Share

7. Wanita Tangguh

Suatu sore, pukul 16.09 bertempat halaman belakang gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM).

Lili sedang berada di hadapan arena wall climbing. Rambut panjangnya sedang digulung di dalam helm. Tubuh bagian bawahnya dibalut rangkaian body harness. Tangannya begitu mahir menarik ulur belay device.

Ia sedang menunggui temannya yang berada di atas dan hendak menuju puncak. Kepala Lili menengadah memperhatikan temannya itu sambil menarik ulur tali. Leher rampingnya basah, hasil dari tetesan keringat dari kepalanya.

“Tangan kanan! Kanan! Salah itu! Balik lagi coba. Pegang yang di bawahnya lagi!”

teriak Lili mengarahkan temannya yang berada di 13 meter di atasnya.

Ridwan menonton dan menunggu Lili dari tepi arena. Lili menyeka keringat di keningnya. Ia menggerak-gerakkan lehernya untuk melemaskannya. Tanpa sengaja Lili kemudian melihat Ridwan. Lili pun melambai pada Ridwan dan meneruskan kegiatannya.

Ridwan membalas lambaian tangan Lili sambil tersenyum lebar. Wajahnya begitu melukiskan rasa kagum terhadap apa yang ia lihat di hadapannya.

“Gila ni cewek! Jadi instruktur dia! Gilaa.. gilaa.. Kecil-kecil cabe rawit,”

ucap Ridwan menggumam lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Beberapa waktu pun berlalu. Kegiatan Lili sudah selesai. Ia langsung menghampiri Ridwan tanpa melepaskan body harness dan helmnya. Ia tidak mau membuat Ridwan menunggu lebih lama.

“Pak Ketua!”

sambut Lili sambil menghampiri Ridwan dengan senyumannya yang anggun. Lili lalu memegangi tali helm di lehernya untuk kemudian dilepaskannya.

“Hai.. Lik!”

ucap Ridwan sambil memandangi Lili membuka helmnya dan menggerai rambutnya yang baru saja terlepas dari dalam helm.

“Kirain udah berangkat survey ke Pahawang..”

ucap Lili sambil berjalan ke arah bangku yang tidak jauh dari sana. Ridwan berjalan mengikutinya.

Ridwan dan Lili lalu duduk di bangku panjang yang sama. Ridwan merogoh kantungnya dan memberikan sebuah benda kecil seukuran uang logam namun lebih tebal. Ia memberikannya kepada Lili.

“Gua lupa ngasih ini kemarin,”

ucap Ridwan.

“Magnet speedometerku! Aku sejak beberapa hari terakhir memang lagi mencari-cari ini. Kirain hilang dimana gitu..”

ucap Lili sambil mengambil benda kecil itu dari telapak tangan Ridwan.

“Waktu pembekalan KKN, di halaman FISIP,”

ucap Ridwan.

“Ya? Jadi jatuh di sana, terus...”

ucap Lili.

“Terus ya kebetulan aku lihat, jadi aku ambil. Tapi kemarin malah lupa memberikannya kepada kamu,”

ucap Ridwan.

“Eh, kok ngomongnya jadi ‘aku-kamu’? Hahaha...”

ucap Lili.

“Ga apa-apa kan? Lebih enak seperti ini kayanya,”

ucap Ridwan.

“Oke.. Terima kasih ya Pak Ketuaaa.. Anda sudah mengamankan harta karun berharga ini untuk saya,”

ucap Lili.

“Panggil saja Ridwan. Jangan panggil saya ‘ketua’. Jabatan itu khan adalah jabatan sementara. Nanti ketika semua sudah di Pahawang, saya akan menawarkan kalau ada yang mau menggantikan saya. Kita kan harus demokratis,”

ucap Ridwan.

“Uw.. Obrolannya berat nih! Demokratis.. Beda memang ya kalau sedang bicara sama anak hukum,”

goda Lili sambil tertawa kecil.

“Oh iya. By the way, aku lapar nih. Gimana kalau kita makan? Aku yang traktir deh, soalnya kamu kan sudah menyelamatkan benda kecil ini,”

ucap Lili.

“Boleh.. boleh.. Kebetulan banget sama, aku pun lapar,”

ucap Ridwan.

“Oke. Kalau begitu aku ganti pakaian dulu ya?”

ucap Lili.

*****

Di suatu kantin tidak jauh dari arena wall climbing.

“Emh.. Mantep banget nih serundengnya. Udah lama aku ga makan ini,”

ucap Ridwan.

“Makanan di sini memang enak-enak. Kalau aku seneng ini, nih.. tempe bacem saus kecap. Rasanya itu gurih manis.. Pokoknya kuat banget rasanya,”

ucap Lili.

Ridwan memandangi Lili yang menyantap potongan tempe itu. Ia terlihat begitu menikmati makanannya.

“Ih.. Kamu mau? Sampai begitu banget cara liatnya. Hahahaa..”

ucap Lili.

Ridwan mengangguk sembari meneguk liurnya.

Lili lalu mengeser piringnya ke depan Ridwan.

“Itu, ambil aja. Coba deh. Enak banget tahu,”

ucap Lili.

Ridwan lalu memandangi tangan kanannya yang sedang dipenuhi minyak sambal dan beberapa butir nasi.

“Owh lagi belepotan ya. Sini aku ambilin,”

ucap Lili kemudian mengambil sepotong tempe dengan garpunya. Lalu, ia pun menyuapi Ridwan.

Bagi Ridwan, kondisi lingkungan seakan melambat. Semua begitu sunyi. Hanya wajah Lili yang hadir di alam pikirannya saat itu, sedangkan sekelilingnya terasa sepi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status