Home / Rumah Tangga / Membalas Perselingkuhan Suami / Bab 2-Pesan WhatssAp Mencurigakan

Share

Bab 2-Pesan WhatssAp Mencurigakan

Author: Alin Sky
last update Last Updated: 2023-01-21 21:13:17

Wanita asing tersebut tampak terkejut ketika melihatku. Begitu juga dengan Mas Adam. Suamiku itu berjalan ke arah kami dengan cepat.

"Dek, pulang sama siapa? Kok nggak minta jemput sama Mas?" tanyanya kepadaku.

Aku memang sengaja tidak menghubungi Mas Adam. Karena aku ingin memberinya kejutan.

Aku tidak langsung menjawab pertanyaan suamiku. Dadaku sudah terasa sesak menahan amarah yang bergejolak. "Siapa dia, Mas?" Ku lontarkan pertanyaan itu kepada Mas Adam tanpa melirik ke arah wanita muda tersebut.

Gigiku saling bergesekan. Geram dengan keadaan yang terjadi. Bagaimana mungkin seorang wanita bisa memasuki kamarku dan Mas Adam? Apalagi dia adalah wanita asing, yang sama sekali tidak aku kenali.

"Dek, ini Nira. Babysitternya Cleo. Dia mulai kerja dan tinggal disini hari ini." Mas Adam memperkenalkannya kepadaku. Aku baru teringat bahwa dua hari yang lalu aku mencari Babysitter baru untuk si bungsu kami-Cleo yang berusia 4 tahun. Babysitter yang lama sudah berhenti bekerja dirumah kami karena beliau sudah akan menikah. Aku membuat pengumuman disosial media tentang lowongan Babysitter ini dan mencantumkan nomor telepon Mas Adam sebagai contact person. Sebab, aku sangat sibuk dikantor.

"M-maaf, Nyonya. Saya Nira," ucapnya padaku sembari mengulurkan tangannya ke arahku. Aku mengabaikannya. Masih merasa kesal karena sikapnya yang keterlaluan.

Aku meliriknya dari ujung kaki sampai kepala. Ia mengenakan daster dengan bagian dada yang mengetat. Dua tonjolannya lebih besar daripada milikku. Tentu ada rasa was-was yang kurasakan sebagai seorang istri. Pikiranku mulai menjelajah ke arah yang tidak-tidak, semisal bagaimana jika suamiku tergoda dengan tubuh montoknya itu?

"A-ah, sudahlah! Mas Adam nggak mungkin begitu, Hanna!" ucapku didalam hati. Mencoba untuk meyakinkan diri sendiri bahwa suamiku tidak akan tergoda dengan Babysitter barunya Cleo.

Aku tersadar ketika wanita muda yang bernama Nira itu bersuara kembali. "M-maaf, Nyonya. Jangan salah paham. Saya masuk ke dalam kamar karena menjemput Cleo yang tadi sedang berlari ke dalam sini. Saya kira nggak ada siapapun. Ternyata ada Bapak yang sedang tidur."

Aku meliriknya dengan tajam. Langsung protes dengan perlakuannya. Sebab, aku tidak suka ada orang asing yang memasuki kamarku sembarangan.

"Kenapa kamu berani sekali masuk ke kamarku? Apalagi ada suamiku didalamnya. Kamu nggak diajarin sopan santun sama orang tuamu?" kataku dengan sengit.

Dia terlihat kikuk. "B-bukan begitu, Nyonya. Saya sungguh nggak tahu kalau Bapak Adam ada didalam. Maaf, Nyonya. Lain kali saya tidak akan mengulangi hal ini lagi." Wanita muda itu tampak ketakutan.

"Sayang, dia nggak tahu kalau Mas disini tadi. Udah nggak apa-apa. Aku maafin dia kok." Suamiku bersuara sembari menepuk-nepuk pelan kedua bahuku. Mencoba berusaha menenangkanku. Sebab, ia tahu bahwa aku sedang kesal.

