Orang tua Khansa menelponku, beliau bilang aku harus ke Surabaya karena beliau sudah membuat janji dengan Khansa. Janji untuk mempertemukan kami. Karena kejadian itu pula, kejadian di mana Khansa akan dilecehkan oleh mantan suami yang menyebabkan Khansa memutuskan untuk secepatnya pindah ke Surabaya. Mendengar berita mendadak ini tentu membuat aku terkejut. Kenapa orang tua Khansa tidak memberikan aku waktu untuk bersiap diri? Setidaknya aku bisa mengumpulkan kekuatan untuk bertemu dan bertatap muka dengan Khansa. "aku belum siap
Sepertinya, Tuhan benar-benar akan segera menjawab keinginanku. Apa mungkin Tuhan benar-benar tahu jika perasaan cinta untuk Khansa itu tulus? Perasaan cinta yang kumiliki bukan sekadar perasaan cinta, tapi ini jauh melebihi kisah cinta Laila majnun. Aku akan melakukan apapun untuk wanita yang aku cintai termasuk menunggunya, sampai Tuhan berkata "Waktu kalian untuk bersama sudah tiba" Dan tepat hari ini, aku mendengar berita perceraian Khansa. Sungguh ini berita paling bahagia bagiku, setidaknya satu penghalang untuk mendapatkan Khansa tidak ada. Singkat cerita, aku belum punya keberanian untuk bertindak. Masih ragu dan bingung bagaimana cara memulai untuk mendekatinya. Jika aku mendekatinya secara langsung tidak mungkin kan? Atau mungkin berpura-pura saling bertabrakan lalu saling minta maaf lalu selanjutnya hubungan semakin dekat? Ah tidak! Aku tidak mau cara itu. Terlalu dramatis. Lalu tiba-tiba aku dengar berita dari ibu, akan ada jamuan makan malam untuk semua kolega b
Hari-hari yang aku lihat tentang kehidupan Khansa hanyalah kesedihan semata. Oh Tuhan! Kenapa di dunia ini ada wanita sesabar ini? Kenapa ada wanita yang rela bertahan hidup dengan pria yang jelas-jelas membuat dirinya menderita? Aku rasanya ingin membawa kabur Khansa. Tapi ibunya tetap bilang tunggu sampai Khansa menyerah sendiri. Jika sampai detik ini Khansa masih bertahan itu artinya Khansa masih sanggup menjalani problematik rumah tangga. Yang bisa aku lakukan sekarang hanyalah membantunya sebisaku, jangan sampai Khansa merasa kesulitan. Karena Adam sama sekali tidak pernah ada membantu dikala Khansa kesulitan. Khansa benar-benar melakukan seorang diri. Tepat dua tahun pernikahan mereka, dan selama itu pula aku masih setia menunggu Khansa dan masih setia mengawasi Khansa, melindunginya tanpa dia ketahui. orang tua Khansa sudah berulangkali memintaku untuk menyerah, untuk melupakan Khansa. Tapi, aku tidak bisa. Apalagi tahu bagaimana dia diperlakukan oleh suaminya. "Nak,
Aku Akan Menunggumu Aku dengar, Ibu dan ayahku akan menjodohkan aku dengan anak kawan mereka. Katanya aku pertama bertemu dulu waktu kami masih kecil. Karena aku penasaran, tanpa sepengetahuan orang tuaku mencari informasi tentangnya hingga akhirnya sebelum rencana perjodohan kami deal aku sudah dibuat jatuh cinta olehnya. Khansa, ya namanya Khansa. namanya yang cantik persis seperti orangnya. Ada sesuatu yang membuat aku langsung jatuh cinta padanya. Dia tipe wanita yang periang, ramah dan peduli. Aku suka wanita seperti itu. Namun, sesuatu terjadi. Seketika harapanku jadi pupus kala aku tidak sengaja mendengar orang tuaku dan orang tua Khansa bicara. Mereka terpaksa membatalkan rencana perjodohan karena ternyata Khansa sudah memiliki calon sendiri. Sedih? Jelas sangat sedih. Aku patah hati untuk pertama kalinya.. Padahal untuk pertama kalinya juga aku merasakan jatuh cinta namun belum cinta itu berkembang sudah patah duluan. Aku hanya bisa pasrah, tidak baik pula jika
Aku terasa tengah dikuliti. Saat semua penghuni rumah ini menatapku dengan tatapan penuh kebencian. Setelah tadi aku mengaku sebagai seorang yang bertanggung jawab atas kehamilan Anjel. Wanita baya yang ternyata benar ibunya Anjel langsung mempersilahkan aku masuk tapi dengan ekspresi dingin. Tidak ada seulas senyum atau keramah-tamahan. Aku hanya disuruh duduk, lalu beliau pergi meninggalkan aku seorang diri di ruang tamu. Aku celingukan menatap sekeliling rumah. Hingga akhirnya muncul empat orang dari balik dinding. Tiga orang laki-laki mungkin mereka itu ayah Anjel dan kedua saudaranya dan terakhir wanita bayA yang tadi membuka gerbang. "Sekian lama saya menunggu kedatangan Kamu. Dan baru sekarang kamu muncul? Kenapa?" tanya pria paruh baya saat ia baru saja duduk, yang aku yakini adalah ayah Anjel. Auranya begitu dingin membuat aku hampir kehilangan nyali. "Maaf..." "maaf? Kamu bilang maaf?" sela pria baya itu. "Kamu tidak tahu bagaimana menderitanya putri kami. Pa
