Share

6. Bayar Hutang

Penulis: Flobamora_Tuka
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-02 13:47:01

“Bro.. Sis.. Gua duluan ya!”

ucap Ronco, orang terakhir yang masih tinggal di sana. Ia kemudian pergi.

“Oke, hati-hati di jalan!”

ucap Lili.

Lili lalu mengeluarkan dua botol soda itu dan menaruhnya di hadapannya dan di hadapan Wandi. Demikian juga cokelat yang ada di sana.

“Nih, aku minum ya?”

ucap Lili kemudian menenggak sebotol soda tanpa jeda.

“Oke, minumannya sudah habis. Sekarang cokelatnya..”

ucap Lili kemudian menyobek bungkus cokelat itu dan menggigitnya dengan potongan yang besar-besar.

“Saya mohon..”

ucap Wandi pelan.

“Hah? Apa?”

tanya Lili heran. Ia kemudian menghentikan aktivitas makannya dan mendenarkan Wandi dengan seksama.

“Saya mohon, kamu jangan membicarakan apa yang terjadi dengan tangan saya kepada orang lain,”

ucap Wandi pelan.

“Jangan-jangan, dia benar-benar pengguna narkoba?”

gumam Lili.

“Oke..”

ucap Lili kemudian menyatukan ujung telunjuk dan ujung jempolnya dan menggerakkannya secara horizontal di depan mulutnya. Ia mengisyaratkan akan mengunci mulutnya.

Wandi lalu meminum soda dengan santai. Kemudian menggigit cokelat batangnya dengan pelan. Sementara Lili sebaliknya. Ia begitu terburu-buru.

“Apakah kamu kalau makan selalu rakus seperti ini?”

ucap Wandi.

“Bukankah kamu tadi sudah minta maaf? Lalu sekarang mencoba mengataiku?”

ucap Lili dengan cokelat yang memenuhi mulutnya.

“Aiss.. Jorok sekali. Kamu membuat cokelat di dalam mulutmu terciprat kemana-mana!”

ucap Wandi lalu menggelengkan kepalanya.

Lili lalu dengan cepat menelan makan di mulutnya, lalu menenggak minuman untuk membersihkan mulutnya.

“Aku hanya ingin semua ini berjalan cepat. Aku tidak tahan berlama-lama denganmu. Aku berniat pergi setelah semua makanan dan minuman ini aku habiskan,”

protes Lili.

“Ya sudah. Cepatlah sana. Cepat! Cepat!”

ucap Wandi sambil mengelap punggung tangannya dengan tisu. Ia beranggapan cokelat yang tadi ada di dalam mulut Lili terciprat ke atas punggung tangannya.

Lili lalu memandangi apa yang sedang dilakukan Wandi.

“Dasar orang aneh!”

ucap Lili pelan kemudian pergi meninggalkan Wandi.

“Sial. Kenapa setiap aku bertemu dengannya, selalu ada hal aneh begini. Sebenarnya dia itu siapa sih?” gerutu Lili sepanjang jalan.

Pengalaman Lili bertemu dengan Wandi adalah hal yangtidak disangka olehnya. Ini adalah awal dari cerita yang tak akan mampu ditebak oleh hatinya.

Tidak dapat ditampikan bahwa saat sorot mata Lili beradu dengan sorot mata Wandi, ada hal yang tidak terdefinisi di dalam pikirannya.

Seperti seseorang yang sudah pernah ditemui, tapi entah itu siapa dan kapan. Sejenak Lili lantas mampu mengalihkan pikirannya itu. Mungkin saja hanya kebetulan wajah Wandi mirip dengan seseorang.

Di dunia ini tentu antara satu orang dengan lainnya pasti ada saja yang berwajah saling mirip meskipun tidak punya ikatan darah. Semua yang ada di pikirannya hanya kebetulan, itulah anggapan Lili.

Semesta selalu punya cara untuk mengisahkan cerita-cerita. Kali ini, Lili biarkan semua mengalir apa adanya. Kenal ataupun tidak dirinya dengan Wandi, ia berpikir tidak akan terlalu mempermasalahkannya.

Masalahnya saat ini adalah bagaimana agar dirinya tidak direpotkan ketika berada satu lokasi KKN bersama orang aneh itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Memantai [Tamat]   52. Tertangkapnya Tersangka

