"Selamat datang, Tuan Zeeshan," ucap kepala maid dengan sopan, setelah dia dan maid lainnya membungkuk hormat pada Zeeshan yang memasuki rumah.
Nindi yang berada di tengah para maid dan di depan Zeeshan, cukup syok melihat hal ini. 'Apa setiap hari para maid melakukan ini untuk menyambut Si Es Bon Cabe ini? Nggak sekalian ajah ngundang anggota nasyid untuk menyambut kedatangannya? Ya, biar meriah dikit. Biar muka flatnya ada variasi rasa kasidah.' batin Nindi, awalnya jengah pada Zeeshan yang harus disambut bak raja oleh semua orang, lalu mendadak menegang kaku saat sadar jika pria itu sudah tepat di depannya. Zeeshan berhenti melangkah tepat di depan istrinya. Dia diam cukup lama, mengamati penampilan Nindi yang terkesan manis dan anggun. Senyuman yang sangat tipis muncul di bibirnya. Sayangnya, tak ada siapapun yang menyadari senyuman tersebut. Saking tipisnya! "Kau sedang apa di sini?" tanya Zeeshan dengan nada datar, akan tetapi terkesan dingin dan mencekam bagi Nindi. Nindi mengerjap beberapa kali, gugup setengah mati karena merasa tak nyaman oleh tatapan Zeeshan serta aura pria ini yang sangat mendominasi. "Bukannya kamu-- Mas yang menyuruhku untuk menyambut Mas Ze?" jawab Nindi. Fiyuuh! Hampir saja dia mendapat taburan bon cabe dari mulut pedas ultra pro max milik pria ini karena tak sengaja menggunakan kata ganti 'kamu. Untungnya Nindi dengan cepat mengubah panggilannya pada pria ini. "Jadi?" Zeeshan menaikkan sebelah alis. Nindi memiringkan kepala, mata mengerjap beberapa kali dengan bibir atas sebelah kiri yang naik. Dia semakin bingung! Mata Nindi bergulir ke arah salah satu maid yang berdiri tak jauh di belakang Zeeshan, di mana maid tersebut terlihat memberi isyarat agar Nindi menyalam Zeeshan. 'Ouh, benar juga. Mama selalu menyalam Ayah kalau mau berangkat dan setelah pulang dari kantor.' batin Nindi, buru-buru meraih tangan Zeeshan lalu menyalam tangan pria itu. Sebetulnya ada getaran aneh dalam hatinya ketika menyalam tangan suaminya. Rasanya hangat dan menyenangkan! Namun, Nindi menepis perasaan tersebut. Pria bon cabe ini jahat dan jangan sampai dia kembali jatuh cinta pada Zeeshan. Tangan Zeeshan yang bebas terulur untuk menyentuh pucuk kepala Nindi, akan tetapi dia mengurungkan niat. Ada yang kurang! "Mana jepit rambutmu?" tanya Zeeshan. Nindi segera menegakkan tubuh, menatap Zeeshan dengan kepala mendongak. Dulu, pria ini sudah sangat tinggi baginya. Tapi sekarang, Zeeshan jauh lebih tinggi. Sepertinya tengkuk Nindi bakalan sering pegal akibat punya suami spek tonggak listrik. "Yang ini?" Nindi membuka telapak tangan kiri, memperlihatkan jepit rambut mutiara di sana. "Kenapa tidak dipakai?" tanya Zeeshan, meraih jepit rambut tersebut lalu memasang sendiri ke rambut Nindi. Deg deg deg' Seketika jantung Nindi berdebar kencang, matanya melotot lebar dan sebuah semburan merah yang tipis muncul di pipi. Tiba-tiba Zeeshan maju sehingga jarak mereka sangat dekat. Lalu pria itu memasang jepitan tersebut di rambut Nindi. Aroma parfum Zeeshan harum dan nyaman, tak asing di penciuman Nindi. Akan tetapi karena jantungnya berdebar tak karuan, Nindi mengabaikan aroma parfum tersebut. Tuk' Zeeshan menepuk pelan pucuk kepala Nindi, setelah dia memasang jepitan di rambut bagian depan sang istri. Lalu dia menangkup pipi Nindi, lagi-lagi itu