Share

Bab 3

Penulis: Kalyani
Dari masa-masa saling mencintai sampai ke titik benar-benar hancur seperti sekarang, perjalanan Starla dan Darrel hanya berlangsung lima tahun.

Lima tahun lalu, tepat sehari sebelum pernikahan mereka, kedua orang tua Darrel mengalami kecelakaan mobil dan meninggal dunia. Lebih mengejutkan lagi, pelaku kecelakaan itu ternyata adalah ayah Starla!

Lalu dalam waktu yang sangat singkat, ibu Starla dan pamannya mengambil alih seluruh aset keluarga Darrel dengan cara yang cepat dan keras. Dua keluarga besar di Kota Hanaro yang seharusnya sejajar, akhirnya disatukan dengan cara yang begitu kejam. Pamannya menjadi pemegang kekuasaan sebenarnya, menguasai seluruh harta Keluarga Gilvano dan Keluarga Benardi.

Semua ini terjadi terlalu mendadak. Dari sudut mana pun terlihat seperti konspirasi besar yang direncanakan sejak lama dan akhirnya terungkap pada hari itu, dengan keluarga Starla sebagai pemenang mutlak.

Ketika Starla sempat menyadarinya, Darrel sudah hampir kehilangan kendali dan memutus hubungan dengannya. Di depan matanya, Darrel menghancurkan semua toples kaca yang berisi bintang-bintang kertas. Kertas-kertas itu berserakan di lantai, diinjak dan diremas oleh Darrel tanpa sedikit pun rasa sayang.

Dia menunjuk hidung Starla dengan mata yang penuh amarah dan memakinya, "Starla, pergi dari hidupku! Aku nggak mau melihatmu lagi seumur hidup!"

Saat itu, Darrel berusia 23 tahun. Orang tuanya tiada, perusahaannya hilang, dan dia tidak punya apa-apa lagi. Sementara itu, Starla yang berusia 20 tahun baru menyadari bahwa dirinya sedang mengandung.

Darrel begitu membencinya. Starla takut Darrel tidak akan menerima anak itu. Jadi, Starla terpaksa diam-diam terbang ke luar negeri untuk melahirkan. Dia berharap setelah Darrel tenang kembali, barulah Starla akan menjelaskan bahwa dia tidak tahu apa-apa, bahwa semua ini bukan sesuatu yang pernah dia rencanakan.

Namun, nasib memang nahas. Starla mengalami komplikasi saat persalinan. Anak itu lahir dengan penyakit berat dan langsung masuk ruang ICU, terbaring tanpa pernah meninggalkan ruangan itu.

Dalam kepanikan dan keputusasaan, Starla kembali ke tanah air untuk mencari Darrel, berharap mereka bisa mencari jalan keluar bersama. Namun yang dilihatnya adalah, seorang gadis lain bersandar di pelukan Darrel.

Gadis itu bernama Fidora Salim.

Katanya, Fidora adalah orang yang menemani Darrel melewati masa-masa paling kelam dalam hidupnya.

Katanya, Darrel menganggap Fidora sebagai satu-satunya cahaya di hidupnya dan memanjakannya sepenuh hati.

Katanya, berkat dukungan dari Fidora, Darrel berhasil bangkit sebagai kuda hitam dalam dunia bisnis. Hanya dalam waktu dua tahun yang singkat, bisnisnya telah berkembang pesat hingga mampu menyaingi Keluarga Benardi yang sekarang.

Katanya, mereka sedang mempersiapkan pernikahan ....

Padahal, Starla dan Darrel dulu sudah mengurus surat nikah. Mereka hanya belum sempat mengadakan resepsi. Secara hukum, Darrel sudah menikah dan Starla adalah istri sahnya. Fidora tidak bisa menikah dengannya secara resmi.

Selama empat tahun menjadi istri Darrel, Darrel tidak pernah berhenti memaksanya menandatangani surat cerai. Selama empat tahun itu, Starla terus bertahan menghadapi semuanya.

Dia selalu berpikir, dulu mereka pernah saling mencintai. Starla bisa menunggu sampai kebenaran terungkap, menunggu Darrel kembali lembut seperti dulu. Namun setelah empat tahun, yang datang bukan Darrel yang berubah pikiran, melainkan hasil diagnosis kanker paru-paru.

Tiba-tiba, dadanya terasa nyeri hebat. Ingatan masa lalu menyeret emosinya, membuatnya kembali batuk keras.

Kali ini, bau darah itu jauh lebih kuat. Darah segar langsung menyembur dari mulutnya dan menetes di atas seprai putih yang bersih.

"Kamu kenapa?" tanya Darrel saat melihat tubuhnya bergetar.

