Share

Bab 2

Author: Tansera
Jeremy tidak pulang semalaman. Keesokan paginya, Rena menerima telepon dari dosennya, Claude.

Suaranya terdengar sangat bersemangat. "Rena, kamu benar-benar mau ikut aku ke luar negeri untuk studi dan kerja lapangan? Tujuan pertama kita adalah ikut misi bersama organisasi Dokter Lintas Batas. Itu cukup berbahaya, dan kemungkinan besar kamu akan lama nggak bisa berkomunikasi dengan orang-orang di dalam negeri!"

Dengan suara pelan tapi mantap, Rena menjawab, "Iya, aku sudah memutuskan."

Mendengar keteguhannya, Claude justru terdengar ragu. "Kamu dulu menolak karena bilang akan menikah dengan pacarmu, 'kan? Kenapa sekarang ...."

"Aku akan putus dengannya," ucap Rena tenang.

Claude langsung paham, pasti ada sesuatu yang terjadi dalam hubungan mereka. Dia menghela napas. "Kamu sudah pikirkan matang-matang? Nggak akan menyesal?"

Rena berkata, "Nggak akan."

Claude pun langsung menanggapi, "Kalau begitu, dua hari ini tolong lengkapi berkas pribadimu dan serahkan ke aku. Akan kuurus semua dokumennya. Kita berangkat sebulan lagi."

Setelah menutup telepon, Rena menerima pesan dari Jeremy.

[ Rena, ada urusan mendadak di kantor. Aku harus dinas keluar kota. Nanti aku kontak kamu lagi saat sudah balik ke Southville. Tunggu aku di rumah, ya.]

Rena memandangi pesan itu dengan tersenyum pahit, lalu menyimpan ponselnya dan mulai menyusun data pribadi.

Keluarganya berasal dari pegunungan terpencil. Di desanya hanya ada belasan kepala keluarga dan nenek Rena adalah satu-satunya orang yang bisa mengobati orang sakit.

Sejak usia tiga tahun, Rena sudah mengikuti sang nenek menghafal berbagai jenis tanaman dan mineral serta kegunaannya dalam pengobatan. Dia belajar pengobatan tradisional sejak kecil.

Saat Jeremy jatuh dan ditemukan olehnya, matanya buta total. Rena bersumpah akan menyembuhkan penglihatannya. Tanpa ragu, dia mendaftar ke fakultas kedokteran jurusan klinis.

Waktu itu, Jeremy benar-benar baik padanya. Dia menggunakan semua koneksi Keluarga Hardez, menghubungi para pakar terbaik di seluruh negeri, hingga akhirnya berhasil membuat salah satu profesor top bersedia menerima Rena sebagai murid.

Rena sendiri memang berbakat dan kemampuannya dalam ilmu kedokteran pun berkembang pesat.

Setelah Rena berhasil menyembuhkan mata Jeremy, dia langsung menarik perhatian Claude, salah satu pakar medis top di negeri itu, yang kemudian menjadikannya murid terakhirnya.

Enam bulan yang lalu, Claude merencanakan membawa tiga muridnya ke luar negeri untuk studi dan pertukaran ilmu kedokteran. Tujuannya adalah untuk mempelajari kasus-kasus penyakit yang langka, sekaligus membantu lebih banyak pasien di berbagai belahan dunia.

Destinasi pertama mereka adalah bergabung dalam misi kemanusiaan bersama organisasi Dokter Lintas Batas. Rena akan ikut pergi bersama sang guru dan saat itu tiba, Jeremy tidak akan pernah bisa menemukannya lagi.

Setelah selesai merapikan semua dokumen pribadinya, Rena kembali menerima pesan video dari nomor tak dikenal. Dia mengetuk layar dan memutarnya.

Dalam video itu, tampak Nadia bersandar lemah di pelukan Jeremy dengan wajah pucat.

