Kabar bahagia pun menyelimuti mansion dengan hamilnya Verona. Semua menyambut gembira akan kabar baik tersebut tak terkecuali orang tua Verona yang telah lama menantikan cucu, mereka bahkan menangis mendengar kabar jika putrinya itu mengandung anak kembar. Verona pun tak hentinya mengucap syukur kepada Tuhan karena mengabulkan keinginan nya, Alexander pun senang akan berita tersebut dan mulai protektif terhadap Verona.
Hingga tiba di hari kelahiran bayi kembarnya, Verona berhasil melahirkan bayi kembar berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Verona pun menangis bahagia begitu ia mendengar tangisan dari bayi-bayi nya itu.
Mereka begitu tampan dan cantik seperti kedua orang tua nya, sekarang ia akan menjadi seorang ibu dan Alexander akan menjadi seorang ayah yang hebat untuk mereka.
Verona pun mengambil salah satu bayi laki-laki nya dan menimangnya sembari memberikan nya asi kemudian bergantian dengan bayi perempuan nya.
Di tengah kebahagiaan nya ia pun tidak melihat Alexander yang menghampiri nya untuk melihat kondisinya dan bayi-bayi nya. Ia pun bertanya kepada pelayan pribadinya kemana Alexander pergi, dan yang ditanyapun menjawab jika Alexander keluar beberapa waktu lalu dan belum kembali.
Verona pun hanya mengangguk mendengar jawaban dari pelayannya, ia pun merebahkan diri nya untuk beristirahat hingga ia terbangun di tengah malam ia belum melihat Alexander. Kemana pria itu pergi hingga larut malam?
Keesokan harinya, ketika Verona tengah selesai memberikan asi untuk bayi-bayi nya, tiba-tiba pelayan nya berlari menghampiri nya dan mengatakan hal yang membuat dunianya runtuh.
Ia pun berlari turun kebawah dan melihat banyak kereta kuda yang telah terparkir di depan Dukedom dengan bendera lambang kediaman nya, ia pun berjalan mendekat dan melihat disana ibunya menangis sembari memeluk peti sang ayah yang telah gugur dalam perperangan. Ia pun berjalan sempoyongan dan terjatuh menangis di hadapan peti sang ayah.
Ayahnya, orang yang paling ia hormati dan kasihi pergi meninggalkan nya bahkan ia pergi sebelum melihat cucu-cucunya yang begitu lucu itu lahir.
Verona terus menangis sembari mencengkram tepi peti sang ayah, ibunya pun memeluknya sembari menguatkannya, padahal Verona tau ibunya sama terluka nya dengan dirinya atas meninggalnya suaminya .
Beberapa bulan yang lalu ayahnya memang dikirim untuk berperang melawan para pemberontak yang berada di Utara, yang pada saat itu sangat menggangu kestabilan kerajaan.
Alexander tidak ikut, karena sang raja memerintahkan nya untuk mengurus beberapa dari para perompak yang jumlahnya semakin banyak di laut mereka, selain itu agar memudahkan Alexander untuk pulang karena jarak yang cukup dekat dari rumahnya untuk tetap melihat kondisi Verona yang tengah hamil tua saat itu.
Tugas Alexander selesai dengan cepat sehingga beberapa hari yang lalu ia hanya di sibukan oleh tugas-tugas yang berada di wilayah nya.
Setelah pemakaman ayahnya yang dilakukan 3 hari yang lalu dan Verona yang tinggal sementara di kediaman sang ibu untuk menemaninya,Verona pun kembali ke Dukedom.
Namun saat ia masuk ke dalam mansion, ia merasakan aura yang tidak biasa dari para pekerjanya nya. Mereka terlihat tampak takut dan seperti menyembunyikan sesuatu.
Verona pun tak mau ambil pusing, ia pun naik ke kamarnya untuk beristirahat dan pelayan pribadi nya masih setia mengikuti nya sambil membawa si kembar.
Ketika ia berjalan di lorong, ia melihat Rosella berdiri di depan kamar Alexander sembari membawa bayi dalam gendongan nya.
Tak lama kemudian, Alexander menyusul keluar dari kamarnya dan menatap nya. Mereka saling memandang satu sama lain, Verona pun melangkah menghampiri mereka, perasaan nya sudah mulai tidak enak ketika melihat sorot mata Alexander yang menatapnya seperti tengah memberi tahu nya sesuatu.
