Share

Melepas Cinta, Menggapai Diri
Melepas Cinta, Menggapai Diri
Author: Amrita

Bab 1

Author: Amrita
Wanda datang bersama putrinya ke hotel, sementara pesta ulang tahun putranya yang kelima sudah berlangsung.

Harvey duduk di sisi putranya, cahaya lilin yang hangat menerangi wajah polos anak itu.

Jojo merapatkan kedua tangannya dan membuat permohonan, "Aku harap Tante Nadya bisa jadi mama baruku."

Wanda menggigil kedinginan, hujan di luar sangat deras. Agar putrinya dan kue ulang tahun yang dibawanya tidak kehujanan, separuh tubuhnya telah basah oleh air hujan.

Pakaiannya terasa seperti lapisan es tipis, melekat di kulitnya dan membuatnya menggigil kedinginan.

Nadya tertawa lepas. "Sudah berapa kali aku bilang, jangan panggil aku tante! Panggil saja Kak Nadya! Aku dan papamu bersahabat baik. Aku cuma bisa jadi papa kedua buatmu."

Tawa Nadya menggema di seluruh ruangan. Semua yang ada di sana adalah teman dekat Nadya, dan mereka pun tertawa bersamanya. Namun, di antara mereka semua, hanya dia yang berani menggoda Harvey di depan banyak orang.

Mata cerah Jojo berkedip sambil memberikan senyum manis pada Nadya.

Nadya membelai wajah Jojo dan bertanya, "Jojo kenapa tiba-tiba mau punya mama baru?"

Jojo cepat-cepat melirik Harvey. "Karena Papa suka sama Kak Nadya!"

Nadya tertawa, sambil memeluk Jojo di pangkuannya dan menyandarkan dirinya ke bahu Harvey.

Dia menyeringai ke arah Harvey, "Mata Jojo memang jeli ...."

Harvey mengerutkan dahi dan berkata kepada semua orang.

"Perkataan anak-anak nggak usah dianggap serius."

Dia meminta semua orang untuk tidak mengambil hati.

Namun, anak kecil tidak pernah berbohong.

Semua orang tahu, Harvey dan Nadya sudah berteman sejak kecil.

Nadya banyak bergaul dengan teman laki-laki, sehingga Bapak dan Ibu Ferdian kurang suka padanya.

Pada usia 18 tahun, Wanda dibawa kembali ke keluarga Jinata, dengan harapan besar dan penuh cinta. Kemudian Wanda menikah dengan Harvey dan memberinya anak laki-laki dan perempuan.

Orang-orang di dalam ruangan mulai menggoda.

"Kamu lebih suka sama Mama atau Kak Nadya?"

"Aku lebih suka sama Kak Nadya! Mama kampungan!"

Senyum dingin samar-samar melintas di mata Nadya. Dia memeluk Jojo erat dan mencium keningnya.

Wanda merasa darahnya beku.

Dari kecil, Jojo tidak suka bersentuhan fisik dengan orang lain.

Ketika Wanda memeluknya, dia selalu menghindar dan menolak.

Dia mirip dengan ayahnya, dingin dan sulit untuk didekati.

Namun, sekarang Jojo duduk di pangkuan Nadya, sambil tersenyum mesra padanya.

Harvey melihat Nadya dengan tatapan lembut, sesuatu yang tak pernah dilihat Wanda sebelumnya.

Mereka terlihat lebih seperti keluarga.

"Mama." Suara putrinya memanggilnya kembali.

Wanda menunduk dan melihat putrinya, air mata membuat pandangannya kabur.

"Kalau Sasha, apa harapan ulang tahunmu?" Suaranya bergetar.

"Sasha cuma mau Mama!"

"Lalu bagaimana dengan Papa dan Jojo?"

Air mata panas membasahi punggung tangan Sasha, dan membuatnya panik.

"Mama jangan menangis, aku akan bicara dengan Jojo supaya jangan terus-terusan menempel sama Tante."

Sasha dan Jojo adalah anak kembar. Saat Wanda melahirkan mereka, dia kehilangan banyak darah, dan saat itu, dia menelepon Harvey di ruang bersalin, tetapi yang mengangkat telepon adalah Nadya.

"Harvey sedang pergi beli popcorn, dia menemani aku di Taman Ria untuk menonton kembang api. Kamu fokus saja melahirkan, ya."

Suara ledakan kembang api terdengar di telinga Wanda.

Sejak hari itu, hatinya penuh dengan luka.