Dengan suara manja dan lembut, Nadia berkata, "Jeremy, aku hanya ingin jadi istrimu selama satu bulan saja. Setelah itu aku akan pergi. Kamu tetap bisa kembali ke Rena. Ini satu-satunya permintaan terakhirku sebelum mati. Kumohon, kabulkan, ya?"

Jeremy menundukkan pandangan, menatapnya dengan penuh kasih sayang. "Nadia ... aku setuju."

Mata Nadia langsung berbinar, dipenuhi kegembiraan. "Makasih, Jeremy! Aku tahu kamu pasti akan setuju!"

Lalu, suara lain terdengar di latar, bertanya dengan pelan, "Jeremy, kalau kamu menikah dengan Nadia ... bagaimana kalau Rena tahu?"

Jeremy menjawab dengan tenang, "Dia nggak akan tahu. Setelah Nadia ... pergi, aku akan kembali padanya, menjadi Jeremy yang sepenuhnya mencintai Rena."

Video terputus.

Namun, beberapa detik kemudian, nomor asing itu kembali mengirim sebuah foto. Buku nikah berwarna hijau dan merah, dengan nama Jeremy dan Nadia tercetak jelas. Merahnya seperti warna darah yang mengalir dari dada Rena.

Dia memejamkan mata.

Saat lulus kuliah, Rena pernah nekat melamar Jeremy lebih dulu. Namun waktu itu, Jeremy menolak.

Katanya, pernikahan adalah hal besar dan harus datang dari dirinya. Mulai dari lamaran, upacara, hingga pencatatan pernikahan, semua harus dia siapkan dengan sepenuh hati, demi memberikan Rena sebuah momen yang lengkap dan layak dikenang.

Ternyata, alasannya bukan karena waktunya belum tepat. Melainkan karena orangnya bukan Rena.

Jika yang berdiri di hadapannya adalah Nadia, Jeremy bisa langsung menikah hari itu juga.

Hari ketiga, Rena resmi mengundurkan diri dari rumah sakit dan menyerahkan semua dokumen pribadinya kepada Claude untuk pengurusan keberangkatan ke luar negeri.

Baru saja sampai di rumah, dia kembali menerima pesan video dari nomor asing.

Dalam video itu, Nadia memeluk Jeremy sambil berkata, "Beri aku seorang anak, ya? Sebulan lagi aku akan pergi bersama dia, jadi setidaknya kita nggak akan merasa sendirian."

Jeremy menatapnya dengan penuh kasih. "Baiklah."

Setelah mematikan video, Rena terdiam lama.

Lalu, dia tersenyum pahit mentertawakan dirinya sendiri. Dia berdiri, lalu mulai mengumpulkan semua barang-barang yang dulu digunakannya dengan Jeremy. Dimulai dari perlengkapan pasangan, barang-barang kenangan, semuanya dia kemas dan dibuang ke tempat sampah di bawah apartemen.

Tiba-tiba, suara Jeremy terdengar dari belakang. "Rena, kamu sedang apa?"

Jeremy berdiri tepat di sampingnya.

Rena tidak menoleh. Dia hanya berkata pelan, "Lagi beresin barang-barang lama."

Begitu mereka naik ke atas, Jeremy langsung sadar bahwa banyak barang yang hilang dari rumah. Bahkan sikat gigi elektrik pasangan mereka pun lenyap.

Jeremy bertanya heran, "Sikat gigi kita itu baru kamu beli, 'kan? Kenapa dibuang juga?"

Rena sempat terdiam, lalu menjawab datar, "Merek itu katanya lagi kena skandal. Aku malas pakai."

Jeremy terkekeh, lalu seperti biasanya, mengangkat tangan hendak mengelus rambut Rena. "Kamu memang selalu detail banget."

Namun, Rena menghindari tangannya. Dia menatap langsung ke mata Jeremy dan berkata, "Jeremy, kamu tahu sendiri, aku memang nggak bisa pura-pura buta kalau ada sesuatu yang salah."

Namun, Jeremy tidak menangkap maksud sebenarnya dari ucapan Rena. Dia malah menarik Rena ke dalam pelukan.

