"Alexander hentikan!" Jerit Verona"Kau lemah sekali" ejek Alexander"Ku bilang hentikan!. Geli Alexander, berhenti menggelitik ku terus!"Verona berusaha menghindar dari Alexander yang belum ada niatan untuk menghentikan aksi menyebalkannya.Saat Verona tengah fokus mengaduk adonan pancake seorang diri di dapur, entah dari mana siluman itu datang kemudian mengagetinya. Spontan Verona melempar sendok yang terbuat dari kayu itu ke arah Alexander, membuat pria itu kesal karena berhasil mengenai kepalanya.Pria itu pun segera menerjangnya, menggelitik perutnya hingga ia memohon untuk berhenti namun tak di gubris oleh Alexander.Dengan geram Verona mengambil tepung yang berada di atas meja di belakangnya kemudian melemparkannya ke wajah Alexander.Seketika wajah yang sebelumnya mulus tanpa noda itu beralih menjadi putih, bahkan rambut pria itu tak luput kena oleh tepung."Kau!" Geram AlexanderTangannya sudah terlepas dari pinggang Verona, kesempatan itu Verona ambil untuk menjauh dari Al
Lucas tengah menutup kedua telinganya, berusaha tidak mendengar perkataan ayahnya yang kini berjalan mondar mandir di depan meja kerjanya."Apa kau benar-benar akan melajang sampai mati?. Usia mu sudah cukup untuk menikah Lucas" ujar raja EdwardEdward menatap Lucas yang sengaja menutup kedua telinganya dengan mata terpejam. Anak itu rupanya pura-pura tuli"Kau dengar ucapan ayah tidak?" Bentak Edward.Lucas membuka matanya, masih setia dengan tangan yg menutupi kedua telinganya,"Apa ayah mengatakan sesuatu?" Lucas bertanya balikEdward menghela nafas lelah. Anak laki-laki nya satu ini memang selalu menghindar jika sudah membicarakan tentang pernikahan. Apa Lucas tidak tertarik sama sekali dengan salah satu putri-putri raja dan bangsawan yang pernah ia kenalkan?Edward pikir, saat ia memberi kebebasan kepada Lucas untuk mencari pasangan, pria itu akan segera meminang gadis yang selama ini mungkin ia inginkan. Tetapi, hingga saat ini Lucas terus mengatakan jika ia belum menemui wanita
Suara tarikan kursi memecah fokusnya, menoleh ke depan dan melihat seorang pria berambut pirang kini sudah duduk di hadapannya"Apa aku mengganggu waktu senggang mu, Duchess?"............................................Verona dengan mata memicing memperhatikan wajah pria yang tiba-tiba duduk di seberangnya, wajahnya terlihat familiar, apa Verona pernah bertemu dengannya?Melihat gelagat Verona, Felix tersenyum geli."Ini aku Felix, Duchess. Apa kau tidak mengingat ku?""Felix" Batin Verona. Sedetik kemudian mulutnya terbuka setelah mengingat pria itu"Ah ya, Marquess Felix. Maaf, aku sedikit lupa dengan wajah mu." Ucap Verona dengan nada sedikit tak enak hatiFelix tersenyum, "Tidak apa-apa Duchess. Mungkin wajah saya tida semenarik itu untuk diingat"Felix sedikit kecewa karena Verona melupakannya. Padahal ia dan wanita itu pernah bertemu dua kali, namun Verona seolah lupa akan pertemuan mereka. Jika diluar sana, para wanita yang bertemu dengannya pasti akan selalu mengingat wajah t
Verona meneliti kertas yang berada ditangannya. Setelah membacanya berulang kali dan memastikan kebenarannya ia mendesah, rupanya kecurigaannya pada Rosella benar. Dana yang ditarik dalam jumlah yang cukup banyak ternyata tidak digunakan sebagaimana mestinya, perempuan itu menggunakan seluruh koin untuk berbelanja dan berjudi. Ia tidak menyangka jika Rosella mempunyai hobi seburuk itu.Setelah pamit dari sarapan bersama, Jarvis sudah menunggu kedatangannya di depan kamar. Segera Jarvis menjelaskan hasil penyelidikannya dan memberikannya detail surat yang berisi keterangan beberapa nama toko dan tempat yang dikunjungi Rosella.Bukti ini akan ia kantongi terlebih dahulu. Hanya beberapa bukti tidak cukup untuk mendepak Rosella dari kediaman ini, meski wanita itu banyak berlaku jahat kepada Verona yang dulu, ia tidak memiliki cukup bukti untuk menyalahkan Rosella.Suara ketukan pintu terdengar, cepat-cepat Verona menyimpan kertas tersebut di dalam lacinya.Terlihat Alexander masuk ke kama
