Home / Rumah Tangga / Membalas Perselingkuhan Suami / Bab 3-Ingin Mengundurkan Diri

Share

Bab 3-Ingin Mengundurkan Diri

Author: Alin Sky
last update Last Updated: 2023-01-21 21:14:02

Kedua mataku membulat sempurna setelah membaca isi pesan dari nomor tanpa nama digawai suamiku. Pesan tersebut bermakna ambigu, bagaimana mungkin aku bisa berpikir positif.

Mas Adam terbangun dari tidurnya. Tiba-tiba ia langsung merebut ponselnya dari tanganku.

Aku tercengang.

"Siapa itu, Mas?" tanyaku langsung. Mataku sudah memanas.

"Bukan siapa-siapa," jawab Mas Adam tanpa melirik sedikitpun ke arahku. Ia tetap menatap layar gawainya. Ku lihat jemarinya langsung menari diatas keyboard ponsel. Sepertinya suamiku itu sedang membalas pesan dari nomor tanpa nama tadi.

"Apa maksudnya bukan siapa-siapa, Mas? Lihat itu isi pesannya kenapa begitu?" tanyaku lagi. Mulai merasa penasaran.

"Ini rekan kerjaku." Mas Adam menjawab singkat. Matanya masih fokus dengan layar telepon.

Aku tersenyum kecut. "Heh, rekan kerja kok nanyanya begitu? Apa maksud dia nanya-nanya kamu puas atau nggak? Puas apa? Memangnya kalian habis ngapain?"

"Dia punya usaha kuliner. Tadi mas pesan sekalian buat anak-anak juga. Terus malam ini dia mau tanya testi dari Mas." Mas Adam menjawab kecurigaanku dengan wajah tenang.

Tapi tetap saja aku tidak memercayainya. Pikiranku entah sudah melancong kemana-mana mengingat isi pesan tadi. "Jangan bohong, Mas!" Aku menatap Mas Adam dengan tatapan penuh selidik.

"Ya ampun, Dek. Bohong gimana sih?" Mas Adam mengerutkan dahinya. Tampak bingung demganku.

"Kuliner apa emang? Kok sampe ditanya puas atau enggaknya?" tanyaku lagi.

"Usaha cireng. Coba aja tanya sama anak-anak, pasti mereka makan cireng bareng aku," jawabnya. Mencoba untuk meyakinkanku.

Aku terdiam sambil mengerucutkan bibir. Akhir-akhir ini jagat maya maupun lingkungan sekitarku lagi marak-maraknya memperbincangkan istri yang menjadi korban perselingkuhan suaminya. Hal itu yang saat ini aku pikirkan. Aku sangat takut jika itu juga terjadi padaku.

"Apa perlu Mas telepon dia biar kamu percaya?" kata Mas Adam. Ia langsung fokus menatap layar gawainya untuk bersiap-siap menghubungi nomor tersebut.

"Eittss, nggak usah." Aku melarang Mas Adam untuk menghubungi rekannya itu. Sebab, wajah Mas Adam terlihat serius. Jadi, aku memercayainya.

"Maaf ya, Mas. Aku udah curiga sama, Mas," ucapku meminta maaf.

"Bener nih nggak usah mas telepon dia? Nanti kamu masih terus bahas-bahas sampai besok kalah nggak dikelarin sekarang juga."

Aku mengangguk yakin. "Iya, Mas. Nggak usah deh. Ini juga udah malam. Udah waktunya orang tidur. Aku percaya kok sama, Mas."

Mas Adam mendekatiku dan membelai kepalaku dengan lembut. "Makasih sayang, udah pengertian."

Percakapan kami malam itu selesai ketika kami beranjak naik ke atas ranjang untuk beristirahat memejamkan mata sebelum kembali memulai aktifitas lagi dipagi harinya.

***

"Nggak bisa kita ganti aja Babysitter Cleo, Mas?" tanyaku kepada Mas Adam ketika suamiku itu baru saja menempelkan bokongnya dikursi. Aku masih fokus untuk mengambilkannya nasi untuk sarapan.