Jika bukan karena suamiku yang menyudahi semuanya, aku pasti masih terus berlanjut untuk terus menginterogasinya sampai ke akar-akar.

"Yaudah. Sana kamu kembali ke kamar," ucapku pada Nira. Dia mengangguk dengan cepat dan segera berjalan keluar kamar meninggalkan aku dan Mas Adam.

"Kamu capek ya?" Mas Adam bertanya. Kening dan bibirku dikecupnya langsung. Aku terdiam. Sejenak menikmati lumatan bibirnya.

Mas Adam selesai menciumiku. Aku tersenyum ke arahnya. Ku letakkan tas sandang milikku diatas nakas. Kemudian dengan cepat aku memeluk Mas Adam. Menciumi wajahnya dengan mesra. Sesuai dengan janjiku tadi siang, bahwa malam ini aku akan melayani Mas Adam sesuai permintaannya.

Tanganku mulai nakal meraba bonggolan Mas Adam dibalik celananya. Namun, Mas Adam langsung mencegah tanganku. Aku menaikkan satu alis, merasa heran dengan tingkah suamiku yang menolak perbuatanku ini.

"Kenapa sayang? Mas nggak suka?" tanyaku masih menganga.

Mas Adam berdehem lebih dulu. "Ehem. Mas lagi nggak pengen."

"Kenapa? Kan tadi mas ngajak aku. Aku janjinya malam ini," ucapku manja.

Mas Adam tersenyum. "Iya kan itu tadi siang. Sekarang udah nggak lagi."

Aku mengerutkan dahi. "Kok bisa? Mas main tunggal?" tanyaku penuh selidik.

Mas Adam tersenyum genit. "Apa sih kamu, Dek. Bisa aja." Muka Mas Adam memerah tampak malu karena ku goda seperti itu.

Aku semakin menggodanya. "Iya ya mas? Mas main tunggal? Jadi, video mana lagi yang mas tonton untuk main?"

"Heh, apaan sih, Dek."

Aku tertawa terbahak-bahak. Merasa lucu melihat suamiku.

"Mas ngantuk nih. Mau tidur. Kamu udah makan?" Mas Adam langsung mengalihkan topik pembicaraan.

Aku menggelengkan kepala. "Belum. Mas udah makan kan?" Aku hafal betul jam makan malam mas Adam.

Mas Adam mengangguk. "Udah tadi sama anak-anak. Kamu mau aku temenin makan nggak?"

Aku menggeleng dan tersenyum sumringah. "Nggak, Mas. Aku makan sendirian aja. Mas tidur aja duluan. Nanti aku nyusul." Aku mengedipkan satu mataku.

"Bener nih?" tanya Mas Adam memastikan.

Aku mengangguk lagi. "Bener sayang. Udah sana tidur, Mas." kataku menyuruh suami.

Mas Adam menurutiku. Mas Adam segera masuk ke kamar untuk tidur.

***

Setelah selesai makan malam dan membersihkan diri, aku kembali masuk ke kamar. Berencana untuk segera naik ke atas ranjang dan ikut tidur disebelah suamiku tercinta.

Ku peluk Mas Adam dari belakang dengan sangat erat. Salah satu kebiasaan yang selalu aku lalukan selama ini.

Drrtt! Drrtt! Drrt!!

Ponsel Mas Adam bergetar diatas nakas. Sepertinya sebuah pesan telah masuk.

"Siapa yang ngechat malam-malam begini?" batinku bertanya.

Khawatir bahwa pesan itu bisa jadi dari sanak keluarga yang mengabarkan sesuatu, maka aku segera memeriksanya. Kebetulan nakas itu terletak tepat disebelahku.

Ku ambil gawai suamiku dan kubuka pesan W******p tanpa nama tersebut.

"Gimana tadi, Mas? Puas nggak?" isi pesan dari nomor tanpa nama tersebut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
suami benaran selingkuh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Membalas Perselingkuhan Suami   BAB 43-PAPA, JANGAN PERGI!

