Share

Bab 2-Pesan WhatssAp Mencurigakan

Wanita asing tersebut tampak terkejut ketika melihatku. Begitu juga dengan Mas Adam. Suamiku itu berjalan ke arah kami dengan cepat.

"Dek, pulang sama siapa? Kok nggak minta jemput sama Mas?" tanyanya kepadaku.

Aku memang sengaja tidak menghubungi Mas Adam. Karena aku ingin memberinya kejutan.

Aku tidak langsung menjawab pertanyaan suamiku. Dadaku sudah terasa sesak menahan amarah yang bergejolak. "Siapa dia, Mas?" Ku lontarkan pertanyaan itu kepada Mas Adam tanpa melirik ke arah wanita muda tersebut.

Gigiku saling bergesekan. Geram dengan keadaan yang terjadi. Bagaimana mungkin seorang wanita bisa memasuki kamarku dan Mas Adam? Apalagi dia adalah wanita asing, yang sama sekali tidak aku kenali.

"Dek, ini Nira. Babysitternya Cleo. Dia mulai kerja dan tinggal disini hari ini." Mas Adam memperkenalkannya kepadaku. Aku baru teringat bahwa dua hari yang lalu aku mencari Babysitter baru untuk si bungsu kami-Cleo yang berusia 4 tahun. Babysitter yang lama sudah berhenti bekerja dirumah kami karena beliau sudah akan menikah. Aku membuat pengumuman disosial media tentang lowongan Babysitter ini dan mencantumkan nomor telepon Mas Adam sebagai contact person. Sebab, aku sangat sibuk dikantor.

"M-maaf, Nyonya. Saya Nira," ucapnya padaku sembari mengulurkan tangannya ke arahku. Aku mengabaikannya. Masih merasa kesal karena sikapnya yang keterlaluan.

Aku meliriknya dari ujung kaki sampai kepala. Ia mengenakan daster dengan bagian dada yang mengetat. Dua tonjolannya lebih besar daripada milikku. Tentu ada rasa was-was yang kurasakan sebagai seorang istri. Pikiranku mulai menjelajah ke arah yang tidak-tidak, semisal bagaimana jika suamiku tergoda dengan tubuh montoknya itu?

"A-ah, sudahlah! Mas Adam nggak mungkin begitu, Hanna!" ucapku didalam hati. Mencoba untuk meyakinkan diri sendiri bahwa suamiku tidak akan tergoda dengan Babysitter barunya Cleo.

Aku tersadar ketika wanita muda yang bernama Nira itu bersuara kembali. "M-maaf, Nyonya. Jangan salah paham. Saya masuk ke dalam kamar karena menjemput Cleo yang tadi sedang berlari ke dalam sini. Saya kira nggak ada siapapun. Ternyata ada Bapak yang sedang tidur."

Aku meliriknya dengan tajam. Langsung protes dengan perlakuannya. Sebab, aku tidak suka ada orang asing yang memasuki kamarku sembarangan.

"Kenapa kamu berani sekali masuk ke kamarku? Apalagi ada suamiku didalamnya. Kamu nggak diajarin sopan santun sama orang tuamu?" kataku dengan sengit.

Dia terlihat kikuk. "B-bukan begitu, Nyonya. Saya sungguh nggak tahu kalau Bapak Adam ada didalam. Maaf, Nyonya. Lain kali saya tidak akan mengulangi hal ini lagi." Wanita muda itu tampak ketakutan.

"Sayang, dia nggak tahu kalau Mas disini tadi. Udah nggak apa-apa. Aku maafin dia kok." Suamiku bersuara sembari menepuk-nepuk pelan kedua bahuku. Mencoba berusaha menenangkanku. Sebab, ia tahu bahwa aku sedang kesal.

Jika bukan karena suamiku yang menyudahi semuanya, aku pasti masih terus berlanjut untuk terus menginterogasinya sampai ke akar-akar.

"Yaudah. Sana kamu kembali ke kamar," ucapku pada Nira. Dia mengangguk dengan cepat dan segera berjalan keluar kamar meninggalkan aku dan Mas Adam.

"Kamu capek ya?" Mas Adam bertanya. Kening dan bibirku dikecupnya langsung. Aku terdiam. Sejenak menikmati lumatan bibirnya.

Mas Adam selesai menciumiku. Aku tersenyum ke arahnya. Ku letakkan tas sandang milikku diatas nakas. Kemudian dengan cepat aku memeluk Mas Adam. Menciumi wajahnya dengan mesra. Sesuai dengan janjiku tadi siang, bahwa malam ini aku akan melayani Mas Adam sesuai permintaannya.

Tanganku mulai nakal meraba bonggolan Mas Adam dibalik celananya. Namun, Mas Adam langsung mencegah tanganku. Aku menaikkan satu alis, merasa heran dengan tingkah suamiku yang menolak perbuatanku ini.

"Kenapa sayang? Mas nggak suka?" tanyaku masih menganga.

Mas Adam berdehem lebih dulu. "Ehem. Mas lagi nggak pengen."

"Kenapa? Kan tadi mas ngajak aku. Aku janjinya malam ini," ucapku manja.

Mas Adam tersenyum. "Iya kan itu tadi siang. Sekarang udah nggak lagi."

Aku mengerutkan dahi. "Kok bisa? Mas main tunggal?" tanyaku penuh selidik.

Mas Adam tersenyum genit. "Apa sih kamu, Dek. Bisa aja." Muka Mas Adam memerah tampak malu karena ku goda seperti itu.

Aku semakin menggodanya. "Iya ya mas? Mas main tunggal? Jadi, video mana lagi yang mas tonton untuk main?"

"Heh, apaan sih, Dek."

Aku tertawa terbahak-bahak. Merasa lucu melihat suamiku.

"Mas ngantuk nih. Mau tidur. Kamu udah makan?" Mas Adam langsung mengalihkan topik pembicaraan.

Aku menggelengkan kepala. "Belum. Mas udah makan kan?" Aku hafal betul jam makan malam mas Adam.

Mas Adam mengangguk. "Udah tadi sama anak-anak. Kamu mau aku temenin makan nggak?"

Aku menggeleng dan tersenyum sumringah. "Nggak, Mas. Aku makan sendirian aja. Mas tidur aja duluan. Nanti aku nyusul." Aku mengedipkan satu mataku.

"Bener nih?" tanya Mas Adam memastikan.

Aku mengangguk lagi. "Bener sayang. Udah sana tidur, Mas." kataku menyuruh suami.

Mas Adam menurutiku. Mas Adam segera masuk ke kamar untuk tidur.

***

Setelah selesai makan malam dan membersihkan diri, aku kembali masuk ke kamar. Berencana untuk segera naik ke atas ranjang dan ikut tidur disebelah suamiku tercinta.

Ku peluk Mas Adam dari belakang dengan sangat erat. Salah satu kebiasaan yang selalu aku lalukan selama ini.

Drrtt! Drrtt! Drrt!!

Ponsel Mas Adam bergetar diatas nakas. Sepertinya sebuah pesan telah masuk.

"Siapa yang ngechat malam-malam begini?" batinku bertanya.

Khawatir bahwa pesan itu bisa jadi dari sanak keluarga yang mengabarkan sesuatu, maka aku segera memeriksanya. Kebetulan nakas itu terletak tepat disebelahku.

Ku ambil gawai suamiku dan kubuka pesan W******p tanpa nama tersebut.

"Gimana tadi, Mas? Puas nggak?" isi pesan dari nomor tanpa nama tersebut.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
suami benaran selingkuh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status