Share

BAB 4. Pertemuan Kedua Orang Tua

"Ohh tidak, dia Malah asik main handphone dan tidak mendengarkan aku! Oh tidak bagaimana jika benar dia jadi suamiku nanti" Rani bergumam dalam hati dengan tatapan yang menyebalkan melihat sikap pak Bagas.

Tiba-tiba pak Bagas memandang Rani dengan senyuman manisnya dan meletakkan handphone nya.

Paras pak Bagas memang membuat Rani selalu salah fokus. Rani yang sedang sebal tak karuan di buatnya mencair dan tersipu.

"Jangan macem-macem ya pak, lihatnya bisa biasa aja tidak!" Jawab Rani ketus.

"Baiklah kalau begitu, kita pulang saja yuk. Biar saya yang mengantar kamu, kamu tidak boleh naik taksi."

Sambil bergegas pak Bagas membereskan tas nya dan berjalan begitu saja menuju pintu keluar, tanpa menunggu Rani membereskan barang-barangnya.

Rani benar-benar tidak habis pikir dengan cara pak Bagas. Tanpa pikir panjang Rani pun membereskan barang-barangnya dan segera mengejar pak Bagas.

"Tunggu aya pak!" triak Rani dari meja makannya.

......

Sampainya di depan rumah Rani, pak Bagas turun dan membukakan pintu mobil untuk Rani. Tanpa bilang terimakasih Rani pun turun dari mobil dan berjalan membuka pagarnya, Rani masih merasa sebal dengan pernyataan-pernyataan pak Bagas sejak kencan berlangsung.

Saat Rani ingin menoleh ke arah mobil pak bagas, Rani kaget mengapa pak Bagas mengikuti Rani masuk ke dalam pagar. Rani kira pak Bagas sudah melajukan mobilnya pergi.

"Hah kenapa bapak ikutin saya masuk, bapak ngga pulang?" Tanya Rani keheranan.

"Ada orang tua saya sedang menemui kedua orang tua mu" sambil melenggang santai pak Bagas malah meninggalkan Rani yang masih diam terpaku memegangi pintu gerbangnya.

"Apa?" Rani membolakan matanya, dia terheran-heran menatap pak Bagas yang santai sekali memasuki pintu rumahnya.

Rani berlari menuju pintu masuk.

Betapa terkejutnya Rani saat membuka pintu ada papa, mama, pak Riko dan 2 orang paruh baya, ternyata benar itu kedua orang tua pak Bagas.

Pak Bagas yang senyam-senyum duduk di samping mama seperti meledek Rani.

"Rani, kenapa bengong ayo sini duduk di samping nak Bagas" kata Ratna mama nya Rani.

Rani hanya menggeleng gelengkan kepala tak percaya. "Pak Riko! Kenapa tidak memberi tahu ku pak!" Kata Rani dengan nada tinggi dan sedikit di tekan berbisik.

Pak Riko hanya memberi isyarat dan menunjuk pak Bagas dengan telunjuknya.

Rani berada di dalam rasa yang gundah gulana. Harus senang atau sedih.

Senang karena ada pria tampan dan mapan akan menikahinya, atau sedih dengan waktu yang belum 24jam mengenal calon suaminya.

"Cantik juga calon istrimu Bagas" kata pak Harto papanya Bagas yang menatap kagum pada Rani.

"Iyaah cantik sekali calon menantu ku" kata Bu Ainun mama nya Bagas.

Dengan expresi setengah bingung Rani tersenyum dan bersalaman kepada kedua orang tua Bagas.

Pak Bagas langsung menarik lembut tangan Rani untuk duduk di samping nya.

"Duduk di sini saja sayang" kata Bagas.

Rani makin terkejut dan kikuk di buatnya mendengar pak Bagas memanggil nya sayang.

Rani sesekali melirik ke arah pak Riko, pak Riko hanya tertawa kecil melihat tingkah pak Bagas dan Rani.

"Wah wah.. jadi kapan tanggal pernikahan kalian, lebih cepat lebih baik loh!" Kata pak Harto papanya Bagas.

"Iya aku juga sudah ga sabar mau menimang cucu" jawab pak Soni papanya Rani.

Rani menatap wajah Bagas dengan sangat dekat, Rani menancapkan pandangannya tepat di bola mata Bagas.

Tangan Rani meremas tangan kiri pak Bagas.