Wanda menggenggam tangan Sasha dan mendorong pintu ruang VIP.

Semua orang terdiam.

"Kenapa Bu Wanda bisa datang?"

Padahal ini pesta ulang tahun anak-anaknya, tetapi kedatangannya justru membuat semua orang terkejut.

Seakan Wanda memang tidak seharusnya datang ke sini.

Nadya memeluk Jojo dengan erat, diam-diam menunjukkan kekuasaannya atas anak itu.

Wanda meletakkan kotak kue di atas meja, wajahnya masih basah oleh hujan yang belum sempat dia seka.

Jojo menoleh dan melihat wajah Nadya yang bersih tanpa riasan, rambut hitamnya terurai lembut dan halus.

Lalu dia melihat ke Wanda, bibirnya cemberut kecewa.

Wanda membuka kotak kue yang dibawanya. Di atas kue yang dia buat sendiri itu, ada gambar kartun Jojo dan Sasha yang dia gambar sepanjang sore.

Dia membelah kue itu dengan tangan bergetar.

Wanda mendorong setengah bagian kue yang dipotong ke arah Jojo.

"Jojo, aku akan wujudkan keinginan ulang tahunmu. Mulai sekarang, aku nggak akan jadi mamamu lagi."

"Apa yang kamu lakukan?"

Harvey menyuruhnya berhenti dengan dingin.

Wanda menatapnya, tanpa ada lagi keterikatan dalam pandangannya. "Kita bercerai, Sasha ikut aku, Jojo ikut kamu."

"Apa Mama sedang kesal?" Jojo yang sudah sangat pintar itu melihat Wanda dengan tatapan yang sama dinginnya seperti tatapan Harvey.

"Mama, bisa nggak jangan terlalu berlebihan? Aku nggak suka merayakan ulang tahun sama Mama, karena Mama selalu saja mengatur apa yang aku makan."

Jojo melihat gambar kartun di atas kue dan berkata, "Jelek banget!"

"Aku sudah bosan dengan kue buatan Mama! Hari ini aku mau makan kue dari Kak Nadya!"

Sasha berteriak, "Jojo! Kamu nggak boleh sembarangan makan kue dari luar, kamu bisa alergi!"

"Kue itu nggak mengandung banyak susu!" Suara Nadya terdengar agak menyalahkan. "Jojo itu anak laki-laki, jangan terlalu dimanja! Dia alergi susu karena Kak Wanda terlalu hati-hati dan nggak memberinya susu!"

Nadya menunduk, bertanya pada anak yang ada di pangkuannya, "Jojo, kamu mau percaya sama aku? Kamu harus makan lebih banyak kue yang mengandung susu, supaya tubuhmu bisa membuat antibodi, nanti kamu nggak akan alergi susu lagi!"

Jojo mengangguk dengan mantap. "Aku percaya Kak Nadya. Mama itu kampungan, dia nggak tahu apa-apa!"

Wanda tersenyum dengan hati hancur, perasaannya dipenuhi kekecewaan yang mendalam.

Dia sudah menikah dengan Harvey selama tujuh tahun, tapi belum pernah bisa menghangatkan hati pria itu.

Mengasuh Jojo selama lima tahun, darah dan daging yang berasal darinya kini berubah menjadi senjata tajam yang menyakiti dirinya.

"Kalau kamu nggak suka kue yang aku buat, buang saja." Serasa ada bilah pisau melukai tenggorokannya, meninggalkan rasa anyir di mulutnya.

"Jojo, selama ini, apa pun yang kamu butuhkan, aku akan selalu berusaha untuk memenuhi keinginanmu. Kalau kamu ingin ganti mama baru, maka aku akan kasih tempat untuk Nadya."

Dia menatap putranya sambil berkata, "Ini adalah ucapan selamat ulang tahun terakhir dari Mama."

Wanda menggenggam tangan Sasha dan berkata lembut, "Ayo kita pergi."

Putra, suami, semuanya dia tinggalkan.

"Wanda." Harvey memanggilnya, wajah tampannya sedingin es. "Kamu benar-benar percaya kata-kata anak kecil?"

"Ya, aku percaya. Besok sore jam tiga, di kantor catatan sipil Rogasa, jangan terlambat."

Wanda menatap Harvey yang telah dia cintai selama tujuh tahun, tetapi kini hanya ada ketegasan dalam tatapan pria itu.

Dia menoleh, dan melihat seorang pria tinggi tegap berdiri di pintu.

Cahaya lampu menyinari wajahnya yang tampan dengan garis tegas, pandangannya sempit, seperti sedang menonton sebuah pertunjukan.

