Share

Bab 3

Author: Bunny
"Vivi, kamu cari mati!"

Jacky sangat emosi, dia mendorongku sampai jatuh dengan kekuatan yang lebih besar.

Bagian belakang kepalaku membentur anak tangga. Kepalaku terasa sangat sakit, penglihatanku juga menjadi kabur.

Aku mendengarkan Jacky berteriak marah.

"Vivi, kamu kecanduan dalam menindas orang, ya?!"

"Tinggal bersama manusia yang nggak tahu terima kasih sepertimu, membuat udara di rumah ini menjadi kotor. Benar-benar menjijikan!"

Aku menahan rasa sakit dan membuka mulutku untuk menghentikan kata-katanya yang semakin lama semakin tidak enak didengar.

"Aku akan pindah, jangan khawatir."

"Sebaiknya kamu bisa lakukan sesuai apa yang kamu bilang itu."

Semua amarah Jacky tertahan di tenggorokannya.

Dia melototiku, hingga akhirnya dia merangkul Yuni, berbalik dan pergi.

Aku menyentuh darah yang terasa lengket di belakang kepalaku, entah kenapa aku tiba-tiba teringat sesuatu.

Saat berusia lima belas tahun, hubunganku dengan Jacky masih jauh lebih baik, tidak seperti sekarang.

Semua itu karena aku sudah mengetahui rencana pernikahan kami sejak dini, aku juga tahu kalau cepat atau lambat kami akan menjadi sebuah keluarga yang sebenarnya.

Jadi aku selalu menempel padanya.

Saat dia memberontak dan diam-diam pergi ke warnet untuk main game, aku juga ikut dia pergi ke sana.

Kemudian karena main game, Jacky berkelahi dengan orang lain.

Aku mencoba melalaikan mereka, tetapi malah aku yang terluka. Secara tidak sengaja, jariku teriris.

Pada saat itu, Jacky bagaikan binatang buas.

Dia memukul pria yang badannya jauh lebih besar darinya, sampai pria itu babak belur dan meminta ampun.

Dulu aku yang tidak sengaja terluka, bisa membuat dia panik bukan main.

Namun sekarang, tanpa pandang bulu, dia malah menyakitiku demi orang lain. Dia bahkan memarahiku “cari mati!”

Namun semua itu sudah bukan masalah lagi.

Tunggu Paman Johny dan Bibi Ida pulang, aku akan mengakhiri pertunanganku dengan Jacky.

Aku melihat pelayan di sampingku. Dengan susah payah aku menarik sudut bibirku.

"Bisakah kamu mengantarku ke rumah sakit? Aku bisa memberimu uang.”

Pelayan muda yang baru datang itu baru hendak bergerak, tetapi sebelum dia mendekat, dia sudah ditarik mundur oleh pelayan lama.

Suara bisikan mereka yang sengaja direndahkan itu terdengar sampai ke telingaku juga.

"Cari mati!"

"Kamu nggak tahu kalau Tuan Jacky paling benci Nona Vivi?"

"Kalau sampai terlihat dia, kamu pasti akan dipecat!"

Pelayan muda itu ketakutan, melirikku untuk terakhir kalinya dan kabur.

Aku menggelengkan kepala dan tersenyum kecut, merangkak ke sudut dan memunggut ponsel yang layarnya sudah rusak.

Paman Johny dan Bibi Ida jarang berada di rumah.

Dalam sebulan, hanya tiga atau empat hari di rumah.

Jacky adalah satu-satunya tuan rumah di sini. Tidak hanya sekali, Jacky sudah sering mengatakannya...

Aku bukan anggota keluarga Halim, aku harus lakukan sendiri semua hal yang menyangkut diriku.

Jadi tidak ada orang yang berani mendekatiku.

Setiap kali aku pulang, sisa makanan pasti sudah dibuang ke tong sampah dan diikat dengan baik.

Piring yang ada di atas meja sudah kosong melompong.

Untungnya, aku sudah terbiasa.

Aku berusaha memaksakan diriku sendiri sampai ke rumah sakit.

Dokter mengatakan aku mengalami gegar otak.

Aku harus menjalani rawat inap selama dua hari untuk pengamatan.

Setelah keluar dari rumah sakit, aku kembali ke kediaman Keluarga Halim untuk mengemas barang-barangku.

Para pelayan memperhatikannya dengan tatapan dingin saat aku mengemasi barang-barangku sendirian.

Sore itu, aku mengemas semuanya dan mengirim barang-barang itu ke rumah sewaan yang aku sewa agak tergesa-gesa.

Ini hanyalah tempat tinggal sementara.

Aku harus menunggu sementara waktu sampai aku mendapatkan ijazahku, mendapat tawaran kerja dan mengakhiri pertunanganku dengan Jacky.

Saat itu, aku bisa pergi meninggalkan semua ini.