Saat Verona sudah di hadapan mereka,Verona melihat Rosella yang seperti menghindar darinya dan bersembunyi di balik punggung Alexander. Verona pun mengerenyit bingung seperti bertanya ada apa ini?
"Verona, mulai saat ini Rosella akan tinggal disini sebagai selir ku." Ucap Alexander.
Verona pun tertegun mendengar ucapan Alexander, apa-apaan itu? Ia tidak salah dengar kan?
"Alexander apa maksud mu? Ini bukan waktunya bercanda, Alex!" Ucap Verona dengan suara bergetar
"Aku tidak bercanda Vero. Rosella telah melahirkan anak ku dan ia akan menjadi selir di Dukedom ini. Kau tenang saja posisi mu akan tetap sebagai Duchess disini." ucap Alexander dengan kurang ajarnya
"Brengsek! Ini bukan tentang posisi ku di disini Alex! Apa peduli ku? Kau dengan tiba-tiba membawa wanita ini kesini dan mengatakan bahwa dia mempunyai anak dari mu? Dan menjadikan nya Selir?" jawab Verona dengan berteriak sehingga bayi-bayi tersebut menangis secara bersamaan.
Melihat itu pun Alexander memerintahkan mereka pergi membawa bayi-bayi itu dan hanya menyisakan Alexander dan Verona .
Verona menatap Alexander dengan air matanya yang sudah keluar sedari tadi, ia tidak ingin mempercayai apa yang tengah terjadi saat ini.
Alexander pun mendekat dan memegang kedua tangan Verona
"Verona dengar! Aku minta maaf atas kesalahan ku, jika ada yang harus di salahkan itu aku bukan Rosella"
"Hah... Kau bahkan rela menyalahkan diri mu sendiri dan membela jalang itu, Alex?"
"Verona tolong! Aku harap kau bisa memahami ku saat ini, aku tidak tau hal ini akan terjadi dan menimpaku"
"Kau berselingkuh dari ku Alexander? Sejak kapan?" Verona memutuskan bertanya.
Sungguh hati dan pikirannya menolak dengan apa yang terjadi di hadapannya.
"Aku tidak berselingkuh Verona! "
"Lalu jika tidak bagaimana jalang itu bisa hamil dan melahirkan anak mu, Alex?!!"
Verona berteriak, tidak menyangka jika pria yang begitu ia kagumi dan hormati akan berlaku bejat di belakangnya.
"Aku mabuk dan hal itu terjadi begitu saja Vero. Aku tidak bisa jika tidak bertanggung jawab atas apa yang telah ku perbuat,"
"Kau gila Alexander! Apa kau yakin jika ia anak mu? Bagaimana jika itu bukan anak mu? Bagaimana jika jalang itu tidak hanya mengangkang untuk mu tapi orang lain juga??"
"Verona!!!" bentak Alexander
"Apa? Kau marah jika aku mengatakan hal seperti itu kepada sahabat yang kau tiduri itu hah?!!"
Alexander pun terdiam mendengar penuturan dari Verona, ia pun mengambil nafas untuk meminimalisir emosinya. Alexander tidak ingin bertengkar hebat dengan Verona disituasi seperti ini. Alexander tau jika ini tidak akan mudah baginya ataupun Verona.
"Demi Tuhan, Alex apa salah ku sehingga kau melakukan hal ini kepadaku?" Tanya Verona dengan memukuli dada Alexander berulang kali, tangisan Verona pun kembali pecah ketika Alexander menangkap tangan nya dan menariknya ke dalam pelukannya.