Wanda mengenalnya. Dia Andre Setiadi, pemimpin tertinggi di kalangan elite Jinggara. Di depan orang lain, Harvey terlihat akrab dengannya, tetapi di belakang, mereka sebenarnya saling berselisih.

Di pesta ulang tahun Jojo dan Sasha, Harvey mengundang orang-orang terkenal, dan tanpa disangka dia bisa mengundang Andre yang legendaris ini.

Nadya segera meletakkan Jojo di kursi anak-anak, lalu mengangkat tangan dengan riang. "Hei! Andre, baru saja aku panggil, kamu sudah ada di sini!"

"Aku bukan datang karena kamu," kata Andre, namun tidak menatap Nadya.

Pandangannya mengarah ke belakang, tetapi Wanda sudah pergi.

Andre tersenyum tipis, lesung pipi kecil yang memikat muncul di sudut bibirnya yang menawan.

Dia bertanya pada Harvey, "Istrimu mau bercerai denganmu, lalu ....

Apa aku harus memanggilnya dengan sebutan lain sekarang?"

"Dia nggak akan bercerai denganku!" Harvey menjawab dengan yakin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Fitria Agustin
baru aja nonton dracinnya... ehh ketemu novelnya sama persis ......
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
good wanda ada umur 5 th sdh arogan terhadap ibunya ,lebih baik cerai wanda
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 134

    Nadya merasa sangat puas. Dia melepaskan Jojo, lalu melihat ada bekas noda di jaketnya."Hmm? Tadi kamu minum air ya?"Jojo menggeleng."Tadi aku muntah."" ... " Wajah Nadya langsung berubah seketika.Dia buru-buru mengambil tisu basah dan menyeka jaketnya, tapi rasanya malah makin kotor.Nadya menggertakkan gigi geraham belakangnya, lalu diam-diam mendorong Jojo sedikit menjauh."Jojo, kamu duduk, ya."Nadya refleks menahan napas, dia bisa mencium bau busuk dari jaketnya!Sandy duduk di samping Nadya. Melihat Jojo begitu lengket pada putrinya yang bungsu, dia mengangguk puas.Soal perceraian putri sulungnya dengan Harvey, sebenarnya dia tidak terlalu khawatir. Asalkan salah satu dari kedua putrinya bisa mengikat hati Jojo dan Harvey, keluarga Jinata tetap bisa bergantung pada keluarga Ferdian.Saat melihat Nadya bersama kakek-neneknya, Sasha berhenti melangkah. Wajah kecilnya tampak serius.Wanda bertanya, "Pak Leonard, dia ...."Harvey menjawab datar, "Paman mendadak ada urusan ....

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 133

    "Papa!" Jojo membawa ranselnya, berlari gembira ke arah Harvey.Harvey jarang sekali menjemputnya di sekolah, jadi Jojo sangat bersemangat.Para ibu yang melihat Harvey pun sampai tertegun dan sulit melangkah.Yuda menghampiri Wanda, lalu dengan hormat mengundangnya, "Nona Wanda, silakan naik ke mobil."Wanda menolak, "Nggak perlu, aku dan Sasha akan naik taksi ke restoran."Dia memang tidak ingin berada dalam ruang sempit bersama Harvey.Yuda mencoba membujuk, "Pak Harvey hari ini sengaja datang menjemput Anda dan Nona Sasha."Wanda mengeluarkan ponsel dan hendak memesan taksi daring.Yuda pun berjalan ke arah pintu mobil Maybach dan melapor kepada Harvey.Tak lama kemudian, ponsel Wanda berdering. Dia kira itu telepon dari sopir taksi daringnya dan langsung mengangkatnya.Suara Harvey terdengar seperti angin dingin dari kutub utara. "Taksi daring dalam radius lima kilometer sudah aku suruh berhenti semua. Kalau kamu mau jalan kaki ke restoran bersama Sasha, aku nggak akan menghalangi