Hari ketiga setelah meninggalkan kediaman Keluarga Halim...

Jacky menelepon, suaranya terdengar agak mabuk.

"Kamu ke mana?"

"Ruang A12, cepatlah kemari."

Aku sedang sibuk menulis resume, ketika jalan pikiranku terinterupsi, aku merasa sedikit bete.

"Jacky, ada apa?"

Orang di ujung telepon terdiam.

Bahkan suara desas-desus di sekitar mereka pun menjadi jauh lebih tenang.

Aku bilang “halo” lagi, tapi tidak ada suara, jadi aku hendak menutup telepon.

Jacky tiba-tiba berbicara.

"Vivi, kamu ke mana?"

Aku sambil mengetik, menaruh ponselku di samping dan berkata dengan santai.

"Bukankah kamu bilang tinggal seatap denganku, membuat udara terasa menjijikkan, jadi aku pindah."

"Jangan khawatir, kelak aku tidak akan kembali lagi."

Napas pria itu semakin berat, dia tiba-tiba mencibir.

"Vivi, sejak kapan kamu menjadi begitu patuh?"

"Jangan-jangan dulu yang suka ikuti aku itu, bukan kamu?"

"Karena kamu begitu patuh, aku minta kamu keluar dari kota ini, menjauh dari pandanganku, bisakah kamu pergi!?"

"Vivi, aku nggak peduli trik apa yang kamu mainkan. Kalau kamu mengusik Yuni terus, awas kamu!"

Mouse di tanganku sepertinya agak sulit bergerak. Aku menatapi layar komputer.

Setelah beberapa saat, aku menyadari apa yang Jacky katakan.

Suara sarkastik Jacky terdengar.

"Kenapa, tidak bisa bilang apa-apa lagi?"

"Apa kamu nggak bosan memainkan trik setiap hari?"

"Kalau kamu minta maaf pada Yuni, aku akan mengizinkanmu balik kembali."

Aku berkata perlahan, "Baiklah, aku berjanji padamu, aku akan pergi."

Setelah mengatakan itu, aku tidak menunggu respon Jacky, aku langsung menutup telepon.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 9

    Awalnya aku dan Samuel memang tidak ingin terlalu cepat mengungkap hubungan kami.Sebelumnya dia memang punya pemikiran ingin pensiun dari dunia hiburan.Akibatnya, dia dibujuk terus oleh pihak perusahaan. Akhirnya dia pun menandatangani kontrak selama tiga tahun lagi.Setelah transformasinya berhasil, tanggapan publik cukup bagus. Sekarang, dia hanya main film layar kaca.Dia semakin lama semakin terkenal.Bahkan sekarang kami pergi berkencan saja, harus sembunyi-sembunyi dan hanya memilih keluar di malam hari.Samuel sudah tidak tahan lagi.Dengan cincin yang dia rancang sendiri, dia langsung melamarku.Aku juga sudah setuju."Vivi..."Aku secara tidak sadar memalingkan kepala.Saat melihat pemilik suara itu, aku langsung menunjukkan ekspresi yang suram.Selangkah demi selangkah, Jacky keluar dari tempat gelap dan berjalan mendekati kami.Dia melototiku terus, matanya semakin memerah.Aku mengerutkan alis, "Jacky? Siapa yang memberitahumu alamatku?Jacky berkata dengan pelan, “Aku me

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 8

    Seseorang yang mengenalku mengirimkan aku sebuah tautan.Dia memberi petunjuk agar aku membuka tautan itu dan melihatnya.Setelah aku klik, ternyata Yuni sedang melakukan siaran langsung di rumah sakit.Dia berteriak keras dan menangis, mengatakan kalau aku yang menyebabkan dia mengalami keguguran.Berpura-pura terlihat lemah dan tertindas adalah trik andalan Yuni.Dilatarbelakangi rumah sakit dan hasil diagnosa.Orang-orang dengan mudah langsung mempercayai Yuni.Lewat propaganda online, Yuni membimbing netizen untuk melakukan kekerasan terhadap aku. Mereka menambahkan nomor whatapp-ku dan menerorku.Dalam sekejap, halaman media sosial aku benar-benar kacau.Setiap kali aku menyalakan ponsel, pasti muncul bahasa kotor dan caci maki mereka.Ada mantan teman sekolah, baik yang aku kenal maupun tidak, mereka semua ikut meramaikan suasana.Aku tertawa kesal, langsung menelepon polisi, kemudian menelepon Jacky.Aku meminta dia menyerahkan rekaman CCTV.Namun ternyata aku salah perhitungan.