"Kenapa?" tanya Mas Adam yang sepertinya sedang memandangku.

"Aku nggak suka sama dia, Mas. Keliatannya dia lancang. Lagian Mas kenapa nggak konfirmasi ke aku dulu? Mas main terima-terima aja dia jadi Babysitternya Cleo," jelasku.

Mas Adam berhenti mengunyah. Ia menatapku lekat-lekat. "Dek, tapi kamu kemarin bilang kalau soal Babysitternya Cleo ini terserah aku. Jadi, yang menurut aku pantas untuk dipekerjakan ya cuman dia."

"Pantas? Apanya yang pantas, Mas? Dia udah lancang lho masuk ke kamar kita. Itu yang Mas sebut pantas?" jawabku sambil membalas tatapan mata Mas Adam.

Suamiku itu tampak menghela napasnya sejenak. Lalu, ia menjawab. "Dek, kenapa sih masih bahas masalah tadi malam terus? Kan udah kelar. Udah dijelasin dia masuk karena mau cari Cleo. Dia tanggung jawab, kan? Dia nggak tahu kalau Mas lagi didalam kamar."

"Sama aja, Mas. Itu namanya dia tetap lancang. Kalau dia punya attitude yang baik, dia nggak akan masuk ke kamar kita. Karena dia tahu kalau masuk ke dalam kamar majikan tanpa izin itu nggak boleh," kataku tetap kekeh pada penilaianku kepada Babysitter baru anak bungsuku tersebut. Bahwa dia tidak memiliki kesopanan. Aku tetap tidak suka padanya.

Mas Adam menarik napasnya. Tiba-tiba pria yang merupakan suamiku itu menyudahi sarapannya begitu saja. Padahal didalam piringnya masih tersisa banyak nasi.

"Mas bingung banget sama kamu ya. Kamu yang mintas Mas kemarin untuk cari Babysitter Cleo. Kata kamu terserah Mas aja. Tapi giliran udah dapet, kamu malah ngomel-ngomel nggak jelas."

Mas Adam tampak marah kepadaku.

"Iya, Mas. Aku tahu kemarin memang aku bilang terserah Mas aja. Tapi kan aku nggak akan tahu kalau dia itu bakal kayak gini. Nggak punya attitude banget," jawabku lagi.

"Kalau kamu nggak menghargai keputusan kepala keluarga, ya hidup sendiri-sendiri aja dirumah ini!" ucap Mas Adam kepadaku dengan ketus. Ia pun langsung beranjak dari duduknya dan segera melangkahkan kakinya keluar.

"Mas! Mas! Bukan begitu, Mas." Aku ikut berdiri untuk menyusul suamiku.

Mas Adam tidak memedulikan panggilan dariku. Diambilnya kunci mobil dan mulai memanggil Xabi, si sulung kami untuk segera cepat berangkat ke sekolah. "Xabi, buruan, Nak. Biar Ayah antar."

"Mas, kenapa kok kamu marah?" tanyaku sambil menarik lengannya agar ia bisa menghadap ke arahku.

Mas Adam terdiam. Ia menatapku. "Kenapa? Kamu aja jadi kepala keluarga dirumah ini kalau nggak bisa menghargai keputusan saya."

Aku menelan ludahku sendiri. Aku tahu jika Mas Adam sudah menyebut dirinya sendiri dengan panggilan "Saya" didepanku, maka ia memang sedang marah kepadaku.

"M-maaf, Bapak dan Ibu. Saya sudah dengar semuanya. Jadi, nggak apa-apa, Pak. Saya mengaku salah dan saya ingin mengundurkan diri saja," ucap Nira. Tiba-tiba ia muncul didepan kami, tepatnya diruang tamu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
suami udah selingkuh..nganek pula
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
guindik llaki "bejat
goodnovel comment avatar
Dhea Zakiyah
ntahlah benci bgt dgn yg nma nya perselingkuhan apalg krna hawa nafsu & embel² cinta
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Membalas Perselingkuhan Suami   BAB 43-PAPA, JANGAN PERGI!

