Share

bab 18

Author: Rifval
last update Last Updated: 2025-12-25 09:32:42

Kemarahan masih mengusai hati Ratih dalam perjalanan menuju kantor. Namun ketika duduk kembali di tempat kerjanya, rasa jengkelnya perlahan mereda, bahkan lalu berganti penyesalan. Ia menarik nafas dengan perasaan tertekan. Ia tidak pernah bermadsud mengeluarkan kata-kata sekasar tadi kepada Tono, terlebih jika ingat alasan perhatian berlebihan pemuda itu terhadap dirinya. Barusan Ia hanya kecewa karena pemuda itu datang bukan sepenuhnya ingin berbaikan dengannya, tetapi membawa niat lain, hendak mencari tahu soal dirinya dan Pak Bahar.

Dari dulu Ia tidak suka orang terlalu mencampuri urusan yang dianggap berada dalam wilayah privasinya. Bahkan dengan kekasihnya sendiri pun, Restu, Ia membatasi diri. Tidak tahu apakah itu disebut angkuh atau kurang bisa mempercayai orang lain. Tapi itulah dirinya. Dan sekarang karena sifatnya itu, Ia sudah menyakiti sahabatnya, melukai hati pemuda yang bertahun-tahun memelihara cinta tak terbalas terhadapnya.

Lamunan Ratih tentu akan terus bergulu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Melati di Kubangan   bab 19

    Sepeninggal Atika, Ratih kembali meneruskan pekerjaannya, ditemani pak Razak yang menduduki meja di sebelahnya menggantikan Atika. Pak Bahar juga tampak sibuk di mejanya. Mereka masing-masing tenggelam dalam kesibukan dan tak saling bicara untuk untuk waktu lama, membuat suasana dalam kantor kelurahan yang sudah ditinggal para pegawainya itu semakin lengang. Hanya ada bunyi 'tak tik tuk' mesin ketik, dilatarbelakangi suara cocowetan burung-burung kecil dari pepohonan di belakang kantor. Lima belas menit berlalu, Ratih menghentikan kesibukkan dan sekilas melirik jam besar di atas dinding. Jarumnya sudah hampir menunjuk angka dua. Mereka biasanya bubar jam empat, atau paling lambat setengah lima. Berarti masih ada sekitar dua jam lagi. "Kenapa, Rat? Capek, ya?" Suara Pak Bahar tiba-tiba memecah kesunyian. Ratih agak terkejut. Ia cepat menggeleng. "Tidak, Pak. Saya hanya...sedikit pegal," "Istirahat dulu, Rat. Jangan memaksakan diri," timbrung pak Razak yang matanya tetap b

  • Melati di Kubangan   bab 18

    Kemarahan masih mengusai hati Ratih dalam perjalanan menuju kantor. Namun ketika duduk kembali di tempat kerjanya, rasa jengkelnya perlahan mereda, bahkan lalu berganti penyesalan. Ia menarik nafas dengan perasaan tertekan. Ia tidak pernah bermadsud mengeluarkan kata-kata sekasar tadi kepada Tono, terlebih jika ingat alasan perhatian berlebihan pemuda itu terhadap dirinya. Barusan Ia hanya kecewa karena pemuda itu datang bukan sepenuhnya ingin berbaikan dengannya, tetapi membawa niat lain, hendak mencari tahu soal dirinya dan Pak Bahar. Dari dulu Ia tidak suka orang terlalu mencampuri urusan yang dianggap berada dalam wilayah privasinya. Bahkan dengan kekasihnya sendiri pun, Restu, Ia membatasi diri. Tidak tahu apakah itu disebut angkuh atau kurang bisa mempercayai orang lain. Tapi itulah dirinya. Dan sekarang karena sifatnya itu, Ia sudah menyakiti sahabatnya, melukai hati pemuda yang bertahun-tahun memelihara cinta tak terbalas terhadapnya. Lamunan Ratih tentu akan terus bergulu

