Share

6. Bayar Hutang

“Bro.. Sis.. Gua duluan ya!”

ucap Ronco, orang terakhir yang masih tinggal di sana. Ia kemudian pergi.

“Oke, hati-hati di jalan!”

ucap Lili.

Lili lalu mengeluarkan dua botol soda itu dan menaruhnya di hadapannya dan di hadapan Wandi. Demikian juga cokelat yang ada di sana.

“Nih, aku minum ya?”

ucap Lili kemudian menenggak sebotol soda tanpa jeda.

“Oke, minumannya sudah habis. Sekarang cokelatnya..”

ucap Lili kemudian menyobek bungkus cokelat itu dan menggigitnya dengan potongan yang besar-besar.

“Saya mohon..”

ucap Wandi pelan.

“Hah? Apa?”

tanya Lili heran. Ia kemudian menghentikan aktivitas makannya dan mendenarkan Wandi dengan seksama.

“Saya mohon, kamu jangan membicarakan apa yang terjadi dengan tangan saya kepada orang lain,”

ucap Wandi pelan.

“Jangan-jangan, dia benar-benar pengguna narkoba?”

gumam Lili.

“Oke..”

ucap Lili kemudian menyatukan ujung telunjuk dan ujung jempolnya dan menggerakkannya secara horizontal di depan mulutnya. Ia mengisyaratkan akan mengunci mulutnya.

Wandi lalu meminum soda dengan santai. Kemudian menggigit cokelat batangnya dengan pelan. Sementara Lili sebaliknya. Ia begitu terburu-buru.

“Apakah kamu kalau makan selalu rakus seperti ini?”

ucap Wandi.

“Bukankah kamu tadi sudah minta maaf? Lalu sekarang mencoba mengataiku?”

ucap Lili dengan cokelat yang memenuhi mulutnya.

“Aiss.. Jorok sekali. Kamu membuat cokelat di dalam mulutmu terciprat kemana-mana!”

ucap Wandi lalu menggelengkan kepalanya.

Lili lalu dengan cepat menelan makan di mulutnya, lalu menenggak minuman untuk membersihkan mulutnya.

“Aku hanya ingin semua ini berjalan cepat. Aku tidak tahan berlama-lama denganmu. Aku berniat pergi setelah semua makanan dan minuman ini aku habiskan,”

protes Lili.

“Ya sudah. Cepatlah sana. Cepat! Cepat!”

ucap Wandi sambil mengelap punggung tangannya dengan tisu. Ia beranggapan cokelat yang tadi ada di dalam mulut Lili terciprat ke atas punggung tangannya.

Lili lalu memandangi apa yang sedang dilakukan Wandi.

“Dasar orang aneh!”

ucap Lili pelan kemudian pergi meninggalkan Wandi.

“Sial. Kenapa setiap aku bertemu dengannya, selalu ada hal aneh begini. Sebenarnya dia itu siapa sih?” gerutu Lili sepanjang jalan.

Pengalaman Lili bertemu dengan Wandi adalah hal yangtidak disangka olehnya. Ini adalah awal dari cerita yang tak akan mampu ditebak oleh hatinya.

Tidak dapat ditampikan bahwa saat sorot mata Lili beradu dengan sorot mata Wandi, ada hal yang tidak terdefinisi di dalam pikirannya.

Seperti seseorang yang sudah pernah ditemui, tapi entah itu siapa dan kapan. Sejenak Lili lantas mampu mengalihkan pikirannya itu. Mungkin saja hanya kebetulan wajah Wandi mirip dengan seseorang.

Di dunia ini tentu antara satu orang dengan lainnya pasti ada saja yang berwajah saling mirip meskipun tidak punya ikatan darah. Semua yang ada di pikirannya hanya kebetulan, itulah anggapan Lili.

Semesta selalu punya cara untuk mengisahkan cerita-cerita. Kali ini, Lili biarkan semua mengalir apa adanya. Kenal ataupun tidak dirinya dengan Wandi, ia berpikir tidak akan terlalu mempermasalahkannya.

Masalahnya saat ini adalah bagaimana agar dirinya tidak direpotkan ketika berada satu lokasi KKN bersama orang aneh itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status