Share

Bab 4

Author: Bunny
Aku sudah menerima ijazah kelulusanku.

Resume yang aku kirim, juga mendapat banyak respon positif.

Penawaran yang paling memuaskan datang dari pabrik besar di kota tetangga.

Aku cepat-cepat mengatur waktu untuk ikut sesi wawancara.

Memiliki pekerjaan adalah hal yang paling aku harapkan dalam kehidupanku yang lampau.

Aku merasa sangat cemas. Untungnya, sebelum aku naik kereta api, pihak perusahaan sudah meneleponku dulu.

Aku dinyatakan lulus.

Duduk di Whoosh kereta api berkecepatan tinggi, aku bersemangat mencari rumah yang cocok.

Mengingat aku akan segera menjauh dari Jacky, membuatku semakin bersemangat.

Baru saja turun dari Whoosh...

Aku sudah menerima telepon dari Jacky.

Begitu menekan tombol terima panggilan, suara Jacky yang tidak sopan itu langsung terdengar.

"Vivi, di mana kamu?"

Suasana langsung berubah tidak enak.

"Ada apa?"

Suara Jacky semakin dingin, “Orang tuaku sudah kembali, mereka menyuruhmu datang makan malam.”

Saat sampai di kediaman Keluarga Halim, hari sudah sangat sore.

Di depan meja makan sudah terduduk empat orang.

Kedua orang tuanya Jacky, Jacky dan Yuni. Mereka semuanya memiliki ekspresi wajah yang tidak enak dilihat.

Aku menduga pasti telah terjadi sesuatu ketika aku tidak ada.

Dengan wajah yang tenang, aku berjalan masuk.

Mata Jacky menyapu wajahku. Entah kenapa, dia langsung meletakkan sendoknya dan naik ke lantai atas.

"Aku nggak makan lagi, kenyang!"

Yuni mengejar Jacky ke atas.

Aku duduk di samping Paman Johny dan Bibi Ida.

Dengan malu, mereka berusaha mencari alasan untuk Jacky.

Aku menatap kedua senior yang ada di depanku ini, mereka sudah seperti orang tua kandungku sendiri.

Di kehidupan yang lalu, setelah mereka tahu aku dikurung Jacky, mereka mencoba menyelamatkan aku.

Namun, saat itu Keluarga Halim sudah dalam kekuasaan Jacky.

Mereka juga tidak dapat membantu apa-apa.

Aku tidak menyalahkan mereka, aku hanya menyalahkan kebodohan diriku sendiri.

Aku berkata dengan suara pelan.

“Paman Johny, Bibi Ida, selama beberapa waktu ini, aku sudah memikirkannya baik-baik.”

“Aku dan Kak Jacky tidak cocok. Dia tidak menyukaiku, aku juga tidak menyukainya.”

“Dari pada memaksa kami bersama, tapi saling menyimpan dendam, lebih baik memberikan kebebasan pada kami masing-masing.”

"Pertunangan kami berakhir sampai di sini."

Wajah Bibi Ida benar-benar membeku. Ada air mata yang menggenang di pelupuk matanya.

“Apakah benar-benar harus sampai ke tahap ini?”

Aku mengangguk dengan tegas.

Mengakhiri hubungan ini adalah hal yang paling aku inginkan sejak aku terlahir kembali.

Aku merasa lega.

Sebelum pergi...

Aku kembali ke kamarku, ingin mengambil barang-barang yang aku lewatkan sebelumnya.

Yuni menghalangi jalanku.

"Vivi, bisakah kau kembalikan Jacky padaku?"

“Aku sudah mengandung anaknya, aku tidak ingin anak ini nggak punya ayah.”

Matanya memerah, dia terlihat begitu menyedihkan.

Aku mengerutkan kening dan secara sadar berjalan mundur satu langkah ke belakang.

Yuni tersenyum aneh, lalu dia menangkap tanganku, mendorong ke arah dirinya sendiri.

“Vivi, jangan dorong aku!”

“Anakku! Oh, anakku!

"Sakit sekali!"

Yuni pun berguling turun tangga, ada darah merah cerah yang mengalir keluar tepat di antara kedua kakinya.

Jacky berlari keluar dari ruang baca. Melihat adegan ini, dia menggertakkan gigi.

Dia mengangkat tangannya dan menampar wajahku.