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 7

    Setelah hari itu...Paman Johny dan Bibi Ida menelepon aku bergiliran satu per satu.Mereka bertanya apakah aku mau kembali.Aku langsung menolak dengan tegas.Tempat itu, aku baru berhasil melarikan diri dengan susah payah, bagaimana mungkin aku mau kembali ke sana lagi?Tepat di hari aku membuat janji makan malam bersama Samuel.Samuel masih berpenampilan lengkap seperti kemarin.Aku bisa mengerti, bagaimanapun juga, penampilannya itu memang terlihat agak mencolok.Aku memesan ruangan khusus tersendiri.Siapa sangka, di sana kami malah bertemu dengan Jacky, pria bajingan itu.Jacky bergegas mencengkram tanganku.“Vivi, ternyata kamu benar-benar mengkhianati aku?”“Aku selalu berpikir kalau kamu hanya bercanda. Aku nggak menyangka kamu bisa keluar makan malam dengan pria ini!”"Siapa dia!"“Jacky, apa kamu sedang berlagak sebagai CEO Arogan?”Aku tidak kuasa menahan diri, mengerling ke arahnya, kemudian mencubit lengan bawah Jacky dengan keras.Setelah dia melepaskan tangannya, aku be

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 6

    Bukankah Jacky bilang keberadaanku menghalangi dia dan Yuni hidup bersama?Baiklah.Pada hari yang sama, aku mengunggah foto sepasang tangan.Tangan pria yang besar, putih dan panjang itu menggenggam tanganku erat-erat.Berbentuk hati.Disertai sebaris tulisan yang sangat sederhana saja tapi cukup menghebohkan.[Pengumuman Resmi]Begitu terpasang di IG, kolom komentar langsung heboh.[Apa yang terjadi?][Tangan ini sepertinya bukan tangan Kak Jacky.][Vivi, apa yang kamu lakukan?][Aku sarankan cepat hapus.]Teman-teman Jacky langsung muncul dan memberi komentar.Aku senang sekali melihatnya, lalu meletakkan ponselku dengan puas.“Aku mengenalmu, kamu personel utama grup band pria yang sangat populer, Samuel Gutomo?"Pria itu melambaikan tangannya dengan malu, “Sekarang grup band kami sudah bubar, aku juga nggak di posisi utama lagi.”Hanya sekejap saja, aku sudah tahu kepribadian orang ini.Dia membungkus dirinya begitu rapat.Bisa jadi seorang bintang artis, mungkin juga pria yang pu

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 5

    “Jacky, kesabaranku terhadapmu sudah habis."Jacky tercengang, dia tidak percaya apa yang telah terjadi.Aku menggosok-gosok tanganku.Kemudian menganggukkan kepalaku terhadap dua senior yang berdiri di pintu dengan ekspresi tidak jelas.“Paman, Bibi... Aku masih ada hal yang harus aku lakukan, aku pamit dulu.”Tidak peduli apapun reaksi mereka berdua, aku langsung pergi.Setelah keluar dari sana, aku pun tergeletak di pinggir jalan.Saat Jacky memukulku, dia mungkin mengerahkan seluruh tenaganya.Pipiku sakit bukan main.Kalau tahu begitu, seharusnya tadi aku mengambil kesempatan untuk memberinya beberapa tamparan lagi.Jacky selalu begitu.Apapun yang terjadi, dia tidak pernah berpihak padaku. Dia hanya tahu menyalahkanku.Yuni suka berpura-pura seperti tertindas, dia suka memainkan trik.Saat SMA, aku sudah biasa kena getahnya.Seseorang mengurung Yuni di toilet, dia berteriak meminta pertolongan.Aku yang telah menyelamatkan Yuni.Kemudian dia jatuh ke pelukan Jacky, dengan maksud

  • Melangkah Keluar dari Masa Lalu   Bab 4

    Aku sudah menerima ijazah kelulusanku.Resume yang aku kirim, juga mendapat banyak respon positif.Penawaran yang paling memuaskan datang dari pabrik besar di kota tetangga.Aku cepat-cepat mengatur waktu untuk ikut sesi wawancara.Memiliki pekerjaan adalah hal yang paling aku harapkan dalam kehidupanku yang lampau.Aku merasa sangat cemas. Untungnya, sebelum aku naik kereta api, pihak perusahaan sudah meneleponku dulu.Aku dinyatakan lulus.Duduk di Whoosh kereta api berkecepatan tinggi, aku bersemangat mencari rumah yang cocok.Mengingat aku akan segera menjauh dari Jacky, membuatku semakin bersemangat.Baru saja turun dari Whoosh...Aku sudah menerima telepon dari Jacky.Begitu menekan tombol terima panggilan, suara Jacky yang tidak sopan itu langsung terdengar."Vivi, di mana kamu?"Suasana langsung berubah tidak enak."Ada apa?"Suara Jacky semakin dingin, “Orang tuaku sudah kembali, mereka menyuruhmu datang makan malam.”Saat sampai di kediaman Keluarga Halim, hari sudah sangat s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status