Share

Tanda Merah

Author: Ade Esriani
last update Last Updated: 2022-11-11 20:13:56

"Mbak, kok' bengong sih! Rini permisi dulu, mau mandi." 

Baru berjalan dua langkah, aku menghentikannya, "tunggu! Aku ingin menanyakan sesuatu padamu."

Rini berhenti, kemudian berbalik menghadapku.

"Ini apa? Kenapa di lehermu ada tanda merah seperti ini?" Jari telunjukku mengarah pada tanda merah di leher Rini.

Ia terlihat gelagapan sambil merapikan rambutnya yang terurai untuk menutupi lehernya.

"Oh, ini toh, ini bekas kerokan, Mbak! Sebenarnya semalam Rini mau minta tolong sama Mbak Adel buat ngerokin Rini, tapi Mbak Adel nya udah tidur. Jadi ngerok sendiri deh," jawabnya.

Aku tidak yakin kalau itu adalah bekas kerokan. Bisa saja ia telah melakukan sesuatu. Apalagi semalam aku ketiduran, jadi tidak bisa mengawasinya.

"Rini mandi dulu ya, Mbak, gerah ni," ucapnya sambil mengipas-ngipaskan tangannya pertanda bahwa ia kegerahan. Kemudian berlalu dari hadapanku.

Aku tidak bisa mempercayainya begitu saja. Sudah banyak cerita di aplikasi KBM yang kubaca belakangan ini. Ceritanya sama persis seperti si Rini. Sepupu atau pembantu muda yang tinggal serumah dengan majikannya biasanya akan jadi pelakor dan merusak rumah tangga dari sang majikan. 

Aku memang suka membaca cerita di KBM, bahkan rela membeli koin untuk membuka bab yang dikunci, apalagi temanya tentang pelakor. Tapi biarpun aku suka dengan tema seperti itu, bukan berarti aku menginginkan suamiku diambil pelakor.

Setelah menjinjing ember di tangan, aku menuju halaman depan untuk menyiram bunga. Memutar keran untuk mengambil air, kemudian mulai menyirami bunga di dalam pot, satu persatu.

"Selamat pagi, Del," sapa Bu RT yang tiba-tiba sudah berdiri di depanku, entah sejak kapan beliau ada disitu. Aku terlalu fokus menyiram bunga sehingga tidak menyadari kehadirannya.

"Pagi juga, Bu," ucapku sambil tersenyum ke arahnya.

"Wajahmu pucat ya, Del. Kamu sakit?" Bu RT mendekat sambil mengamati wajahku.

"Enggak kok', Bu. Adel baik-baik saja." Aku meyakinkan Bu RT agar ia tahu bahwa aku baik-baik saja, hanya kepalaku yang masih terasa sedikit pusing.

"Apa yang kita omongin kemarin sudah kamu buktikan belum?" bisik Bu RT di telingaku. Mungkin beliau tidak mau jika orang lain mendengar pembicaraan kami.

Aku menggeleng, pertanda belum mendapatkan bukti apapun. Niatku untuk mengawasi Rini dan Mas Farid semalam gagal total karena aku ketiduran.

"Yasudah, saya pamit dulu. Tetap waspada, jangan biarkan wanita lain mengganggu suamimu," pesan Bu RT sebelum beliau pergi dan berkumpul dengan ibu-ibu yang sedang mengerumuni gerobak sayurnya Kang Dadang.

"Dek … ternyata kamu di sini, Mas nyariin kamu dari tadi." Mas Farid menghampiriku sambil tersenyum manis padaku.

Aku tidak membalasnya karena masih kesal dan marah padanya. 

"Dek, masuk yuk."

Lagi-lagi, aku tidak menjawabnya, hanya menuruti ajakannya saja.

"Dek, kok di meja makan belum ada sarapan? Mas kan mau berangkat kerja. Tolong bikinin ya," pintanya dengan pelan.