"Maafkan aku, Verona. Maaf." lirih Alexander masih dengan Verona yang berada di pelukannya. "Kau jahat Alex! Aku baru saja melahirkan putra putri kita, aku baru saja kehilangan ayah ku dan sekarang? Kau menabur garam diatas luka ku Alex, kau sungguh pria yang kejam!" Verona pun melepaskan diri nya dari Alexander dan berlari meninggalkan Alexander menuju kamar nya. Menyisakan Alexander yang menatapnya dengan rasa bersalah nya. Setelah kejadian, itu hari demi hari bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, Alexander dan Verona seperti orang asing yang berada di dalam satu atap. Mereka jarang berbicara, bahkan hampir tidak berbicara. Itupun mereka berbicara karena pertengkaran yang terjadi antara mereka berdua. Banyak hal telah berubah terutama dari diri Verona. Tidak ada Verona yang lemah lembut, tidak ada Verona yang peduli dengan sekitarnya, tidak ada Verona yang selalu ceria dan tersenyum. Sekarang hanya menyisakan Verona yang pemarah, gemar memukul anak-anak nya, berteriak
Irina menghela nafas panjang tatkala ingatan-ingatan itu memenuhi isi kepala nya. Entah kenapa hatinya merasakan sakit yang dialami oleh Verona dan ia pun meneteskan air matanya ketika dimana ia mengingat kematian Verona. Rasanya tidak adil jika Verona yang mengalami rasa sakit itu sendirian dan berakhir meregang nyawa di tangan selir dari suaminya itu. Ah!! Bajingan itu, ingin sekali Irina merobek wajah sok tampan pria dalam ingatannya itu. Benar-benar suami yang tidak bertanggungjawab! Awas saja jika mereka bertemu, Irina akan melabrak nya langsung. Namun Irina tidak bisa menutupi kekesalannya karena sikap Verona kepada anak-anaknya!. Menurutnya itu keterlaluan, melibatkan anak dalam permasalahan rumah tangga mereka, terlebih ia sampai main tangan kepada bocah-bocah itu. Mereka tidak bersalah, mereka tidak pernah menginginkan hal ini terjadi kepada orang tua mereka. Walaupun Irina tidak menyukai anak-anak, bukan berarti ia benci sampai ke tahap ingin menyiksa mereka. Ia adalah se
Keduanya pun tersenyum dan membalas genggaman dari Irina, sudah lama mereka menginginkan hal ini tiba dimana ibu mereka akan berubah dan menyayangi mereka. Mereka ingin seperti anak-anak yang lain yang dilimpahkan kasih sayang oleh orang tuanya. Bagi mereka walaupun ibu mereka sering memukul dan memarahi mereka, mereka tetap menyayangi nya karena Emma mengatakan bahwa awalnya ibu mereka bukan wanita pemarah dan gemar memukul. Ibunya dulu sangat menyayangi mereka namun entah apa yang membuat ibunya berubah mereka tidak tahu. Emma yang melihat itu pun tak bisa lagi membendung air matanya, hal yang selama ini yang ingin ia lihat kembali setelah kejadian tersebut yang telah merenggut banyak sosok Verona. Irina membawa putra putrinya itu kedalam pelukannya, namun Irina mendengar ringisan dari mereka. Irina pun melepaskan pelukannya dan membalikkan tubuh keduanya kemudian menyingkap baju keduanya. Betapa terkejutnya Irina melihat beberapa bekas luka yang memang belum kering, sekali lagi
Lucius Van Gilbert dan Lilyan Van Gilbert. Setelah Irina membongkar kembali ingatan dari pemilik tubuh ini, akhirnya ia menemukan nama dari bocah-bocah itu. Nama yang keren! Namun Irina sempat berpikir jika ia ingin mengganti nama belakang mereka dengan nama dari Verona saja, mungkin nanti setelah ia dan Alexander berpisah ia bisa menyematkan namanya kepada anak-anaknya itu. Setelah ia mengoleskan salep dan memakaikan mereka perban, Irina kemudian menyuapi mereka makanan yang tadi dibawa oleh Emma. Di sela-sela mereka menyantap makanan sesekali Irina mengajak mereka bercanda, hitung-hitungan agar ia bisa semakin dekat dengan anak-anak nya. Ia bertekad jika ia harus menghilangkan rasa takut Lucius dan Lily terhadap nya. "Bagaimana apa makanan nya enak?" tanya Irina dan di balas anggukan oleh kedua bocah itu sembari masih mengunyah makanan yang berada di dalam mulut mereka. Sebenarnya Irina tidak punya pengalaman sama sekali soal mengurus anak, sudah ia katakan bukan bahwa ia tidak s