membuat perempuan tersebut terkejut–alis menekuk dan kening mengerut, mungkin karena bingung serta bertanya-tanya Zeeshan ingin melakukan apa padanya. Hingga tiba-tiba saja …. Cup' Zeeshan mengecup kening Nindi. Deg deg deg' Lagi-lagi jantung Nindi berdebar kencang, dan semburan di pipinya semakin merah dari yang sebelumnya. "Perona pipimu sepertinya kemerahan," ucap Zeeshan datar, kembali menepuk pelan pucuk kepala Nindi. Kemudian setelahnya berjalan lebih dulu. Setelah sedikit jauh dari Nindi, senyuman tipis lagi-lagi muncul di bibir Zeeshan. Dia melangkah tenang menuju lift rumah, dengan wajah yang masih dihias oleh senyuman tipis di bibir seksinya. "Aku tidak mengunakan perona pi--" Nindi ingin membantah ucapan Zeeshan, akan tetapi dia mengurungkan niat. Karena jika dia mengatakan selanjutnya, maka dia akan ketahuan sedang blushing. Zeeshan bakalan mengejeknya! *** Sekarang, Nindi menyiapkan makan malam untuk Zeeshan, sesuai permintaan Zeeshan. Saat Zeeshan mencoba makanan yang ia masak, sejujurnya Nindi was-was. Pria ini punya mulut jahanam ultra pro max, Nindi takut mendapat caci makian jika semisal masakannya tak sesuai dengan selera Zeeshan. "Kau dilarang makan malam sebelum aku berangkat," ucap Zeeshan tiba-tiba, membuat Nindi langsung menatap kaget pada Zeeshan. "Kenapa memangnya, Mas?" tanya Nindi bingung. "Makan setelah aku berangkat. Jangan membantah," dingin Zeeshan. "Iya iya!" kesal Nindi, mengurungkan niat untuk ikut makan. Dia hanya diam menahan lapar sambil menemani Zeeshan makan. 'Tega banget! Padahal aku lagi hamil anaknya.' batin Nindi, awalnya ingin menangis karena dilarang ikut makan malam. Namun, Nindi berakhir senang karena Zeeshan menghabiskan seluruh makanan yang ia masak. Tak tersisa sedikitpun! Artinya Zeeshan suka masakannya! "Porsi makan Mas Ze memang banyak yah? Atau karena lagi lapar ajah?" tanya Nindi, karena meski dia senang Zeeshan menghabiskan semua makanan yang ia masak, tetapi sebenarnya dia heran melihat Zeeshan makan dengan porsi yang banyak. Tak biasanya! "Aku pria," jawab Zeeshan datar dan singkat. "Oke." Nindi menganggukan kepala, sejujurnya dongkol karena jawaban singkat Zeeshan. 'Minimal muji masakan aku kek.' Setelah itu tak ada perbincangan antara Nindi dan Zeeshan. Selesai makan, pria itu langsung berangkat dan tentunya Nindi mengantar. Sehabis mengantar Zeeshan, Nindi buru-buru ke dapur untuk makan malam karena dia sudah sangat lapar. Untungnya pada maid sudah menyiapkan makan malam untuknya, dan mereka juga melayani Nindi di meja makan. "Ma-maaf sebelumnya, Nyonya." Nindi yang sedang makan reflek menoleh ke arah maid. Dia menelan makanan dalam mulut kemudian bersuara. "Iya, Ibu, ada apa?" "Itu-- umm-- itu-- sebelumnya saya minta maaf karena lancang mencicipi masakan Nyonya yang tersisa di wajan. Masakan Nyonya sangat wangi dan saya tergoda untuk mencicipinya." Mendengar penuturan maid tersebut, Nindi langsung tersenyum cerah dan lebar. See? Zeeshan makan dalam porsi banyak bukan karena dia seperti pria pada umumnya, tapi karena masakan Nindi yang sangat enak. "Ta-tapi … rasanya sangat asin, Nyonya. Tadi saya ingin mengatakannya kepada Nyonya, tapi Tuan terlanjur makan. Tolong maafkan saya, Nyonya!" Glug Nindi seketika meneguk saliva secara kasar. Wajah perempuan itu mendadak pucat dan tegang, mata