"Aku lagi malas masak, Mas. Mas sarapan di luar saja," ketusku.

Mas Farid terdiam, aku tahu ia kecewa. Ia masih berusaha tersenyum, lebih tepatnya memaksakan untuk tersenyum.

"Jangan gitu dong, Dek. Kamu kan tahu sendiri kalau gaji Mas bulan ini sudah habis buat beli AC, buat jatah bulanan Ibu dan juga uang pegangan buat Rini. Mas sudah enggak punya uang lagi," keluhnya.

"Itu bukan urusanku, Mas," ucapku santai, tapi aku yakin ucapanku barusan menyakitkan bagi Mas Farid.

"Ya sudah, Mas pamit dulu. Tapi tolong kamu masak untuk Rini ya. Dia kan sedang hamil, jadi enggak bagus jika makannya telat," pintanya tanpa memikirkan perasaanku. 

"Mas kan sudah ngasih uang pegangan buat dia. Nanti kalau lapar diia juga bisa beli sendiri, kok'. Lagian di kulkas masih ada ayam, telor dan ikan. Suruh saja dia masak, biar nggak keenakan numpang geratisan." Aku sengaja bicara seperti itu untuk memancing reaksi Mas Farid. Hanya wanita itu kah yang penting baginya? Sedangkan aku tidak ditanyakan sudah sarapan atau belum.

Mas Farid tidak bicara lagi. Ia langsung memakai sepatu kerjanya kemudian menyambar tas kerjanya.

"Mas pamit, ya!" 

Aku mencium punggung tangannya, aku tidak bisa menolaknya meskipun dalam keadaan marah.

Setelah mengantar Mas Farid ke garasi, aku pun masuk melalui pintu belakang. Kulihat wanita itu sedang duduk di ruang makan setelah mengambil piring dan sendok terlebih dahulu di rak piring. Mungkin ia mengira kalau aku sudah menyiapkan sarapan untuknya. Enak bangat dia jadi orang!

"Mbak, enggak ada sarapan ya?" Ia bertanya dengan santai seolah aku ini pembantunya.

"Kalau mau sarapan, beli sana," jawabku ketus.

"Santai aja, Mbak. Nggak usah jutek gitu," ucapnya sambil tersenyum sinis.

"Siapa yang jutek, aku biasa aja kok. Emang lagi malas masak saja. Jika kamu lapar, kamu masak saja. Ada sayuran, ayam dan ikan tuh di kulkas. Apa jangan-jangan kamu enggak bisa masak?" 

"Oh ya, bentar lagi aku mau keluar. Kamu beresin rumah ya, lantainya disapu terus di pel juga. Itu kamar mandi juga jangan lupa disikat. Aku nggak sempat, lagian kamu kan nggak ada kerjaan di rumah." Aku sengaja menyuruhnya untuk melakukan semua pekerjaan itu, agar ia sadar diri bahwa ia hanya numpang di sini.

Rini terlihat kesal padaku, ia sama sekali tidak menjawabku. 

Malas kok' dipelihara! Sudah numpang gratis, eh … malah mau dilayani juga seperti tuan putri. Sorry yah, aku tidak bisa diperlakukan seperti itu.

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Bocah Ingusan
diawal2, tak pikir ceritanya akan makin baik. makin kesini, makin ga jelas.. kalobuat baca cerita kayak gini, mesti beli koin, ya rugi bandar...
goodnovel comment avatar
Pipit Mbone Nisa
adel terlalu bego
goodnovel comment avatar
Dapur Nenk Lia
ya salah lama amat sih thor buat Adel tau klw suaminya slingkuh,berbelit belur ahh
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Membongkar Pengkhianatan Suamiku   68. Ending

