" celetuk ibu mertua Rani dari atas meja makan. Terlihat Bu Ratna hanya senyum - senyum melihat anak nya yang sangat di jaga oleh Baga

  • Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan   BAB 23. Perkumpulan Keluarga

    Mesti hari hampir larut, sekitar pukul 22.30 malam. Keluarga itu tetap berkumpul bersama di dalam ruang tamu sesuai permintaan CEO tampan itu. Mereka masih berselimut dengan rasa penasaran yang sama, "Ada apa sebenarnya yaa.." gumam Ratna ibunya Rani. "Mengapa mereka mengundang kesini, tapi mereka berdua tidak ada di rumah?" lanjutnya. Tak ada yang menjawab pertanyaan Bu Ratna, mereka semua sama -sama dalam keadaan yang penasaran. Sepanjang perjalanan menuju rumah Rani, ibunya memang memiliki perasaan tidak enak. Ada feeling terhadap kandungan Rani, Tapi dia tidak mau menerka - nerka, karena Rani juga tidak memberi kabar apapun setelah telfon hari itu. Dia hanya berharap kebaikan untuk putri semata wayang nya. Suara gerbang yang terbuka, terdengar dari dalam rumah. Mobil Bagas terparkir tepat di depan pintu masuk. Terlihat dari dalam, Bagas menggandeng tangan Rani masuk ke dalam rumah, dengan menenteng kantong obat. Ke empat orang tua berbarengan mengernyit kan dahinya

  • Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan   BAB 22. Kabar Pertama Untuk Linda

    Kedua tangan Rani memegang ponselnya, sibuk memberi nama di kontak barunya, nomor baru Dokter puji.Di sampingnya ada Bagas yang setia merangkul Rani menuju loket pengambilan obat.Walaupun begitu banyak orang berlalu lalang dengan kesibukan dan keresahan nya masing -masing. Tapi, Seluas mata Bagas memandang hanya ada keindahan, dan kebahagiaan.Di dalam pikiran nya entah siapa dulu yang akan di berikan kabar bahagia tentang kehamilan Rani. Orang tua kandung nya atau mertuanya.Sampainya di loket, Bagas menyuruh Rani untuk duduk di kursi kosong yang jaraknya tidak begitu jauh.Sedangkan dia sendiri mengambil obat dengan kertas merah pudar di tangan nya."Kamu tunggu disini ya, biar aku yang kesana" Mata Rani tertuju pada tangan Bagas yang menunjuk ke arah loket obat.Loket itu berjarak kurang lebih 10 meter dari tempat duduk Rani.Baru kali ini seorang CEO yang kaya raya mau terjun langsung, bahkan mengantri. Dari dulu Bagas selalu menyuruh, pak Joko atau pak Riko untuk melakukan ha

  • Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan   BAB 21. Usia kandungan sudah di akhir 4 Minggu

    "Mas!!" Rani memanggil Bagas dengan wajah yang mulai tegang, Rani tak sabar mengapa Bagas lama sekali berdiri di depan suster."Mas Bagas..!!" panggilnya lagi.Bagas menoleh ke arah Rani, tapi Bagas hanya melambaikan tangan menandakan tunggu sebentar lagi.Rani menghela nafas melipat kedua tangannya di dada dan menyenderkan tubuh nya di kursi.Rani mulai jengkel.Selang lima menit kemudian Bagas datang. Tanpa memberi Bagas sedikit ruai untuk bicara, Rani langsung lebih dulu menegurnya."Ngobrolin apa sih, lama banget!" Matanya berputar.Rani terlihat jengkel sekali saat itu."Maaf ya sayangku, tadi aku banyak bertanya tentang dokter terbaik di sini, untuk pemeriksaan pertama ini aku ngga mau salah dokter" Bagas mendekatkan wajahnya ke arah wajah Rani.Tapi Rani membuang mukanya ke arah samping."Maaf ya sayangku" Bagas berusaha membujuk Rani yang sedang ngambek.Tangan kiri Bagas merangkul bahu Rani, sesekali mengelus - elus bahunya, berharap emosinya mereda sebelum namanya di panggil

  • Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan   BAB 20. Bagas Terlalu Menggebu

    Rani hanya mengangguk -angguk kepalanya dan duduk di atas kursi.Jus alpukat yang aroma nya sangat menyergap hidung Rani, sudah di hidangkan oleh mba Pinem. Dia terlihat menikmati jus alpukat itu.."Mba temenin aku dong duduk di sini" Mba Pinem yang baru saja ingin pergi ke belakang di tahan oleh Rani untuk duduk di meja makan khusus majikannya itu."Loh serius Bu ngga apa- apa saya duduk disini?" Tubuhnya masih terpaku berdiri di hadapan bangku yang mewah berwarna ke emasan."Loh memangnya ada peraturan ya? pegawai tidak boleh duduk di meja makan?" kata Rani.Mba Pinem tersenyum sedikit."Sudah lah duduk saja mba.. aku ngga mau di tinggal sendirian" wajah nya memohon bibirnya manyun, tapi menjadi tambah imut di lihatnya."Iya iya Bu.. heheh pantas saja pak Bagas setelah menikah banyak berubah ya Bu.. aku yakin perubahan itu pasti datang dari pasangan nya juga" kata mba pinem sambil mendudukkan tubuhnya di kursi mewah itu yang biasanya hanya dia lap - lap dengan kain. "Hmmm... omon

  • Melamar Kerja Malah Dilamar CEO Tampan   BAB 19. Kehamilan Itu Nyata Adanya

    Jam di dinding menunjukkan pukul 11.30 menit.Rani yang sedang duduk di teras balkon melihat pemandangan di sekitar taman. Melihat - lihat bunga- bunga berwarna warni yang indah dan segar terawat.Sesekali dia mengecek ponsel nya. Membuka media sosial Instagramnya yang penuh dengan postingan tentang kehamilan, karena dari kemarin pencarian nya hanya seputar kehamilan."Hmmm... Bukan gamau ke dokter obgyn, tapi aku benar- benar ragu. aku ngga mau ngecewain mas Bagas kalau hasilnya ngga sesuai harapan." Gumamnya dalam hati."Apa aku tanya mama yah, pasti mama tau." Dia kembali membuka ponselnya, menekan nomor mama di ponselnya.Rani mulai mengetik pesan singkat."Mah, apa kabar? semoga mama baik - baik ya.. maaf aku ngga ngabarin hampir seminggu ini, dari kemarin aku sakit, dan sempat di bawa ke dokter dan di infus, nah tapi, orang dirumah nyuruh aku untuk tespek mah dan aku mencobanya mah, tapi hasilnya seperti ini"Rani mengirim foto tespeknya tadi pagi, terpampang ada garis 2, satu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status