melotot horor karena syok bercampur panik. Ma-makanan yang ia masak keasinan? "Asin?" beo Nindi, masih memperlihatkan ekspresi tegang dan shock. Maid tersebut menganggukkan kepala secara tak enak. "Sangat asin, Nyonya. Se-seperti makan garam."Semoga suka dengan 2 bab kita hari ini, MyRe. Oh iya, ada nggak nih di antara MyRe yang kesemsem sama senyuman tipis Cacan? Hehehe … jangan baper dulu yah, MyRe, kata Cacan belum saatnya untuk baper. ಥ‿ಥ(≧▽≦) Terus dukung novel kita dengan cara vote gems, hadiah dan ULASAN MANIS DI KOLOM REVIEW. Sehat selalu untuk semua MyRe dan semangat! IG:@deasta18 (Follow untuk mendapatkan informasi terbaru seputar novel kita)
'Kalau bukan karena kau mengandung anakku, aku tidak akan menikahimu. Aku tidak peduli pada penampilanmu.' Tiba-tiba saja ucapan Zeeshan waktu itu, kembali mengiang dalam kepala Nindi. Jika Nindi pikir lagi, Zeeshan sebenarnya tak peduli pada penampilannya dulu. Namun, karena mereka menikah, Zeeshan ingin Nindi merubah penampilan. Pria itu menyuruhnya berpenampilan lebih rapi, bukan karena Zeeshan suka padanya. Namun, karena pria itu ingin menjaga nama baik dan reputasi. Harusnya Nindi memahami itu dan tak berharap apapun. Nindi menghela napas lalu segera masuk ke dalam rumah. Melihat Zeeshan ada di ruang tengah, sedang duduk di sofa sambil berbincang dengan tangan kanan serta perempuan tadi, Nindi memilih beranjak dari sana. Untuk apa Nindi ke sana dan bergabung?! Toh, Zeeshan melewatinya begitu saja, tak mengatakan apapun dan langsung masuk ke dalam rumah ini bersama perempuan tadi. Namun meski begitu, Nindi menyuruh maid untuk membuatkan minuman pada Zeeshan dan tangan kanan
"Sangat asin, Nyonya. Se-seperti makan garam."Raut muka Nindi makin tegang, menatap maid dengan manik berkaca-kaca dan khawatir. Bagaimana tidak? Jika benar rasa makanannya asin, itu berarti Zeeshan …-'Ya ampun. Mas Ze menghabiskan semua makanan yang kumasak dan dia sama sekali tidak komplain atau bahkan mengatakan hal buruk tentang makanan yang kumasak. Dia hanya menyuruhku untuk tidak-- ouh, jangan-jangan dia menyuruhku makan setelah dia berangkat, itu supaya aku nggak tahu kalau makanan yang kumasak itu asin sangat. Dia ingin menjaga perasaanku?' batin Nindi, mendadak diam dengan ekspresi tak enak dan sedih, 'Kak Zeeshan menghabiskan masakanku bukan karena enak, tapi karena keasinan. Huaaa ….' "Nyonya tidak apa-apa?" tanya maid, menatap khawatir pada Nindi yang tiba-tiba saja membatu dan merenung. Nindi mendongak pada maid lalu menggelengkan kepala. "Aku tidak apa-apa, Ibu," jawab Nindi lesu, merasa tidak enak dan lemas secara bersamaan. Dia ingin kege'eran–menganggap tindaka
"Selamat datang, Tuan Zeeshan," ucap kepala maid dengan sopan, setelah dia dan maid lainnya membungkuk hormat pada Zeeshan yang memasuki rumah. Nindi yang berada di tengah para maid dan di depan Zeeshan, cukup syok melihat hal ini. 'Apa setiap hari para maid melakukan ini untuk menyambut Si Es Bon Cabe ini? Nggak sekalian ajah ngundang anggota nasyid untuk menyambut kedatangannya? Ya, biar meriah dikit. Biar muka flatnya ada variasi rasa kasidah.' batin Nindi, awalnya jengah pada Zeeshan yang harus disambut bak raja oleh semua orang, lalu mendadak menegang kaku saat sadar jika pria itu sudah tepat di depannya. Zeeshan berhenti melangkah tepat di depan istrinya. Dia diam cukup lama, mengamati penampilan Nindi yang terkesan manis dan anggun. Senyuman yang sangat tipis muncul di bibirnya. Sayangnya, tak ada siapapun yang menyadari senyuman tersebut. Saking tipisnya! "Kau sedang apa di sini?" tanya Zeeshan dengan nada datar, akan tetapi terkesan dingin dan mencekam bagi Nindi. Nind
