Share

Memantai [Tamat]
Memantai [Tamat]
Author: Flobamora_Tuka

1. Matrikulasi

Bertempat di gedung C Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ruangan Socrates.

Pukul 9.45, suasana halaman gedung begitu ramai tidak seperti biasanya. Pagi ini adalah masa matrikulasi bagi sebagian besar mahasiswa Universitas Indonesia tingkat tiga.

Di suatu papan informasi di pelataran teras gedung tertempel nama-nama mahasiswa yang yang dibagi berdasarkan kelompok menurut lokasi program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik. Dalam satu kelompok terdiri dari tujuh orang mahasiswa dari jurusan dan fakultas yang berbeda.

Terdapat tujuh nama mahasiswa di dalam kelompok ini. Kelompok ini akan melakukan KKN pada lokasi Pulau Pahawang, Lampung.

“Hai, Dek,”

ucap salah satu mahasiswa senior berkulit putih dan berwajah tampan seraya menepuk pundak Lili.

“Wey, Bang. Gimana... gimana..?”

ucap Lili yang menoleh kepada pemuda itu.

Pemuda itu adalah senior Lili. Pemuda populer di jurusan Biologi itu berbicara dengan Lili tidak seperti biasanya.

“Tumben, orang ini menyapaku?”

ucap Lili dalam hati dengan perasaan berbunga-bunga.

“Ini..”

ucap pemuda itu sambil menunjuk ke papan informasi.

“Ini adalah nama cewek gua. Elu satu kelompok kan sama dia? Gua mau minta tolong sama elu, Dek,”

ucap pemuda itu.

“Jlep..”

perasaan berbunga-bunga Lili mendadak berubah menjadi perasaan berlumpur.

“Sialan.. Kok malah membicarakan pacarnya, sih? Aku baru tahu kalau abang ini punya pacar,”

ucap Lili membatin.

“Gua minta tolong elu jagain dia, ya Dek? Dia anaknya kaya puteri raja gitu, rentan lecet. Sementara elu...”

ucap pemuda itu.

“Aku kenapa?”

ucap Lili di dalam hati.

“Pokoknya gua yakin elu cewek yang tangguh,”

ucap pemuda itu.

Lili jadi teringat ketika ia menjadi mahasiswa baru tidag tahun yang lalu. Mahasiswa baru jurusan Biologi selalu dilakukan orientasi pengkaderan di dalam hutan. Lili adalah perempuan yang terkenal tangguh oleh para seniornya.

Masing-masing senior punya peran dalam orientasi itu, di antaranya adalah status ‘Senjah’ atau Senior Jahat dan ‘Semat’ atau Senior Malaikat.

Pemuda tampan ini berlakon sebagai Senior Malaikat yang selalu penuh dengan wejangan dan kata-kata motivasi kepada para juniornya, terutama Lili.

“Oh.. Iya, Bang. Tenang aja pokoknya, Bang,”

ucap Lili sambil meringis dan mengangkat jempol kepada pemuda itu.

“Tenang.. tenang.. Cewek gua bakal lu jagain, kan?”

tanya pemuda itu.

“Kagak, Bang,”

ucap Lili membatin.

“Pokoknya tenang aja, dah..”

ucap Lili sambil meringis kepada pemuda itu.

Pemuda itu lalu pergi sambil menoleh ke sekelilingnya. Ia nampak seperti sedang mencari seseorang.

“Enak aja, begitu datang langsung nyuruh-nyuruh. Emangnya aku pembantunya? Jadi bodyguard eemm.. Bodyguard siapa tadi ya namanya? Aduh, tadi pacarnya yang mana nih. Lupa!”

ucap Lili sembari menyentuh dan mengurut daftar nama di papan informasi dengan ujung telunjuknya.

Dia adalah Lili, mahasiswi jurusan Biologi Fakultas MIPA. Lili adalah sosok tangguh yang sebenarnya berhati lembut. Sejak bersekolah di sekolah dasar hingga sekolah menengah ia memiliki hobi yang berhubungan dengan alam bebas.

Lili berkutat dengan camping, sains, beladiri dan musik. Namun, kemampuannya yang multitalent itu tidak diimbangi dengan kemampuannya bersosialisasi dengan orang lain.

Dia adalah seorang yang dingin, namun di balik itu ia menutupi sifat pemalunya. Terlebih apabila berhubungan dengan orang-orang yang belum dikenalnya.

“Kelompok KKN Lampung kumpul! Kumpul! Masuk ke ruangan sekarang!”

ucap seorang pemuda bergestur militer yang sedang berdiri di depan pintu ruangan Socrates. Ia memanggil para mahasiswa lainnya dengan sedikit berteriak.

Dia adalah Ridwan, mahasiswa jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum. Sekilas Ridwan terlihat memiliki sikap kepemimpinan. Ia terlihat tegas namun tidak bossy. Dia begitu mengayomi orang-orang yang dalam pengarahannya.

“Buggg..”

seseorang menabrak mahasiswa bertubuh gemuk. Dia adalah Ronco, mahasiswa jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik.

Mengetahui orang lain menabraknya dan bersikap serampangan, Ronco hanya menggeleng dan easy going. Sekilas, Ronco memiliki pembawaan yang bijaksana dan dewasa.

Lili kemudian masuk ke dalam ruangan Socrates. Ia duduk pada kursi yang masih kosong di deretan tengah. Sudah bukan rahasia umum lagi, mahasiswa yang mengambil tempat pada barisan depan adalah mereka para unggulan yang kutu buku.

Sedangkan, mahasiswa yang begitu datang langsung mengambil tempat di barisan belakang adalah mereka yang tidak serius dengan perkuliahan. Mereka lebih suka bersantai dan bersenang-senang saja di kampus.

Lili duduk di antara mahasiswa yang tidak dikenalnya. Seperti biasa, dia tidak mengeluarkan sepatah katapun di sekitar orang-orang yang tidak dikenalnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status