    Bab 68"Mbak Adel," tangan Rini bergerak, mengisyaratkan agar aku mendekat. Aku pun menurutinya, mendekat ke arah Rini."Mbak, maafin Rini, ya! Rini telah merusak rumah tangga Mbak Adel dengan Mas Farid. Mas Farid tidak bersalah, Mbak. Rini lah yang sudah menjebak dan memaksa Mas Farid. Ini semua adalah kesalahan Rini. Rini mohon, berikan kesempatan kedua buat Mas Farid, Mbak. Mas Farid sangat menyayangimu, Mbak."Rini kemudian menceritakan kisah masa lalunya. Mulai dari penolakannya saat dilamar oleh Mas Farid, sampai akhirnya ia nekat menyusul Mas Farid ke kota. Di stasiun seorang preman menawarkan bantuan, dan preman itulah yang menjebaknya dan merenggut kesuciannya. Rini juga menceritakan semua kisah pilunya saat dijual oleh preman tersebut hingga akhirnya ia terjebak, menjadi wanita penghibur di tempat prostitusi.Rini juga bercerita saat ia menjebak Mas Farid, hingga ia hamil dan tidak tahu anak siapa. Karena Rini tidak hanya berhubungan dengan Mas Farid, ia juga melakukan hubun

  • Membongkar Pengkhianatan Suamiku   67. Di Rumah Sakit

    Bab 67Aku, Mas Farid, Ibu dan juga Mama, kini berada di rumah sakit umum, di ruang rawatnya Rini.Entah apa yang terjadi pada Rini sehingga kondisinya kritis seperti itu. Rini berbaring lemah tak berdaya di atas kasur yang hanya berukuran untuk satu orang itu. Di hidungnya dipasang selang pernapasan, sedangkan di punggung tangannya terdapat selang infus.Mas Farid tertunduk lesu melihat kondisi istrinya itu, sementara ibu mertua, entahlah. Aku tidak bisa menerka-nerka bagaimana perasaannya saat ini.Tak lama kemudian, seorang anggota kepolisian datang menghampiri kami. Beliau kemudian menjelaskan kondisi Rini kepada kami."Selamat pagi, Pak, Bu. Tadi, pasien sempat siuman, dia meminta agar kami menghubungi saudari Adel. Katanya ada hal penting yang ingin ia katakan pada saudari Adel," ucapnya sambil memandangi tubuh Rini yang kini sedang berbaring lemah tak berdaya."Sebenarnya, apa yang terjadi pada Rini, Pak?" tanya Mama penasaran. Ternyata Mama sama denganku, aku juga ingin menany

  • Membongkar Pengkhianatan Suamiku   66. Ada Apa Dengan Rini?

    Bab 66Kembali? Berarti Mas Farid telah salah mengira. Ia pikir dengan aku memaafkannya, aku akan bersedia kembali lagi padanya. Aku memang sudah memaafkannya, tapi tidak untuk kembali lagi padanya."Tidak, Mas. Aku memang sudah memaafkanmu. Tapi untuk kembali, maaf aku tidak bisa," ucapku dengan tegas."Itu berarti, kamu belum ikhlas maafin Mas, Dek. Mas harus meyakinkanmu dengan cara apa lagi? Biar kamu tahu betapa Mas sangat mencintaimu?" Mas Farid terlihat frustasi, hingga ia menjambak rambutnya sendiri."Apa karena kaki Mas sudah cacat? Makanya kamu tidak bersedia lagi menerima Mas? Jawab, Dek." Mas Farid terus mendesakku agar menjawab pertanyaannya."Sejujurnya, bukan karena kondisi fisikmu yang membuatku tidak mau lagi bersama denganmu, Mas. Tetapi karena kebohongan dan juga pengkhianatanmu itulah yang membuatku enggan untuk kembali lagi bersamamu," tegasku lagi agar Mas Farid bisa mengerti.Andai saja Mas Farid tidak mengkhianatiku, mungkin saat ini aku masih setia mendampingi