"Apasih maunya si Es Bon Cabe level 1000 itu?!" gerutu Nindi, sedang memasak makan malam untuk Zeeshan. Nindi kesal dan sebenernya enggan memasak seperti yang Zeeshan perintahkan. Namun, karena takut pria itu memarahinya lalu melontarkan kalimat pedas padanya, Nindi pada akhirnya memasak untuk Zeeshan. Sepanjang memasak, Nindi tak hentinya mengumpati Zeeshan. Dia terus menggerutu untuk meluapkan perasaan kesal karena Zeeshan melarang Nindi keluar dari rumah ini. Pria itu memang gila dan lebih gilanya, Nindi adalah istri dari pria gila yang ia juluki es bon cabe tersebut. "Awas saja kalau makanan yang sudah kumasak ini nggak dimakan sama dia, kupukul kepalanya pakai panci," kesal Nindi, memindahkan masakan dalam wadah yang memiliki tutup lalu meletakkannya di atas meja makan. Ini sudah jam 17:25, sebentar lagi pria itu akan pulang. Nindi masih belum mengemasi pakaian Zeeshan, dan dia baru menyelesaikan tugas memasak. "Tapi-- it's ok! Dia bakalan ke luar negeri dan aku
"Tu-Tuan Zeeshan," ucap Mohan dengan suara gemetar dan takut. Dia reflek membungkuk lalu setelahnya hanya menunduk karena tak berani bersitatap dengan pria itu. Nindi mendongak pada Zeeshan, memperhatikan wajah tampan Zeeshan dengan ekspresi terkesima. Pria ini tiba-tiba datang dan menolongnya. Bahkan, pria ini dengan lantang mengakui Nindi sebagai istrinya di hadapan Mohan. Perlakuan Zeeshan yang seperti ini membuat Nindi tersentuh. Apa Zeeshan peduli padanya? "Undurkan dirimu dari pekerjaanmu atau kau ku jebloskan dalam penjara," ucap Zeeshan dengan nada dingin, setelah mengatakan itu dia beranjak dari sana–membawa Nindi bersamanya. *** "Penampilan busukmu hampir mencoreng nama baikku." Suara dingin Zeeshan mengalun, tatapan tajam menghunus ke arah Nindi. Nindi menyilangkan tangan di depan dada, menatap Zeeshan dengan sorot mata berkaca-kaca karena sakit hati pada ucapan Zeeshan. Pria ini membawanya pulang ke rumah. Zeeshan memandikannya secara paksa lalu sekarang pria i
Nindi mengerutkan kening, menatap berang bercampur kesal pada Zeeshan. Sepertinya memang benar jika Zeeshan gila-gila hormat, semua orang harus bersikap seperti yang dia mau dan semua orang harus memperlakukannya seperti raja. Gila! Sungguh Nindi tak menyangka jika dia pernah mencintai pria diktator, dingin, dan arogan ini. Sialnya, disaat dia tahu sifat asli pria dingin ini, dia telah menjadi istri Zeeshan. Takdir memang gila! Selanjutnya mereka makan malam dalam hening. Zeeshan tak berbicara sama sekali dan Nindi juga malas bersuara. Toh, dia tahu seperti apa Zeeshan. Sejak dulu, pria ini memang pendiam dan lebih suka hening. Setelah makan, Nindi berniat kembali ke kamarnya. Namun, mengingat kopernya belum ada di kamar, Nindi memilih untuk mencarinya. Sayangnya dia tak menemukan dan para maid juga tak tahu menahu. Pada akhirnya Nindi menemui Zeeshan. "Kam-- maksudku Mas Ze," panggil Nindi pelan, cukup kikuk dan canggung. Entah kenapa jantungnya berdetak kuat, padahal hanya me