"Baiklah, baiklah ... Rena-ku memang gadis paling jujur dan lurus yang pernah aku kenal."

Namun, yang terlintas di kepala Rena adalah video-video adegan Jeremy dan Nadia yang begitu intim dan menyakitkan. Perutnya mendadak terasa mual. Dia mendorong tubuh Jeremy dengan keras, lalu memalingkan wajah sambil menutup mulut, menahan rasa mual yang tak tertahankan.

Wajah Jeremy langsung berubah tegang. "Rena, kamu hamil?"

Rena mendongak menatapnya. "Kalau aku bilang iya, kenapa?"

Tanpa ragu sedikit pun, Jeremy berkata, "Gugurkan. Sekarang belum saatnya kita punya anak."

Namun, pria itu malah setuju jika Nadia ingin mengandung anaknya. Apakah ada orang yang lebih tidak layak hamil daripada pasien kanker?

Meski sebenarnya, penyakit kanker itu hanyalah kebohongan yang dibuat Nadia untuk menipunya.

Rena tertawa pelan, mengejek dirinya sendiri. "Aku cuma bercanda. Beberapa hari ini makanku nggak teratur, jadi perutku agak sakit."

Jeremy pun tampak lega. Dia segera menatap Rena dengan penuh perhatian. "Perut kamu sakit lagi? Rena, kamu pasti nggak jaga diri waktu aku nggak ada, ya? Lain kali aku pergi dinas, aku bawa kamu masuk saku deh."

Dengan sigap, dia mencarikan obat maag dan menuangkan air hangat, lalu menyodorkannya ke bibir Rena.

Malam itu, dia juga turun tangan sendiri memasak makan malam. Hidangan yang dia siapkan semuanya adalah makanan favorit Rena.

Kalau saja Rena tidak mendengar dan melihat semuanya dengan mata kepala sendiri, dia takkan pernah menyangka bahwa pria yang begitu perhatian ini ternyata sudah menikah dengan wanita lain, bahkan berencana memiliki anak dengannya.

Malamnya, saat mereka berbaring bersama, Jeremy memeluk pinggang Rena dari belakang. Kemudian, dia mulai menyentuh bagian kancing piama Rena dan berniat melepasnya.

Saat itu juga, bulu kuduk Rena langsung berdiri. Tanpa berpikir panjang, dia menghindar ke tepi ranjang. "Aku nggak enak badan. Nggak mau."

Jeremy langsung memeluknya kembali. "Maaf, maaf ... itu salahku. Suamimu ini nggak akan ganggu kamu lagi. Istirahat yang tenang, ya?"

Wajah Rena terbenam di dadanya, tapi bibirnya menyunggingkan senyum sinis.

Siapa sebenarnya yang jadi suaminya?

Rena memejamkan mata dan berpura-pura tertidur. Tak lama kemudian, dia mendengar Jeremy mengambil ponselnya.

"Rena? Sayang?" panggilnya pelan.

Rena tetap diam, tidak bergerak sedikit pun.

Tak lama kemudian, Jeremy bangkit dari tempat tidur. Rena pun mendengar suara pintu dikunci dari luar. Tak lama setelah itu, ponselnya bergetar. Dia tidak perlu menebak ke mana Jeremy pergi. Semuanya sudah jelas.

Rena tetap terbaring di tempat tidur dan matanya masih terpejam. Namun, air matanya sudah mengalir deras. Dia tidak tahu bagaimana akhirnya dia bisa tertidur.

Pagi harinya, dengan tubuh letih dan mata sembap, Rena membuka matanya.

Dalam ponselnya, ada dua pesan.

Satu dari nomor asing. Isi pesannya adalah foto Jeremy dan Nadia yang tengah bertemu diam-diam di tengah malam.

Satu lagi, dari Jeremy sendiri.

[ Rena, hari ini hari peringatan kematian nenekmu. Aku semalam kerja lembur di kantor supaya urusan selesai. Jam sembilan aku jemput kamu, kita ke pemakaman sama-sama, ya. Tunggu aku. ]

Dua pesan yang berdampingan itu terkesan sangat ironis.