"Kenapa sayang, ngga usah panik begitu" kata Bagas sambil mengelus punggung Rani dengan tangan kanannya.

Suara tertawa yang bersautan antara kedua orang tua mereka, melihat tingkah kedua anaknya.

"Bagaimana kalau bulan depan saja, kan masih ada waktu 1 bulan dari sekarang untuk mempersiapkan semuanya biar tidak terburu-buru" kata pak Harto.

"Apa?! Bulan depan?" Rani sontak mengeluarkan suaranya.

"Iya sayang bulan depan, atau kamu mau Minggu depan?" Tanya Bagas dengan suara yang lembut dan tatapan yang penuh cinta.

"Ih pak Bagas apa sih itu terlalu cepat pak" jawab Rani dengan suaranya yang melengking.

"Huss Rani, tidak baik juga terlalu lama mengulur-ulur waktu, ikuti saja keputusan dari calon suamimu" kata mama Rani

"Apa sih mah, mamah ngga tau" kata Rani dengan expresi cemberut.

"Ya, begini lah Bu anakku suka malu-malu" Bu Ratna berusaha menutupi maksud Rani.

"Oh ngga apa-apa sudah biasa anak muda ya" jawab calon mertuanya Rani.

"oiya mah seperti nya kita sudah cukup lama juga ya bertamu disini, hari juga semakin malam sebaiknya kita pulang, yuk mah kita pulang" pak Harto berdiri sambil menggandeng tangan istrinya.

Semua berdiri dan saling bersalaman, pak Riko langsung bergegas menuju parkir mobil lebih dulu dan membukakan pintu mobil.

Di ruang tamu kini hanya tersisa mereka berempat.

Kedua orang tua Rani pun meminta izin untuk beristirahat ke kamar meninggalkan Rani dan Bagas berdua di ruang tamu.

Rani mengejar mamahnya "Mah, dengerin aku deh... aku baru hari ini loh mah bertemu sama pak Bagas. Masa bulan depan langsung nikah ajah sih! itu terlalu cepat mah" Rani membujuk mamanya mendengar kan alasannya.

"Masa sih, mama sudah kenal nak Bagas dari bulan lalu kok, masa kamu baru kenal hari ini" jelas mama nya Rani.

"Hah bulan lalu, berarti benar kata-kata pak Bagas di restauran tadi bahwa dia membuntuti aku sejak aku menaruh lamaran di kantornya" gumam Rani dalam hati.

Tanpa menghiraukan Rani yang mengoceh tak setuju, mamanya malah meminta Bagas untuk lebih santai di rumah nya.

"Nak Bagas, nanti kalau kamu butuh sesuatu silahkan panggil Bu Siti di dapur ya, mama dan papa mau istirahat dahulu" jelas Bu Ratna dengan senyum manis yang tak kalah manis dengan senyuman Rani anaknya.

Pak Bagas langsung duduk menyender di kursi.

Rani menghampiri dan berdiri tepat di hadapan pak Bagas sambil melipat kedua tangannya "pak ini apa-apaan sih, waktu kurang dari 1 bulan ini terlalu mendadak! Dan bagaimana cara bapak bisa mempertemukan kedua orang tua kita dalam waktu yang sesingkat-singkatnya begini! Dan bagaimana untuk hari setelah kita menikah, kita saja belum saling mengenal satu sama lain! dan kapan bapak menemui orang tuaku?!" Rani mengoceh tanpa jeda.

Pak Bagas hanya tersenyum melihat Rani yang terus berbicara.

Pak Bagas seperti nya benar-benar jatuh cinta pada Rani, dengan mata yang berbinar dan suara yang lembut.

"Ya beginilah cara ku membuktikan kepada mu kalau aku memang jatuh cinta dan serius untuk hal ini, aku tidak main-main ran, dan aku berjanji tidak akan menyakiti mu" jawab Bagas meyakinkan Rani.

Pak Bagas berdiri dan menatap mata Rani "aku tidak akan buang-buang waktu, untuk hal sesakral ini jika aku tidak serius denganmu Rani, seiring berjalannya waktu nanti, aku yakin kamu juga akan mencintaiku! atau jika perlu cukup aku yang mencintaimu dalam pernikahan ini! tapi kamu harus tetap jadi istriku!" jelas pak Bagas.

Rani bergeming, menatap bola mata Bagas penuh makna.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status