    Malam pun tiba. Peserta KKN sudah tertidur pulas. “Uhuk.. Uhuk... Hah!” “Keebaakaaraan!” “Tolooong! Toloong!” “Emmy bangun Mik!” “Ayo kita keluar!” Rianty, Lili, Riris dan Emmy pun berhasil keluar dari penginapan mereka yang terbakar setelah melewati kobaran api yang sempat mengurung mereka. Tangan Emmy terlukan karena mencoba menahan kayu yang tiba-tiba jatuh karena terbakar. Sedangkan Riris lemas dan hampir kesulitan bernapas. Demikian pula dengan penginapan Ronco, Wandi dan Ridwan. Penginapan mereka juga terbakar. Untungnya tidak ada korban jiwa di sana. Ronco dan remaja yang menginap untuk bermain playstation di sana ikut terluka. Kejadian malam itu begitu menghebohkan warga setempat. ** Hari pun berlalu. Peserta KKN dipulangkan karena panitia KKN tidak ingin mengambil resiko lebih jauh atas keselamatan para mahasiswa itu. Pihak universitas pun bertanggungjawab pada perawatan kesehatan para peserta KKN yang menjadi korban kebakaran. * Sekembali para peserta KKN

  • Memantai [Tamat]   51. Ditenangkan Sahabat

    Waktu istirahat siang pun tiba. Setelah membersihkan diri, para peserta KKN pun makan siang bersama di halaman penginapan Ronco, Ridwan dan Wandi.Lili duduk di dekat Wandi. Wandi tampak tidak mengacuhkannya, namun ketika Ronco mengajak ngobrol Wandi, dengan riangnya Wandi berbalas ucapan dengan Ronco, juga teman-teman lainnya.Lili nampak murung. Ia tidak mengerti dengan sosok yang disukainya itu.“Apakah Wandi sudah memperdayaiku? Dia memang memperdayaiku, sepertinya. Karena dia dengan mudah bisa mencium perempuan, lalu tiba-tiba menyukainya,” batin Lili.TIIING...“Apa kabar?” Lili mengirim chat ke ponsel Wandi. Wandi membukanya, namun menaruhnya kembali tanpa membalas pesan Lili itu. Lalu, ia melirik Lili sebentar dan mengalihkan pandangannya kembali.TIIING...“Ada apa?” Lili kembali mengirim pesan ke ponsel Wandi, namun kali ini ia tidak merespon notifikasi di ponselnya itu.Mata Lili berkaca, ia sudah tak sanggup lagi menahan kekecewaannya. Ia pun pergi, kemudian Rianty

  • Memantai [Tamat]   50. Mulai Terkuak

    Wandi lalu bergantian memandangi tiga orang yang berpenampilan sebagai nelayang yang baru saja menolongnya itu. Ia sedikit banyaknya mampu mengenali masyarakat nelayan asli pulau ini, dan ia tidak mengenali mereka.

  • Memantai [Tamat]   49. Tersangka

    Beberapa waktu kemudian di balai desa. Para peserta KKN berkumpul untuk membicarakan program KKN mereka.“Jadi ide apa Wan yang katanya tadi mau lu sampein ke kita-kita di sini?” ta

  • Memantai [Tamat]   48. Jadian

    Hari ini benar-benar di luar dugaan. Wandi telah berhasil mengungkapkan perasaannya dan Lili mampu mengorek sedikit informasi yang dibutuhkan Wandi untuk penyelidikan kasus perusakan lingkungan di lokasi KKN. Informasi yang cukup penting.Wandi dan Lili masih duduk bersama di atas akar banir kering itu, tiba-tiba.KRAAK.. SRUUK SRUUK...Terdengar ranting patah dan belukar di sekitar sumber suara itu bergerak.“Hei! Siapaaa ituu...?” teriak Wandi.“Sepertinya ada orang di sana!” ucap Wandi pelan kepada Lili. Lili ikut memperhatikan dengan seksama, namun mereka tidak menemukan siapapun di balik belukar itu.Itu sebenarnya adalah Arif yang diam-diam memperhatikan mereka. Bersamaan dengan suara-suara tadi Arif telah dengan cepat meninggalkan tempat itu. Arif meninggalkan mereka

  • Memantai [Tamat]   47. Orang-orang Mencurigakan

    Flash back, kembali pada saat para peserta KKN mengantar dosen koordinator yang mengunjungi mereka hingga ke dermaga pulau. Lili kembali ke penginapan usai pengantaran dosen ke dermaga, ia berboncengan motor dengan Ridwan. Lili mengangkap sekelibatan sosok dua orang yang tampak mencurigakan. Kedua orang yang tak dikenal itu tampak mengendap-endap dan sesekali meihat ke sekeliling. Mereka tampak berjalan di atas akar-akar banir mangove Rhizophora yang panjang-panjang. Akar-akar itu seperti cakar-cakar burung besar yang bercokol mantap di atas daratan belumpur di tepian pulau. Hutan mangrove memang cukup tebal di tepian pulau ini. Untuk itu perlu bekerja keras untuk berjalan di atasnya. “Apa yang dilakukan mereka di sana?” batin Lili melihat mereka saat lewat dengan motor. “Apakah mencari kepiting? Mencari kepiting tapi kok celingukan begitu? Jangan-jangan mereka mau mencuri kayu mangrove?” batin Lili kembali.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status