Verona dan kedua anaknya itu tengah berbaring di atas ranjang, untung saja ranjang nya luas sehingga mereka bertiga pun muat untuk tidur bersama di ranjang itu. Posisinya berada di pinggir sedangkan Lily berada di tengah dengan Lucius yang berada di sampingnya. Kedua bocah itu pun belum tidur, mereka sebenarnya masih gugup dengan kedekatan mereka sendiri dengan sang ibu. "Kenapa kalian belum tidur, hmm?" tanya Verona sembari membelai rambut Lily "Heum... Ibu apakah aku boleh meminta ibu untuk membacakan sebuah dongeng sebelum kita tidur?" Lily pun mendongak ke arah sang ibu yang posisinya lebih tinggi darinya itu "Lily, biarkan ibu beristirahat. Ibu baru saja pulih dan ia harus istirahat yang banyak." ujar Lucius kepada adiknya itu. Lily pun hanya menunduk ketika kakak nya itu menegur nya.Verona yang melihat itu pun tidak bisa untuk tidak terkagum dengan Lucius lagi, betapa pengertian putra nya itu. Anak sekecil Lucius mampu untuk mengatakan hal dewasa seperti itu. "Tapi aku ing
"Duchess apa hari ini anda akan keluar untuk sarapan bersama?" tanya Emma "Iya." "Maaf jika saya lancang Duchess, apakah sebaiknya anda beristirahat saja di kamar?. Saya akan membawakan anda makanan ke sini dan untuk anak-anak." Saran Emma karena ia masih khawatir jika majikannya itu akan kembali sakit. Verona yang tengah mengikatkan rambut Lily pun menoleh ke arah Emma, pelayan nya itu memang terlalu mengkhawatirkan nya, ia senang jika ada orang yang begitu perduli dengan nya namun Emma rasanya pelayan nya itu khawatir setiap detik kepadanya. "Aku sudah baik-baik saja Emm, dua hari berdiam diri di kamar membuat ku bosan. Aku ingin berjalan-jalan di sekitar kediaman dan kau tentu akan menemaniku." "Baiklah jika itu perintah anda Duchess." ucap Emma sembari menunduk Hari ini Verona sudah memutuskan akan keluar dari kamar dan memulai aktivitas nya. Hari ini akan dimulai dengan sarapan bersama tentunya dengan suami bajingannya itu dan jalangnya. Huh Pagi yang buruk! Verona pun men
"Uncle Lucas aku merindukan mu" ucap Lily sembari melingkarkan tangannya ke leher Lucas yang tengah menggendong nya. "Aku pun sangat merindukan mu bunga Lily ku" jawab Lucas sembari mengecupi pipi Lily yang disambut kekehan olehnya Verona yang sedari tadi diam memandangi Lucas yang sekarang sudah berada di hadapannya itu pun mulai berpikir, pria ini lah yang menarik Verona saat Verona akan menghampiri Alexander dan Rosella yang berada di toko baju saat itu, pria ini lah yang di dalam ingatannya itu kerap bermain bersama Verona kecil kala itu. Mereka cukup dekat berarti Lucas adalah salah satu orang terdekatnya. Verona pun mulai meneliti wajah tampan Lucas yang sedikit terlihat mirip dengan Alexander, dari warna mata dan warna rambut mereka memiliki kesamaan namun hanya itu saja. Lucas memiliki postur tinggi namun Verona meyakini Lucas tidak lebih tinggi dari Alexander, ah kenapa pula dia membanding-bandingkan nya dengan pria itu. "Tak ada ucapan salam untuk putra mahkota ini Duche
Tak terasa malam pun sudah tiba, Verona tengah menemani Lucius dan Lily di kamarnya, menunggu kedua bocah itu terlelap dengan menepuk pelan kedua bokong mereka.Mimpi indah pun sudah menghampiri keduanya, hingga Verona pun pergi meninggalkan kamar mereka. Saat ia akan berbelok menuju kamarnya tiba-tiba dia di kagetkan dengan kedatangan Alexander di hadapannya."Astaga!!!" ucap Verona sembari memegang dadanya.Ah pria ini!Setelah terdiam beberapa detik dengan pandangan yang saling terkunci,Verona pun memilih melangkah kembali menuju kamarnya dan mengabaikan Alexander yang berada di hadapannya. Ia terlalu muak melihat wajah penyebab duka dari seorang Verona itu.Namun suara dari Alexander pun menghentikan langkahnya."Apa benar kau akan memasukkan Lucius dan Lily ke akademi Serigala Putih?" tanya AlexanderVerona yang mendengar pertanyaan itu pun mengernyit bingung, darimana pria itu tau jika ia akan mendaftarkan anak-anak ke akademi Serigala Putih? Ah! Ia lupa telinga dan mata dari se