    "Sampai tadi pagi pun aku tahu bahwa keadaan Ibu masih belum stabil. Itu makanya saya masih belum berani bilang ke ibu. Saya takut kalau keadaan Ibu semakin memburuk," kata Nira lagi. Dia memberi tahu alasannya padaku mengapa ia tidak memberitahuku bahwa Xabiru mengigau serius."Oh ya sudah enggak apa-apa, Nira. Saya minta tolong ya sama kamu. Tolong panggilkan dokter pribadi untuk memeriksa Xabiru. Okay? Tunggu saya pulang. Sebentar lagi ya saya akan pulang." Begitu kataku kepada Nira. "Baik. Siap laksanakan," ucapnya.Aku mengakhiri telepon. Ternyata Birana sudah berdiri dibelakangku. Wajahnya terlihat sedih melihat air di kedua sudut mataku sudah turun. "Ra, aku gagal jadi ibu. Aku nggak tahu kalau dia sakit," kataku pilu.Birana langsung mendekatiku dan memelukku. "It's okay. Nggak papa. Kamu bukan gagal jadi ibu. Cuman Tuhan kasih kamu waktu buat sendiri dulu untuk mewaraskan diri kamu yang lagi ditimpa masalah ini.***Tidak terasa waktu ku sudah habis 10 menit. Polisi memanggil

  • Membalas Perselingkuhan Suami   BAB 42-XABIRU

    Aku dan Birana langsung saja menuju kantor Polisi. Sesampainya di sana, benar saja mas Adam sudah duduk di depan polisi untuk dimintai keterangan."Ibu Ghida, silakan duduk disebelah Bapak Adam," kata polisi tersebut. Kemudian ia melanjutkan kalimatnya lagi. "Kami sudah mencoba menghubungi bapak Ginanjar, namun beliau sedang ada kesibukan lain. Jadi beliau menitipkan semuanya kepada ibu Ghinda."Aku membalasnya dengan anggukan kepala. "Oh iya pak terima kasih."Selama proses pemeriksaan, aku sama sekali tidak menoleh ke arah kananku tepatnya ke arah mas Adam. Aku hanya bisa mendengar suaranya."Jika Bapak tahu hasil pemeriksaan visum dari bapak Ginanjar dan juga Ibu Ghinda sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka sedang habis melakukan hubungan seksual. Maka dengan ini kami menyatakan bahwa pelaporan yang bapak buat kemarin adalah sebuah fitnah. Bapak telah menuduh tanpa bukti. Jadi kami akan mengenakan Bapak sanksi," ujar polisi tersebut kepada mas Adam.Mas Adam hanya terdiam tida

  • Membalas Perselingkuhan Suami   Bab 41-Telepon Dari Polisi

    "Lho! Itu ya bukan urusan aku dong. Itu karena kamu udah jahat sama aku. Kamu udah merebut suamiku. Sekarang kamu yang harus menikmati hukuman itu. Hukuman langsung dari Tuhan untuk kamu," kataku dengan ketus.Sementara Tere terus menangis. Malah tangisannya kini semakin kencang. Ia terlihat seperti orang yang tidak waras lagi."Kak tolong maafkan aku. Aku bisa ngelakuin apa aja yang kakak suruh asalkan kakak bisa memaafkanku dan membersihkan nama baik ku di sekolah. Di tempat kerjaku," pintanya.Ia menambahkan kalimatnya lagi sebelum aku membalas ucapannya. "Aku nggak ada kerjaan lagi, Kak. Cuman itu satu-satunya harapanku. Mohon kak jangan seperti ini.""Kamu aneh ya! Apa yang bisa aku lakuin?" tanyaku dengan sewot. Aku sudah sangat risih."Kakak bisa datang ke sekolahan. Kemudian kakak temui kepala sekolah dan katakan bahwa kasus ini nggak benar. Tolong bersihkan nama baikku. Tolong, aku tidak ingin dicap buruk."Aku tertawa kencang. "Hahaha. Kok ada ya orang kayak kamu, Tere? Kamu