  • Membongkar Pengkhianatan Suamiku   65. Minta Balikan

    Bab 65. POV AdeliaSyukurlah, akhirnya Rini ditangkap polisi. Kini tidak ada lagi yang mengusik ketenanganku. Sekarang, Rini sudah mendekam di dalam penjara, ia pantas menerima balasan atas apa yang telah ia lakukan terhadapku.Mas Farid juga sudah siuman dan kini kondisinya sudah semakin membaik. Mas Farid telah keluar dari rumah sakit dan kini ia tinggal di kontrakan bersama ibunya. Sedangkan Mas Rudi, memilih untuk kembali lebih dulu ke kampung karena tidak bisa berlama-lama meninggalkan anak dan istrinya.Sejak Rini ditangkap polisi, aku tidak pernah lagi menjenguk Mas Farid. walaupun Ibu dan Mas Rudi berulang-kali menelponku dan memintaku untuk datang, tapi aku tidak bisa memenuhi permintaan mereka.Ibu bilang, Mas Farid ingin sekali bertemu denganku, dan ia juga ingin meminta maaf padaku.Aku tidak berniat lagi untuk menemui Mas Farid. Bagiku, ia bukan siapa-siapa lagi, meskipun kami belum resmi bercerai. Tapi sekarang, proses perceraian kami sedang diproses dan sebentar lagi ka

  • Membongkar Pengkhianatan Suamiku   64. Inikah Takdirku?

    Bab 64Semenjak Mbak Adel ninggalin rumah, Mas Farid selalu murung, apalagi setelah kami pindah ke kontrakan karena rumah tersebut sudah disita.Aku sudah mencoba menghiburnya, melakukan apapun agar bisa menarik perhatiannya dan membuatnya jatuh cinta padaku. Tapi sekeras apa pun usahaku, tetap saja tidak berhasil.Hingga pada suatu hari, Mas Farid nekat menemui Mbak Adel di butiknya. Aku tahu, pasti Mas Farid ingin membujuk Mbak Adel agar mau balikan padanya.Usaha Mas Farid gagal total karena aku berusaha memanas-manasi Mbak Adel dengan cara meminta harta gono-gini. Aku sudah tahu bahwa butik itu milik Mbak Adel, aku sengaja melakukannya agar Mbak Adel semakin kesal.Mas Farid terlihat kesal saat seorang ibu-ibu datang bersama seorang lelaki yang mengaku sebagai calon suaminya Mbak Adel.Mas Farid tidak terima, bahkan sampai adu jotos dengan lelaki itu.Aku dan Mbak Adel berusaha untuk melerai mereka, karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan.Mbak Adel memilih untuk pergi meni

  • Membongkar Pengkhianatan Suamiku   63. Nasib Tak Beruntung

    Bab 63Akhirnya, aku nekat mendatangi rumah Mas Farid. Aku ingin tinggal bersama Mas Farid dan istrinya. Awalnya Mas Farid menolak, tapi akhirnya ia setuju setelah aku kembali mengancamnya. Saat Mbak Adel mendapati bahwa aku telah berada di rumahnya, ia terlihat tidak suka dan sepertinya menaruh curiga. Tapi aku beralasan bahwa aku adalah sepupunya Mas Farid dan suamiku sudah meninggal. Dengan berat hati, Mbak Adel mengizinkanku tinggal di rumah mereka. Rumah yang akan menjadi milikku juga.Hidup satu atap bersama Mas Farid dan istrinya membuatku tidak nyaman. Aku ingin, Mas Farid menjadi milikku satu-satunya. Aku tidak ingin berbagi.Aku sengaja berlagak seperti tuan putri di rumah itu agar Mbak Adel merasa tidak tenang dan akhirnya pergi meninggalkan Mas Farid. Aku sengaja membuat Rumah berantakan seperti kapal pecah, dengan begitu aku berharap agar mereka bertengkar dan akhirnya berpisah.Aku juga sering meminta sesuatu yang tidak wajar. Seperti AC misalnya. Agar Mbak Adel cembur

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status