    "Sampai tadi pagi pun aku tahu bahwa keadaan Ibu masih belum stabil. Itu makanya saya masih belum berani bilang ke ibu. Saya takut kalau keadaan Ibu semakin memburuk," kata Nira lagi. Dia memberi tahu alasannya padaku mengapa ia tidak memberitahuku bahwa Xabiru mengigau serius."Oh ya sudah enggak apa-apa, Nira. Saya minta tolong ya sama kamu. Tolong panggilkan dokter pribadi untuk memeriksa Xabiru. Okay? Tunggu saya pulang. Sebentar lagi ya saya akan pulang." Begitu kataku kepada Nira. "Baik. Siap laksanakan," ucapnya.Aku mengakhiri telepon. Ternyata Birana sudah berdiri dibelakangku. Wajahnya terlihat sedih melihat air di kedua sudut mataku sudah turun. "Ra, aku gagal jadi ibu. Aku nggak tahu kalau dia sakit," kataku pilu.Birana langsung mendekatiku dan memelukku. "It's okay. Nggak papa. Kamu bukan gagal jadi ibu. Cuman Tuhan kasih kamu waktu buat sendiri dulu untuk mewaraskan diri kamu yang lagi ditimpa masalah ini.***Tidak terasa waktu ku sudah habis 10 menit. Polisi memanggil

  • Membalas Perselingkuhan Suami   BAB 42-XABIRU

    Aku dan Birana langsung saja menuju kantor Polisi. Sesampainya di sana, benar saja mas Adam sudah duduk di depan polisi untuk dimintai keterangan."Ibu Ghida, silakan duduk disebelah Bapak Adam," kata polisi tersebut. Kemudian ia melanjutkan kalimatnya lagi. "Kami sudah mencoba menghubungi bapak Ginanjar, namun beliau sedang ada kesibukan lain. Jadi beliau menitipkan semuanya kepada ibu Ghinda."Aku membalasnya dengan anggukan kepala. "Oh iya pak terima kasih."Selama proses pemeriksaan, aku sama sekali tidak menoleh ke arah kananku tepatnya ke arah mas Adam. Aku hanya bisa mendengar suaranya."Jika Bapak tahu hasil pemeriksaan visum dari bapak Ginanjar dan juga Ibu Ghinda sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka sedang habis melakukan hubungan seksual. Maka dengan ini kami menyatakan bahwa pelaporan yang bapak buat kemarin adalah sebuah fitnah. Bapak telah menuduh tanpa bukti. Jadi kami akan mengenakan Bapak sanksi," ujar polisi tersebut kepada mas Adam.Mas Adam hanya terdiam tida

  • Membalas Perselingkuhan Suami   Bab 41-Telepon Dari Polisi

    "Lho! Itu ya bukan urusan aku dong. Itu karena kamu udah jahat sama aku. Kamu udah merebut suamiku. Sekarang kamu yang harus menikmati hukuman itu. Hukuman langsung dari Tuhan untuk kamu," kataku dengan ketus.Sementara Tere terus menangis. Malah tangisannya kini semakin kencang. Ia terlihat seperti orang yang tidak waras lagi."Kak tolong maafkan aku. Aku bisa ngelakuin apa aja yang kakak suruh asalkan kakak bisa memaafkanku dan membersihkan nama baik ku di sekolah. Di tempat kerjaku," pintanya.Ia menambahkan kalimatnya lagi sebelum aku membalas ucapannya. "Aku nggak ada kerjaan lagi, Kak. Cuman itu satu-satunya harapanku. Mohon kak jangan seperti ini.""Kamu aneh ya! Apa yang bisa aku lakuin?" tanyaku dengan sewot. Aku sudah sangat risih."Kakak bisa datang ke sekolahan. Kemudian kakak temui kepala sekolah dan katakan bahwa kasus ini nggak benar. Tolong bersihkan nama baikku. Tolong, aku tidak ingin dicap buruk."Aku tertawa kencang. "Hahaha. Kok ada ya orang kayak kamu, Tere? Kamu