  • Membalas Perselingkuhan Suami   Bab 40- Kedatangan Wanita Penggoda

    Aku dan Mas Ginan memasuki ruangan yang dimaksud oleh polisi wanita tersebut. Dua polisi pria juga mengawal kami.Setelah masuk ke dalam, seorang perempuan yang mengenakan jas putih mempersilakan kami untuk duduk tepat dihadapannya. Ia adalah seorang dokter yang telah memeriksa visum kami. "Bapak dan Ibu hasil visumnya bisa dibaca disini," katanya sembari memberikan beberapa lembar kertas kepada kami.Aku dan mas Ginan melihat secara bersamaan. "Bapak dan Ibu hasil visumnya aman. Tidak terjadi terjadi tanda-tanda telah melakukan hubungan seksual. Jadi kalian dinyatakan bebas tidak melakukan perzinahan," katanya.Aku dan mas Ginan bernafas lega. Akhirnya tuduhan perzinahan tidak terbukti."Kalau begitu saya minta dibuatkan surat laporan karena mas Adam yang masih berstatus suami saya sudah menuduh saya berbuat zina," kataku meminta kepada polisi pria yang sedang berdiri di sebelah kami."Apakah itu tidak masalah, Bu?" tanya salah satu dari polisi tersebut. Wajahnya tampak bingung. Kemu

  • Membalas Perselingkuhan Suami   Bab 39-Harus Melakukan Visum

    Mataku tidak sengaja melihat ke arah luar. Dibalik pohon akasia yang letaknya tepat di pinggir jalan rumahku, aku melihat Mas Adam sedang berdiri di balik sana dan memerhatikan kami di dalam. Mata kami sempat bertemu beberapa detik. Tampak Mas Adam terkejut. Ia malah lari setelah itu."Oh itu dia! Malah kabur!" kataku bereaksi spontan sembari menunjuk ke arahnya yang sedang berlari.Mas Ginan dan ketiga polisi tersebut secara bersamaan menoleh ke arah yang aku tunjuk. Mereka juga sempat melihat Mas Adam berlari."Tuh lihat, Pak! Kalau memang benar kami berzinah, kenapa dia nggak ikut masuk ke sini? Malah dia yang melarikan diri," kataku ketus kepada ketiga polisi tersebut.Ketiga polisi tersebut terlihat bingung. Lalu salah satu diantaranya bersuara. "Maaf, Bu. Kami tidak tahu yang dilaporkan oleh beliau benar atau tidaknya. Tapi karena negara kita adalah negara hukum sebaiknya Bapak dan Ibu harus membuktikan bahwa kalian benar-benar tidak sedang berzina."Au tercengang. Bisa-bisanya

  • Membalas Perselingkuhan Suami   Bab 38-Ulah Adam!

    "Gila kamu ya!" kata mas Adam kepadaku. Wajahnya masih dipenuhi amarah. Tapi tiba-tiba tanpa berkata apapun mas Adam pergi begitu saja. Dia melangkahkan kaki untuk keluar gerbang rumahku. Mungkin dia takut dengan ancamanku yang akan melaporkannya ke polisi atas dugaan kekerasan karena sudah memukul Mas Ginan.Ku biarkan dia pergi begitu saja. Sementara aku langsung menolong Mas Ginan. Kulihat rahang pipi Mas Ginan merah dan pria itu tampak sedari tadi harus menahan sakit."Mas, ayo masuk dulu ke dalam rumah. Aku akan mengompresnya. Biar aku obati ya," kataku.Mas Ginan melambaikan tangannya. "Aku nggak apa-apa kok. Aku bisa sendiri nanti ngobatinnya di hotel. Bener deh." Begitu kata Mas Ginan dengan napas yang tersengal-sengal.Aku menggeleng. "Enggak, Mas. Aku harus tanggung jawab karena ini kesalahanku juga. Biar aku obatin ya, Mas. Tolong Mas mau terima sebagai permintaan maaf ku." Aku memaksa mas Ginan untuk mengobatinya di rumahku karena aku benar-benar merasa bersalah.Mas Ginan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status