Tanpa berkata apa-apa, Rena bangkit dari tempat tidur dan merebus sebutir telur, lalu menggunakannya untuk mengompres matanya yang bengkak.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Melepas Cintaku Demi Cintamu   Bab 14

    "Aku boleh datang menemuimu? Kita bicara langsung bertatap muka," tanya Jeremy.Namun, Rena menolak, "Nggak perlu. Di mana pun tempatnya, jawabanku tetap sama."Jeremy belum menyerah. "Kalau begitu ... aku tunggu kamu pulang ke negara kita. Nanti aku akan mengejarmu lagi dari awal. Kali ini aku akan melakukannya dengan benar. Aku akan membuat seluruh kota ... nggak, seluruh negeri ini, bahkan seluruh dunia tahu kalau aku mencintaimu. Aku ingin ...."Rena menyela, "Maaf, Jeremy Hardez. Sekarang aku telah menemukan terlalu banyak hal bermakna dalam hidupku. Untuk sementara, aku nggak tertarik menjalin hubungan. Kita nggak perlu berhubungan lagi ke depannya."Begitu selesai mengucapkan kalimat itu, Rena langsung memutus sambungan telepon.Tanpa peduli Jeremy yang masih terus memanggil namanya di seberang sana. Di telinganya hanya tersisa suara tut ... tut ....Jeremy terdiam lama.Lalu tiba-tiba, dia memegangi dadanya dan akhirnya mengeluarkan jeritan pilu yang penuh derita. Rasa sakit it

  • Melepas Cintaku Demi Cintamu   Bab 13

    Meski perjalanan belajar ke luar negeri itu diprakarsai oleh sang guru, Claude sama sekali tidak menetapkan jadwal maupun rute tertentu. Ketika Claude menerima telepon darurat dari dalam negeri dan harus segera pulang, Rena masih ingin melanjutkan perjalanannya.Claude tidak menahannya, bahkan mendukung sepenuhnya.Sejak dulu, dia memang percaya bahwa seorang dokter harus banyak menemui pasien agar kemampuan medisnya semakin matang.Akhirnya, Rena pun tetap tinggal di luar negeri bersama dua rekan dokter lainnya yang juga memiliki bakat luar biasa. Mereka terus bepergian, mengobati lebih banyak pasien, sambil menikmati keindahan dunia yang luas dan beragam.Setelah menyaksikan luas dan agungnya alam semesta, serta betapa kecil dan berharganya kehidupan manusia, hati mereka perlahan menjadi semakin damai.Saat baru pergi ke luar negeri, meski sesekali memaksakan diri untuk tersenyum, ekspresi Rena tetap terlihat seperti sedang menangis. Sebagian besar waktu, dia hanya diam membisu.Namu

  • Melepas Cintaku Demi Cintamu   Bab 12

    Jeremy bekerja tanpa henti sepanjang hari, tidak makan ataupun tidur untuk menyelesaikan semua urusan pekerjaannya lalu segera menaiki pesawat.Namun setelah melewati berbagai rintangan dan akhirnya tiba di rumah sakit tempat Rena berada, dia malah tidak menemukan Rena.Bagai disambar petir, Jeremy menggeleng dengan kuat. "Nggak mungkin .... Rena nggak mungkin sudah meninggal! Nggak mungkin!" Dia mencengkeram orang di hadapannya dengan kekuatan yang luar biasa. "Ke mana dia?!"Orang itu menjelaskan, "Dokter Rena memang sedari awal hanya datang untuk membantu. Dia bukan bagian dari organisasi Dokter Lintas Batas. Dia pergi bersama gurunya, Pak Claude. Mereka bilang ingin lanjut ke tempat lain untuk mengobati pasien."Mendengar hal itu, Jeremy sempat menghela napas lega, tapi justru merasa semakin tegang. "Kamu tahu ke mana mereka pergi?"Orang itu menggeleng. Tidak tahu. Namun yang penting, Rena tidak mengalami kecelakaan. Dia masih hidup.Selama dia masih hidup, Jeremy tidak takut apa