"Vivi, kau sungguh kejam!"

“Dulu mereka bilang kamu suka menindas orang, aku pikir mereka terlalu berlebihan. Tapi sekarang, aku melihat dengan mataku kepalaku sendiri. Apa kamu masih mau berkelit!”

"Kalau bukan karena kamu, aku dan Yuni tidak akan berpisah. Kenapa kamu selalu menghalang-halangi kami!"

Paman dan Bibi keluar dari kamar.

Melihat kondisi ini, Yuni meletakkan tangannya di perut dan menangis lebih keras lagi.

Dengan penuh kebencian, Jacky bertanya, "Ayah, Ibu lihatlah! Beginilah istri yang kalian pilih untukku."

Setelah ditampar Jacky begitu keras, aku kesakitan bukan main. Penglihatanku kabur, pendengaranku pun mendenging.

Melihat wajah Jacky yang merah padam, seakan-akan semua orang mengkhianati dia, semua orang bersalah padanya.

Aku tidak berpikir panjang, aku menampar Jacky kembali.

“Jangan khawatir, mulai hari ini sudah bukan.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 9

    Awalnya aku dan Samuel memang tidak ingin terlalu cepat mengungkap hubungan kami.Sebelumnya dia memang punya pemikiran ingin pensiun dari dunia hiburan.Akibatnya, dia dibujuk terus oleh pihak perusahaan. Akhirnya dia pun menandatangani kontrak selama tiga tahun lagi.Setelah transformasinya berhasil, tanggapan publik cukup bagus. Sekarang, dia hanya main film layar kaca.Dia semakin lama semakin terkenal.Bahkan sekarang kami pergi berkencan saja, harus sembunyi-sembunyi dan hanya memilih keluar di malam hari.Samuel sudah tidak tahan lagi.Dengan cincin yang dia rancang sendiri, dia langsung melamarku.Aku juga sudah setuju."Vivi..."Aku secara tidak sadar memalingkan kepala.Saat melihat pemilik suara itu, aku langsung menunjukkan ekspresi yang suram.Selangkah demi selangkah, Jacky keluar dari tempat gelap dan berjalan mendekati kami.Dia melototiku terus, matanya semakin memerah.Aku mengerutkan alis, "Jacky? Siapa yang memberitahumu alamatku?Jacky berkata dengan pelan, “Aku me

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 8

    Seseorang yang mengenalku mengirimkan aku sebuah tautan.Dia memberi petunjuk agar aku membuka tautan itu dan melihatnya.Setelah aku klik, ternyata Yuni sedang melakukan siaran langsung di rumah sakit.Dia berteriak keras dan menangis, mengatakan kalau aku yang menyebabkan dia mengalami keguguran.Berpura-pura terlihat lemah dan tertindas adalah trik andalan Yuni.Dilatarbelakangi rumah sakit dan hasil diagnosa.Orang-orang dengan mudah langsung mempercayai Yuni.Lewat propaganda online, Yuni membimbing netizen untuk melakukan kekerasan terhadap aku. Mereka menambahkan nomor whatapp-ku dan menerorku.Dalam sekejap, halaman media sosial aku benar-benar kacau.Setiap kali aku menyalakan ponsel, pasti muncul bahasa kotor dan caci maki mereka.Ada mantan teman sekolah, baik yang aku kenal maupun tidak, mereka semua ikut meramaikan suasana.Aku tertawa kesal, langsung menelepon polisi, kemudian menelepon Jacky.Aku meminta dia menyerahkan rekaman CCTV.Namun ternyata aku salah perhitungan.

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 7

    Setelah hari itu...Paman Johny dan Bibi Ida menelepon aku bergiliran satu per satu.Mereka bertanya apakah aku mau kembali.Aku langsung menolak dengan tegas.Tempat itu, aku baru berhasil melarikan diri dengan susah payah, bagaimana mungkin aku mau kembali ke sana lagi?Tepat di hari aku membuat janji makan malam bersama Samuel.Samuel masih berpenampilan lengkap seperti kemarin.Aku bisa mengerti, bagaimanapun juga, penampilannya itu memang terlihat agak mencolok.Aku memesan ruangan khusus tersendiri.Siapa sangka, di sana kami malah bertemu dengan Jacky, pria bajingan itu.Jacky bergegas mencengkram tanganku.“Vivi, ternyata kamu benar-benar mengkhianati aku?”“Aku selalu berpikir kalau kamu hanya bercanda. Aku nggak menyangka kamu bisa keluar makan malam dengan pria ini!”"Siapa dia!"“Jacky, apa kamu sedang berlagak sebagai CEO Arogan?”Aku tidak kuasa menahan diri, mengerling ke arahnya, kemudian mencubit lengan bawah Jacky dengan keras.Setelah dia melepaskan tangannya, aku be

