Selamat membaca, MyRe.
"Waktuku tinggal sembilan hari lagi untuk meyakinkan Tuan Xenon menikah denganku," gumam Sza, di mana saat ini dia sedang ada di kampus–menunggu sang dosen pembimbing datang. Dosen pembimbingan telah berganti dan ini kali pertama dia akan bimbingan dengan dosen pembimbingnya. Meski Aluna menyarankan Sza agar bimbingan dengan Rico, Sza tak mengambil. Dia takut dipersulit karena orang-orang bilang, Rico suka mempersulit mahasiswa yang bimbingan dengannya. "Tuan Zeeshan memang bilang kalau aku tetap akan menikah dengan Tuan Xenon, tapi bagaimana jika Tuan Xenon marah gara-gara terpaksa menikah denganku lalu seumur hidupku akan disiksa olehnya?" monolog Sza, duduk di lantai koridor kampus karena sedang menunggu kepastian dari sang dosen pembimbing. Bukan hanya Sza yang duduk di lantai, banyak mahasiswa akhir duduk di lantai karena tak kebagian duduk di kursi tunggu yang telah di sediakan di depan ruangan. Rata-rata mereka mahasiswa akhir yang menunggu dosen pembimbing. Di sisi lain,
"Kau tetap menikah dengan Xenon," jawab Zeeshan enteng. Hal itu membuat Sza membelalak horor. Hei, lalu apa bedanya dia bisa dan tidak bisa membuat Xenon jatuh cinta? Nindi mendongak pada suaminya, ingin protes tetapi mengingat ini demi kebaikan nusa dan bangsa, dia memilih tak protes. Di sisi lain, Xenon diam-diam senyum tipis. Dia bangkit dari sofa kemudian keluar dari sana. "Hei, X, kamu mau kemana?" seru Nindi ketika melihat Xenon keluar, "tetap di sini dan jaga calon istri kamu.""Sudah ada Mommy," jawab Xenon tanpa menoleh, bergegas keluar dari kamar tersebut. "Ck, lihat anak kamu?! Makin hari makin seperti es. Itu gara-gara kamu, Mas!" ucap Nindi, mengomeli suaminya. "Tunggu, Sweetheart. Setidaknya anak itu tidak membantah kalau Sza adalah calon istrinya. Itu kemajuan, Poni," ucap Zeeshan saat Nindi berjinjit untuk menjewer telinganya. "Ouh, benar juga, Mas. Berarti … hehehehe." Nindi tertawa geli, menepuk pelan lengan suaminya. Sza hanya duduk diam dengan ekspresi kaku
"Anak kecil sepertimu tak seharusnya membahas pernikahan." Mendengar suara bariton, berat, dan seksi tersebut Sza reflek mendongak pada pemiliknya–sosok yang menggendong tubuhnya saat ini. Dug' Xenon membaringkan Sza di ranjang, akan tetapi perempuan itu malah buru-buru untuk mengambil posisi duduk. "Terlebih menikahi dosenmu," lanjut Xenon datar, melirik ke arah Sza yang mendongak padanya dan menatapnya dengan raut muka kaget. Mata bulat perempuan ini … indah! 'Jadi Om ganteng ini dengar ucapanku dan Aluna yah? Dia pasti ilfeel. Ah, tapi yasudah. Mau ilfeel yah ilfeel saja, toh aku nggak berniat ngincar dia.' batin Sza, menaikkan tangan untuk menggaruk pipi. "Maaf deh, Paman. Tapi itu cuma candaan kok," ucap Sza pada akhirnya. Tiba-tiba saja Xenon membungkuk dan mencondongkan tubuh ke arah Sza, membuat perempuan itu reflek memundurkan kepala dan tubuh–menatap Xenon dengan mata bulat karena kaget. "Jangan menggaruk pipi, itu bisa membuat pipimu terluka dan terkontaminasi
"Tangkap teman Nona Sza dan lenyapkan dia. Perempuan itu bisa menjadi saksi untuk Nona Sza. Posisi ku dalam bahaya bila dia tetap hidup," titah Tony pada anak buahnya. Anak buahnya langsung patuh, segera mendekat ke arah kerumunan. Sedangkan Tony, dia memilih memantau. Sebelumnya, Tony selalu bermain rapih dengan berpura-pura menjadi orang baik di depan Sza. Namun, karena rencana mereka tadi malam gagal, dia tak ingin pura-pura baik lagi. Dia terang-terangan memperlihatkan wajah aslinya. Nasib sial! Sza malah kecalakan dan itu akan berakibat fatal. Kuasa hukum Sza bisa curiga pada mereka semua. "Szaaaa …." Aluna terus menangis. Akan tetapi tiba-tiba seseorang mendekat padanya lalu meletakkan pisau di perutnya. "Diam dan ikut dengan kami. Jika tidak, kau bisa mati!" ancam orang itu sambil berbisik pada Aluna. Aluna seketika berhenti menangis, tubuhnya mendadak kaku dan wajahnya seketika pucat pasi. Tak ada yang menyadari karena semua orang fokus pada Sza. Di sisi lain, se
"22 tahun, Kakek eh Tuan," jawab Sza kikuk. Hening! Setelah itu suasana menjadi sangat hening. Aluna dan Sza saling bersitatap, di mana Sza memberi kode agar Aluna izin pulang–supaya mereka pulang dari sini. "Umm … Sza, mau tidak menikah dengan anak Tante?" tawar Nindi imut, mencoba menarik perhatian Sza agar perempuan itu bersedia menikah dengan putranya. Xenon tiba-tiba bangkit lalu keluar dari ruangan tersebut. Hal tersebut membuat suasana kembali tegang! 'Waduhhh … pasti Uncle kecil-nya Aluna benci banget ke aku. Bahaya ini! Bagaimana jika setelah ini dia menjadikanku bulan-bulanannya?' batin Sza, merasa sangat gugup ketika Xenon tiba-tiba keluar dari ruangan ini. Pria dingin dan tampan itu sepertinya sangat marah! "Jika kau bersedia menikah dengan putra keduaku, kami akan melindungimu dari kejahatan keluargamu. Rumah dan perusaan ayahmu, kupastikan menjadi milikmu sepenuhnya." Zeeshan kembali bersuara, sama sekali tak peduli dengan Xenon yang keluar dari ruang
Xenon menoleh ke belakang, menatap ke arah mommynya yang terlihat dalam dekapan daddy-nya. Xenon berniat ke sana, akan tetapi makhluk kecil itu memeluk erat lengannya. "Bisa lepas?" datar Xenon, akan tetapi menatap tajam pada makluk yang menempelinya. Sza menggelengkan kepala. "My Honey Sweety bunny, lawan Rahwana itu. Atau … Sinta mu ini akan diculik dan dinikahi oleh Rahwana jelek itu." Tampang muka Xenon berubah dingin. Hell! Mahluk apa ini?! "Mas mau yah anak kita memanggil ayah pada Rahwana itu?" tambah Sza, senyum pada Xenon kemudian menoleh pada Doni–menampilkan tampang muka meledek. Aluna sendiri sudah berkeringat dingin. Bukan cuma uncle kecil-nya yang ada di sini, melainkan orang tua paman kecilnya. Aluna dan Sza dalam bahaya! Xenon pada akhirnya menatap tajam ke arah Doni dan anak buah pria itu. "Jika kau masih ingin hidup, pergi sekarang juga dari sini!" peringatnya, datar akan tetapi terkesan penuh intimidasi. "Ta-tapi, Tuan …-" Doni ketakutan, akan tetapi ta