  • Melepas Cintaku Demi Cintamu   Bab 11

    Setelah menghabiskan banyak uang dan melewati berbagai rintangan, akhirnya Jeremy berhasil mendapatkan kembali foto Rena.Dalam foto itu, Rena berada di sebuah rumah sakit dengan fasilitas seadanya. Dia mengenakan jas dokter berwarna putih, rambut panjangnya sudah dipotong menjadi sebahu. Penampilannya tampak bersih dan rapi, dengan sorot mata yang jernih dan tenang.Jeremy menatap wajah yang selalu dia rindukan itu dengan penuh kerinduan.Sejak kepergian Rena, hampir setiap malam dia bermimpi tentang wanita itu.Namun, mimpi itu selalu berulang pada hari di tempat pemakaman. Abu jenazah nenek Rena dihempaskan ke tanah oleh Nadia, dan dia malah memilih untuk berpihak pada Nadia.Tatapan mata Rena saat itu ....Tatapan itu terus menghantui Jeremy, membuatnya terbangun dari mimpi dengan jantung berdegup kencang. Karena dalam tatapan mata Rena saat itu, begitu jelas tergambar bahwa Rena sudah sepenuhnya kehilangan harapan terhadap dirinya.Setiap kali dia terbangun dari mimpi buruk itu, h

  • Melepas Cintaku Demi Cintamu   Bab 10

    Jeremy tahu, jika saat ini dia bisa segera memperbaiki semua kesalahannya, menggunakan ketulusan hati untuk menebus luka yang dia berikan pada Rena, membuat gadis itu melihat kesungguhan dan niat baiknya, maka masih ada kemungkinan Rena akan kembali padanya.Namun, jika anak yang dikandung Nadia sampai lahir ... kesempatannya akan hilang selamanya.Jeremy pun menyatakan sikapnya pada kedua orang tuanya, "Aku nggak menginginkan anak dari Nadia. Aku masih muda. Kalau ingin punya anak, kapan saja bisa."Namun, orang tuanya tidak semudah itu diyakinkan. "Kamu ingin Rena kembali, 'kan? Kamu hanya mau anak yang lahir dari dia. Tapi, gimana kalau hubungan kalian sudah nggak mungkin diperbaiki? Kalau dia nggak pernah kembali padamu, lalu bagaimana? Keluarga Hardez akan kehilangan penerus?"Ucapan "Rena tidak akan pernah kembali" itu seperti menghantam dada Jeremy dengan keras. Wajahnya langsung menunjukkan rasa sakit yang mendalam.Dia terdiam cukup lama. Lantaran tidak ingin lagi menutupi apa

  • Melepas Cintaku Demi Cintamu   Bab 9

    Di sisi lain, Rena bergabung dengan organisasi Dokter Lintas Batas bersama dosennya dan langsung menuju negara yang sedang dilanda perang. Di sana, peperangan terjadi di mana-mana dan korban luka berserakan di setiap sudut.Rumah sakit setempat sangat sederhana. Kekurangan tenaga medis dan obat-obatan sudah menjadi hal yang biasa.Ketika mereka tiba di rumah sakit, kebetulan baru saja terjadi kecelakaan beruntun akibat serangan bom. Ambulans terus berdatangan, membawa para korban yang harus segera diselamatkan. Karena jumlah ambulans tidak mencukupi, warga setempat bahkan menggotong korban di atas tandu seadanya menuju rumah sakit.Rena tidak sempat berpikir panjang. Dia langsung ikut bergabung dalam tim medis untuk menangani para pasien.Satu per satu nyawa mereka selamatkan. Ketika Rena akhirnya keluar dari ruang operasi dalam kondisi nyaris ambruk, sudah lebih dari sepuluh jam berlalu sejak kedatangannya.Kakinya terasa lemas dan nyaris gemetar. Lengannya begitu pegal hingga seperti

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status