  • Membalas Perselingkuhan Suami   Bab 40- Kedatangan Wanita Penggoda

    Aku dan Mas Ginan memasuki ruangan yang dimaksud oleh polisi wanita tersebut. Dua polisi pria juga mengawal kami.Setelah masuk ke dalam, seorang perempuan yang mengenakan jas putih mempersilakan kami untuk duduk tepat dihadapannya. Ia adalah seorang dokter yang telah memeriksa visum kami. "Bapak dan Ibu hasil visumnya bisa dibaca disini," katanya sembari memberikan beberapa lembar kertas kepada kami.Aku dan mas Ginan melihat secara bersamaan. "Bapak dan Ibu hasil visumnya aman. Tidak terjadi terjadi tanda-tanda telah melakukan hubungan seksual. Jadi kalian dinyatakan bebas tidak melakukan perzinahan," katanya.Aku dan mas Ginan bernafas lega. Akhirnya tuduhan perzinahan tidak terbukti."Kalau begitu saya minta dibuatkan surat laporan karena mas Adam yang masih berstatus suami saya sudah menuduh saya berbuat zina," kataku meminta kepada polisi pria yang sedang berdiri di sebelah kami."Apakah itu tidak masalah, Bu?" tanya salah satu dari polisi tersebut. Wajahnya tampak bingung. Kemu

  • Membalas Perselingkuhan Suami   Bab 39-Harus Melakukan Visum

    Mataku tidak sengaja melihat ke arah luar. Dibalik pohon akasia yang letaknya tepat di pinggir jalan rumahku, aku melihat Mas Adam sedang berdiri di balik sana dan memerhatikan kami di dalam. Mata kami sempat bertemu beberapa detik. Tampak Mas Adam terkejut. Ia malah lari setelah itu."Oh itu dia! Malah kabur!" kataku bereaksi spontan sembari menunjuk ke arahnya yang sedang berlari.Mas Ginan dan ketiga polisi tersebut secara bersamaan menoleh ke arah yang aku tunjuk. Mereka juga sempat melihat Mas Adam berlari."Tuh lihat, Pak! Kalau memang benar kami berzinah, kenapa dia nggak ikut masuk ke sini? Malah dia yang melarikan diri," kataku ketus kepada ketiga polisi tersebut.Ketiga polisi tersebut terlihat bingung. Lalu salah satu diantaranya bersuara. "Maaf, Bu. Kami tidak tahu yang dilaporkan oleh beliau benar atau tidaknya. Tapi karena negara kita adalah negara hukum sebaiknya Bapak dan Ibu harus membuktikan bahwa kalian benar-benar tidak sedang berzina."Au tercengang. Bisa-bisanya

  • Membalas Perselingkuhan Suami   Bab 38-Ulah Adam!

    "Gila kamu ya!" kata mas Adam kepadaku. Wajahnya masih dipenuhi amarah. Tapi tiba-tiba tanpa berkata apapun mas Adam pergi begitu saja. Dia melangkahkan kaki untuk keluar gerbang rumahku. Mungkin dia takut dengan ancamanku yang akan melaporkannya ke polisi atas dugaan kekerasan karena sudah memukul Mas Ginan.Ku biarkan dia pergi begitu saja. Sementara aku langsung menolong Mas Ginan. Kulihat rahang pipi Mas Ginan merah dan pria itu tampak sedari tadi harus menahan sakit."Mas, ayo masuk dulu ke dalam rumah. Aku akan mengompresnya. Biar aku obati ya," kataku.Mas Ginan melambaikan tangannya. "Aku nggak apa-apa kok. Aku bisa sendiri nanti ngobatinnya di hotel. Bener deh." Begitu kata Mas Ginan dengan napas yang tersengal-sengal.Aku menggeleng. "Enggak, Mas. Aku harus tanggung jawab karena ini kesalahanku juga. Biar aku obatin ya, Mas. Tolong Mas mau terima sebagai permintaan maaf ku." Aku memaksa mas Ginan untuk mengobatinya di rumahku karena aku benar-benar merasa bersalah.Mas Ginan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status