  • Melati di Kubangan   bab 17

    Dua bulan lewat semenjak Ratih pindah ke ruangan pak Bahar. Beberapa pegawai--dipelopori oleh para perempuan--yang semula memasang kuping dan mata siap mengendus hal-hal mencurigakan, menjadi kecele. Tak ada kejanggalan yang bisa diendus dari hubungan Ratih dan Pak Bahar. Segalanya tampak biasa dan seformil sebelumnya. Maka seiring waktu, Bisik-bisik miring itu pun mereda dengan sendirinya. Implikasi yang wajar karena para pegawai kantor itu pun punya urusan sendiri-sendiri dan tentunya tidak punya waktu terus-terusan menaruh perhatian pada hal-hal yang relatif tidak ada kaitannya dengan urusan mereka. Dalam hal tugas-tugas harian di kantor, Beban pekerjaan Ratih tidaklah bertambah berat dibanding sebelumnya. Malah justru lebih ringan. Kecuali dalam soal jam kerja. Bahwa sewaktu-waktu Ia harus siap berada di lapangan menemani Pak Lurah yang kadang membuat kunjungan kerja ke luar daerah, seperti kunjungan ke sebuah desa atau dusun terpencil. Tentunya bukan hanya dirinya, tapi nemb

  • Melati di Kubangan   bab 16

    Penunjukan Ratih yang secara tiba-tiba diangkat menjadi semacam asisten pribadi Pak lurah tentu saja mengejutkan pegawai lain. Meski tidak ada yang berani mengajukan protes, hal ini sudah lantas menjadi bahan gunjingan di kantor. Beberapa tidak puas karena menganggap sebagai tenaga honorer Ratih belum pantas menerima posisi itu. Meski dikatakan bahwa posisi yang tidak resmi itu hanya bertujuan meringankan tugas-tugas sekertaris, namun diam-diam para pegawai itu punya dugaannya sendiri, dan itu terkait dengan reputasi buruk Pak Bahar dalam hal perempuan, soal kegemarannya pada wanita-wanita muda berparas ayu. Dan amat kebetulan, Ratih adalah gadis tercantik bukan saja di kantor itu, tetapi mungkin di seluruh kampung. Maka tak pelak lagi, keadaan yang amat klop ini sudah lantas menimbulkan bisik-bisik miring mengenai diri mereka berdua, terutama tertuju ke arah Ratih. Mereka menyimpulkan bahwa gadis muda itu akhirnya menggunakan kecantikannya untuk merebut posisi. Meski demikian, pa

  • Melati di Kubangan   bab 15

    Mendengar lurah itu menyinggung soal keluarganya, perasaan Ratih tiba-tba dihinggapi rasa kurang nyaman. Tetapi ia menjawab terus terang. "Benar, Pak. Ibuku hanyalah ibu rumah tangga biasa, sementara Pamanku belum lama berdiam di kampung, jadi ... belum berhasil memperoleh pekerjaan yang layak," Pak Bahar tampak manggut-manggut dan tercenung agak lama. Setelah menarik nafas, Ia kembali berkata dengan nada agak sungkan."Maaf, Rat, kalau Bapak terlalu ingin tahu. Penghasilanmu yang...ya, katakanlah tidak seberapa di tempat ini, apakah cukup kau pakai membiayai hidup keluargamu? Madsud Bapak, mungkin kau punya penghasilan tambahan di luar, seperti jualan kecil-kecilan atau.. semacamnya?" Perasaan Ratih makin tidak enak. Kedua tangannya yang tersembunyi di bawah meja saling remas tanpa sadar. Kalau orang lain yang mengajukan pertanyaan seperti itu kepadanya, sudah tentu akan langsung dia tanggapi dengan kerutan alis tajam, bahkan bisa jadi akan didampratnya habis - habisan. Tapi perta

  • Melati di Kubangan   bab 14

    Sepuluh menit berikutnya, gadis itu nampak sibuk di meja kerjanya, sebelum bangkit berdiri dan menuju ke ruangan Pak Bahar. Ia mengetuk daun pintunya perlahan. "Masuk, " Begitu berada di dalam, hidung Ratih segera disambar wewangian tajam yang menyebar di ruangan 4x4 itu. Didapatinya Lurah itu sedang membaca surat kabar di meja kerjanya. Pak Bahar mengangkat wajahnya. Mulutnya mengembang senyum sambil perlahan melipat korannya. "Pintunya ditutup kembali, Rat," Ratih menurut meski sedikit heran. Tidak biasanya Ia diminta menutup pintu saat menyerahkan tugas. Apakah Lurah itu ingin berbicara dengannya? Pak Bahar menerima berkas dari si gadis dan meletakkannya di pinggir meja bersama surat kabar. "Duduklah dulu, Rat. Bapak hendak membicarakan sesuatu," Dada Ratih berdebar karena dugaannya ternyata benar. Lurah itu ingin bicara dengannya. Soal apa gerangan? Pikirnya was-was seraya mengambil tempat duduk di depan sang penguasa kantor itu. Dalam hati berdoa semoga tidak mendapat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status