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 6

    Bukankah Jacky bilang keberadaanku menghalangi dia dan Yuni hidup bersama?Baiklah.Pada hari yang sama, aku mengunggah foto sepasang tangan.Tangan pria yang besar, putih dan panjang itu menggenggam tanganku erat-erat.Berbentuk hati.Disertai sebaris tulisan yang sangat sederhana saja tapi cukup menghebohkan.[Pengumuman Resmi]Begitu terpasang di IG, kolom komentar langsung heboh.[Apa yang terjadi?][Tangan ini sepertinya bukan tangan Kak Jacky.][Vivi, apa yang kamu lakukan?][Aku sarankan cepat hapus.]Teman-teman Jacky langsung muncul dan memberi komentar.Aku senang sekali melihatnya, lalu meletakkan ponselku dengan puas.“Aku mengenalmu, kamu personel utama grup band pria yang sangat populer, Samuel Gutomo?"Pria itu melambaikan tangannya dengan malu, “Sekarang grup band kami sudah bubar, aku juga nggak di posisi utama lagi.”Hanya sekejap saja, aku sudah tahu kepribadian orang ini.Dia membungkus dirinya begitu rapat.Bisa jadi seorang bintang artis, mungkin juga pria yang pu

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 5

    “Jacky, kesabaranku terhadapmu sudah habis."Jacky tercengang, dia tidak percaya apa yang telah terjadi.Aku menggosok-gosok tanganku.Kemudian menganggukkan kepalaku terhadap dua senior yang berdiri di pintu dengan ekspresi tidak jelas.“Paman, Bibi... Aku masih ada hal yang harus aku lakukan, aku pamit dulu.”Tidak peduli apapun reaksi mereka berdua, aku langsung pergi.Setelah keluar dari sana, aku pun tergeletak di pinggir jalan.Saat Jacky memukulku, dia mungkin mengerahkan seluruh tenaganya.Pipiku sakit bukan main.Kalau tahu begitu, seharusnya tadi aku mengambil kesempatan untuk memberinya beberapa tamparan lagi.Jacky selalu begitu.Apapun yang terjadi, dia tidak pernah berpihak padaku. Dia hanya tahu menyalahkanku.Yuni suka berpura-pura seperti tertindas, dia suka memainkan trik.Saat SMA, aku sudah biasa kena getahnya.Seseorang mengurung Yuni di toilet, dia berteriak meminta pertolongan.Aku yang telah menyelamatkan Yuni.Kemudian dia jatuh ke pelukan Jacky, dengan maksud

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 4

    Aku sudah menerima ijazah kelulusanku.Resume yang aku kirim, juga mendapat banyak respon positif.Penawaran yang paling memuaskan datang dari pabrik besar di kota tetangga.Aku cepat-cepat mengatur waktu untuk ikut sesi wawancara.Memiliki pekerjaan adalah hal yang paling aku harapkan dalam kehidupanku yang lampau.Aku merasa sangat cemas. Untungnya, sebelum aku naik kereta api, pihak perusahaan sudah meneleponku dulu.Aku dinyatakan lulus.Duduk di Whoosh kereta api berkecepatan tinggi, aku bersemangat mencari rumah yang cocok.Mengingat aku akan segera menjauh dari Jacky, membuatku semakin bersemangat.Baru saja turun dari Whoosh...Aku sudah menerima telepon dari Jacky.Begitu menekan tombol terima panggilan, suara Jacky yang tidak sopan itu langsung terdengar."Vivi, di mana kamu?"Suasana langsung berubah tidak enak."Ada apa?"Suara Jacky semakin dingin, “Orang tuaku sudah kembali, mereka menyuruhmu datang makan malam.”Saat sampai di kediaman Keluarga Halim, hari sudah sangat s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status