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 132

    Dalam balutan mantel cokelat pudar, Candra seolah menjelma menjadi musang kuning yang sedang menggoyang-goyangkan ekornya, pura-pura ramah padahal penuh kelicikan.Wanda menatapnya diam-diam, bertanya-tanya sandiwara apa sebenarnya yang ingin dia mainkan.Melihat Wanda tidak menanggapi, Candra berkata dengan wajah serius, "Dengan kondisi di negara kita saat ini, talenta terbaik pun sulit untuk bersinar!""Seperti aku ini, sungguh merasakannya. Aku harus berjuang mati-matian agar bisa keluar dari kota kecil yang tertinggal.""Wanda, aku bicara seperti ini karena menghargaimu. Kalau kamu ingin menekuni riset, ingin berkarya secara akademis, lebih baik melakukannya di luar negeri. Negara kita masih terlalu tertutup, hanya di luar sana kamu bisa benar-benar bebas berekspresi."Wanda menjawab, "Sekarang yang aku pikirkan hanya bagaimana menghidupi keluarga."Melihat bahwa Wanda tidak punya ambisi besar, senyum sinis muncul di wajah Candra. Bagi dia, Wanda hanya cerdas secara akademis dan bi

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 131

    Wanda berdiri dan menjawab, "Ya, aku ibunya."Guru itu memperkenalkan diri, "Saya wali kelas utama dari Kelas Kecil 2."Belum selesai dia bicara, Kiara langsung berteriak, "Wanda! Putrimu hari ini kembali memukul anak-anak dari kelas kecil!"Para orang tua murid dari kelas kecil segera menarik anak-anak mereka ke belakang, menjaga mereka dengan cemas.Guru kelas kecil itu buru-buru melambaikan tangan. "Nggak, nggak! Hari ini, dalam kegiatan edukasi keselamatan di sekolah, Sasha berhasil mengalahkan orang jahat bertopeng. Dengan gagah berani dia melindungi anak-anak kelas kecil. Kami khusus memberikan bunga merah besar sebagai penghargaan kepada Sasha.""Mama, lihat ini." Dengan bangga, Sasha mengeluarkan bunga merah besar yang dia terima dan menunjukkannya kepada Wanda seperti mempersembahkan harta karun.Kiara yang berdiri di samping, tertegun mendengar semua penjelasan itu.Wanda bertanya, "Setahuku, guru wali kelas Sasha nggak memberi kabar bahwa hari ini ada kegiatan edukasi kesela

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 130

    Seorang orang tua murid berkata pelan padanya, "Nona Wanda, terima kasih banyak karena sudah membuat Pak Lukman pergi. Sekarang Kepala Bagian Kurikulum yang menjabat sebagai kepala sekolah, dan telah melakukan banyak reformasi. Aku yakin tahun ini penilaian dan penghargaan siswa pasti akan lebih adil dan jujur!"Wanda merendah, "Itu bukan jasaku. Hari itu, kalau saja Lukman tidak membuat keributan dan ingin mengeluarkan Sasha, dia mungkin juga nggak akan jatuh."Beberapa orang tua dan guru sangat berterima kasih pada Wanda. Mereka sudah lama merasa tertekan oleh Lukman."Wanda!" Kiara datang sambil menggandeng tangan Fanny, wajahnya berseri-seri. Di sebelahnya ada Candra.Kiara memoles wajahnya sangat putih, alisnya tipis melengkung, dia mengenakan mantel wol bergaya tegas, membawa tas mewah di tangan, dan kalung yang menggantung di sweternya adalah giok senilai lebih dari 10 miliar.Sebelumnya di rumah keluarga Ferdian, Kiara bahkan sengaja menunjukkan liontin itu kepada Wanda untuk p

  • Melepas Cinta, Menggapai Diri   Bab 129

    Anak-anak yang satu tim dengannya ada yang bertumpu dengan kedua tangan di tanah sambil menjulurkan lidah, ada pula yang duduk di tanah menatap langit."Jojo, kami bahkan nggak bisa bangun lagi! Masih mau tanding ulang?"Duduk di samping, Jojo menatap guru olahraga yang sedang menyerahkan bunga merah kecil kepada Sasha.Guru olahraga juga mendapatkan lima bunga merah kecil, dan karena Sasha berhasil menjadi juara seorang diri mewakili lima orang, dia pun memperoleh lima bunga itu sekaligus.Wajah Jojo masam tak terkira.Dia menunjuk Sasha dan memberi perintah, "Orang yang menang juara pertama, bertugas merapikan peralatan!""Kenapa harus begitu?!" Susan membela Sasha.Fanny juga ikut bertanya, "Kenapa orang yang menang justru harus merapikan peralatan?"Jojo menjawab, "Yang lain semua sudah kehabisan tenaga karena Sasha! Lihat, dia sama sekali nggak berkeringat! Kalau bukan dia yang merapikan, siapa lagi yang bisa?"Susan berbisik, "Jojo, kamu sendiri kelihatannya masih sangat kuat!"J

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status