Saat ini Alexander bersama Rosella tengah berjalan di sekitar taman mansion. Keduanya beriringan sembari membahas beberapa hal, hingga kemudian Rosella bertanya kepada Alexander"Alex sebelumnya maaf, bukan maksud ku menyinggung. Hanya, kau tidak akan melupakan ku kan setelah ini?"Kening Alexander mengerut,"Berbicara yang jelas!" Alexander bingung dengan ucapan Rosella, melupakan karena apa memangnya?Rosella memilin gaunnya sejenak,"Duchess Verona sudah sembuh. Dia sudah kembali seperti dulu, dan ku harap kau tidak melupakan ku dan merasa tidak membutuhkan ku lagi setelah ini"Raut wajah sendu Rosella tak luput dari pandangan Alexander. Pria itu sedikit mendekat kemudian mengelus surai Rosella,"Bagaimana bisa aku melupakanmu? Kau adalah teman ku, istri dan juga ibu dari anak ku. Aku memiliki tanggung jawab atas mu jadi kau tidak perlu khawatir" ucap AlexanderSedangkan di seberang sana, Verona menatap kedua insan itu sembari telinganya tajam mendengar percakapan mereka. Sekarang Ver
Alexander bersama pasukannya menyusuri gelapnya malam untuk mencari keberadaan sang Duchess. Alexander masih bertanya pada dirinya sendiri, kenapa wanita itu begitu ceroboh pergi dari kediaman tanpa memberitahu kepada siapapun kemana ia pergi. Alexander berdecak kesal, tidak habis pikir dengan istrinyaTiba-tiba beberapa prajurit berkuda yang berada di depannya berhenti, keningnya mengerut begitu melihat sosok yang ia kenal"Apa yang kau lakukan malam hari disini, Viscount Christof?" Tanya AlexanderChristof bersama dengan ajudannya memberi hormat sejenak kemudian menjawab,"Saya baru kembali dari Brilla untuk urusan pekerjaan, Duke. Duke Alexander sendiri sedang apa ditengah malam seperti ini?""Aku mencari Duchess Verona""Duchess Verona?"Alexander mengangguk,"Ia belum kembali ke kediaman sejak pergi pagi tadi""Tadi pagi saya berpapasan dengannya" bohong ChristofAlexander lekas turun dari kereta kudanya dan menghampiri Christof"Dimana?...""Saya sempat bertemu dengan Duchess di B
Sudah dua hari berlalu sejak kejadian yang menggemparkan mansion terjadi. Kini Alexander sedang berada di kerajaan, ia diundang rapat untuk mendiskusikan terkait penyerangan yang terjadi di salah satu wilayah kerajaan.Kerajaan Lexton memilik rival yang sampai saat ini kedua kerajaan tersebut masih bersitegang terkait perluasan wilayah. Kerajaan Tryell yang terletak di sebelah timur kerajaan Lexton kembali melakukan gerakan untuk mendapatkan kekuasaan terhadap kerajaan Lexton."Walau pasukan Tryell masih menyerang pada wilayah-wilayah kecil saat ini, tak memungkinkan jika mereka akan segera melakukan pergerakan ke wilayah yang lain yang mulia" ucap sang perdana menteriRaja Edward duduk di singgasana nya sembari menopang dagu, mata dan telinganya terfokus pada ucapan-ucapan para menteri kerajaan"Kita harus segera bergerak menghentikan penyerangan ini. Untuk sementara, berita ini jangan sampai keluar ke masyarakat yang berada di pusat Lexton, atau mereka akan resah dan terjadi keribut
Pagi-pagi sekali Irina sudah bangun dan bersiap-siap untuk pergi kunjungan ke salah satu Panti asuhan yang berada di sudut Kota. Sejak ia bangun ia tidak berhenti bersumpah serapah karena tidur pagi nya yang terganggu. Ketika ia tengah bercermin untuk memoles lipstik di bibir nya, ia melirik sejenak ke arah pintu kamarnya yang terbuka dan menampilkan sosok ibunya yang sudah bersedekap dada sambil menatapnya. "Irina, ibu harap kau tau apa yang harus kau lakukan sampai disana, jangan sampai kau semakin mengacau dan membuat citra mu semakin buruk di depan publik." ujar sang ibu, Edith. Irina menghentikan kegiatannya kemudian berbalik menghadap sang ibu dengan raut muka masamnya "Ibu really? Anak-anak? Tidak bisakah ibu menyuruh ku ke tempat yang lain? Misalkan panti jompo? Tidak apa-apa aku harus bertemu dengan tempat yang penuh dengan lansia bau tanah, yang penting jangan pertemukan aku dengan sekumpulan anak-anak yang nakal dan menyebalkan. Ibu tau aku tidak suka." ucap Irina denga