Seminggu lamanya aku merenung, dan inilah keputusanku. Aku akan bertanggung jawab dan menikahi Anjel. Sebelum aku ke Surabaya untuk menemui Anjel aku terlebih dahulu menemui kedua orangtuaku. Terlalu banyak dosa yang telah aku lakukan terhadap mereka. Aku yakin mereka pasti sedih dengan sikapku yang menyebalkan ini. "Assalamualaikum," sapaku sontak kedua orangtuaku dan adikku menoleh padaku. "Waalaikumsalam," jawab serentak mereka. Tapi aku melihat wajah keheranan mereka. Aku yakin mereka pasti kaget atas kedatanganku, apalagi datang dengan mengucapkan salam. Biasanya aku main nyelonong masuk. "Bagaimana kabar kalian?" Aku langsung bertanya saat sudah berada di dekat mereka. Mereka masih terdiam. "Bu, Ayah," panggilku hingga Sinta pun membuka suara. "Apa tadi aku tidak salah dengar? Kakak masuk rumah mengucap salam?" ucap Sinta, dia sepertinya belum percaya. "Tidak, karena Adam yang berdiri dihadapan kalian adalah Adam yang baru. Adam yang dulu sudah tiada," ujarku sungguh
Aku tidak bisa tidur memikirkan perkataan Anjel. Apa benar dia mengandung bayiku? Tapi anehnya antara nalar dan hati nuraniku saling bertentangan. Nalarku tak mau percaya jika itu bayi milikku, tapi hati nurani ini menginginkan agar aku percaya. Karena pada dasarnya dia tidak pernah berhubungan dengan pria manapun selain aku. Tapi.... lagi-lagi nalarku menepis. Jika Anjel wanita yang pintar bermain pria tentunya hal mudah untuk berhubungan dengan pria lain saat bersamaku. Di tengah kebingungan itu, terdengar suara notif pesan masuk. Itu dari Sinta adik Perempuanku. ("Pulang! Jangan bersembunyi terus! Sebelum Ayah dan ibu benar-benar mencoretmu sebagai anak mereka,") Seperti itu pesan yang dikirim Sinta padaku. Aku tidak peduli meskipun mereka menganggap ku mati sekalipun. Aku tidak membenci mereka, bahkan aku tidak punya niat untuk memutuskan hubungan kami. Tapi, saat ini aku memang sedang ingin sendiri. Tapi, jika mereka memang mengambil keputusan demikian maka tidak masala
Di saat aku mulai berangsur melupakan Khansa, tiba-tiba dia menghubungiku. Dia terus menerorku dengan panggilan yang tidak pernah aku angkat satu pun. Aku sedang menata hatiku, jangan sampai karena dia ada meneleponku membuat aku kembali runtuh. Lalu aku pun kepikiran untuk memblokir sementara nomornya. Jangankan pada Khansa, pada keluarga sendiri saja aku sengaja menjaga jarak dan selalu menghindar panggilan mereka. Tiga hari kemudian, saat kepalaku dipusingkan oleh Anjel. wanita itu terus menelponku menggunakan nomor baru. Aku seolah sedang ditagih hutang oleh para rentenir. Terpaksa aku pun angkat panggilan telepon darinya. Saat panggilan itu baru aku angkat, Anjel langsung mencecarku serta memakiku. "pria si*lan, kau harus bertanggung jawab! Kenapa kamu malah menghindariku? apa kamu mau jadi pria tidak bertanggungjawab?" Anjel bicara seperti itu setelah ia berhasil mencecar dan memaki. Aku, diam. Aku sama sekali tidak menjawab ucapan Anjel. Bagaimana aku akan menjawab
Aku berpikir semalaman, berpikir bagaimana caranya agar Khansa mau kembali padaku. saking berpikir terlalu keras penampilanku sudah seperti orang gila. Tidak ingat makan, mandi bahkan urusan pekerjaan pun mendadk aku lupakan. Hasil dari itu semua, aku tarik kesimpulan. Kelemahan Khansa adalah anaknya lalu terlintas di kepalaku bagaimana jika menjadikan Salma alasan untuk membuat Khansa mau kembali padaku. Aku akan menculiknya, aku akan jadikan Salma pemancing agar Khansa mau kembali. Setiap hari tanpa sepengetahuan siapapun, aku selalu mengawasi kediaman Khansa. Aku sedang mencari waktu yang tepat. sial! sial! pria itu tidak pernah memberikan aku celah untuk mengambil Salma dari Khansa. aku benci padanya. Pada akhirnya aku mengalami lagi kegagalan. Karena merasa percuma karena ada pria itu,. aku memutuskan untuk pulang. Tapi besok, aku akan kembali. Aku tidak akan menyerah sampai apa yang aku mau terwujud. Keesokan harinya aku kembali, seperti biasa aku sembunyi di tempat