Hatinya melunak seketika dan air matanya mengalir deras. "Darrel, aku ... ada hal penting yang ingin kukatakan. Sebenarnya, kondisi tubuhku ... sangat buruk. Aku sakit ...."

Darrel menyela dengan tawa dingin, "Jangan bilang kamu akan mati. Kalau benar begitu, aku akan menyalakan kembang api buat merayakan. Kalau kamu mati, aku bahkan nggak perlu cerai. Aku bisa langsung jadi duda dan aku bisa menikah dengan Fidora kapan pun."

Semua kata yang ingin diucapkan Starla langsung terhenti.

Darrel kemudian bertanya, "Masih ada yang mau kamu katakan?"

Starla menggeleng. "Nggak ada."

Tatapan Darrel kemudian tertuju pada sesuatu. Dia melihat seprai. Starla buru-buru menutupi noda merah itu dengan tubuhnya.

"Apa itu?" Darrel mendekat. Dia menarik Starla dan melemparkannya ke samping, lalu melihat noda itu. "Ini ... darah?"

Starla menggigit bibir, mengepalkan tangan untuk menahan sakit.

Darrel memandangnya dengan penuh hina. "Apa? Demi malam ini, kamu sampai memperbaiki selaput itu?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai   Bab 50

    Dalam kegelapan, Starla tidak bisa melihat apa pun. Namun, pria itu tampak sangat tenang dan terbiasa.Dengan sangat terampil, pria itu pergi ke dapur dan membawa kembali dua mangkuk sup ayam, lalu duduk di hadapannya.Aroma sup ayam yang menggugah selera menyebar. Ini pertama kalinya Starla makan dalam keadaan gelap gulita."Rasanya sangat enak." Pria itu menyesap pelan. "Sangat punya cita rasa masakan ibu-ibu zaman dulu."Starla tersipu dan tersenyum kecil. "Aku belajar dari seorang pelayan tua. Dia sebenarnya tukang kebun, tapi keahlian memasaknya sama sekali nggak kalah dari koki profesional. Pangsit kecil buatannya enak sekali. Sayangnya, aku hanya bisa meniru sedikit saja. Sup ayam ini masih sangat jauh dari hasil masakannya."Suara pria itu sangat lembut. "Ini sudah sangat enak. Aku suka sekali.""Terima kasih, Pak.""Kamu tahu kamu sudah mengucapkan terima kasih berapa kali padaku?"Starla tertegun. Kalimat ini ... terdengar agak familier. Terakhir kali Niko datang, dia juga me

  • Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai   Bab 49

    "Nggak usah." Darrel menolak. "Kamu fokus saja memulihkan diri. Hal-hal lain jangan dipikirkan. Kepala pelayan mengurus Luna dengan sangat baik.""Oh.""Ada hal lain? Kalau nggak, aku tutup. Aku lagi nyetir.""Eh, tunggu ...." Fidora berkata, "Minggu depan itu ulang tahun ibuku. Aku ingin kamu menemaniku pulang merayakan ulang tahunnya, boleh nggak?""Minggu depan aku nggak sempat. Perusahaan sangat sibuk."Fidora tidak menyerah dan terus membujuk, "Ulang tahun ibuku di akhir pekan, nggak bakal ganggu pekerjaanmu."Darrel perlahan tenang kembali. Menghadapi permintaan Fidora yang sedikit rendah hati, dia pun sulit terus menolak.Bagaimanapun, dia sebelumnya sudah berjanji akan menikahi Fidora. Namun, sekarang dia tidak bisa bercerai, tidak bisa memberi Fidora sebuah pernikahan. Di hatinya, dia memang merasa bersalah."Baiklah, aku temani kamu."Fidora langsung terdengar gembira. "Benarkah? Darrel, kamu baik sekali.""Sudah, kamu pilih saja hadiah. Kalau sudah cocok, langsung beli. Paka

  • Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai   Bab 48

    Suami? Starla tidak bisa menahan tawa.Sejak hari dia menikah dengan Darrel sampai hari ini, selama lebih dari enam tahun, kapan dia pernah terlihat seperti seseorang yang punya suami?Dia melahirkan sendiri, menjalani masa nifas sendiri. Rumah sebesar itu dia tempati sendirian. Apa bedanya dengan tidak bersuami?"Pak Darrel." Starla langsung mengganti panggilan. "Setelah kita cerai hari ini, kamu bukan suamiku lagi. Setelah itu, kita jalan masing-masing dan boleh nikah lagi."Darrel menggenggam setirnya dengan semakin kuat. "Kalau aku nggak mau cerai, gimana?"Starla terkejut. "Kamu gila?""Aku sudah gila sejak kecelakaan itu terjadi.""Kamu tahu nggak, ucapanmu barusan bisa membuatku salah paham. Salah paham kalau kamu masih punya perasaan padaku, kalau kamu masih nggak rela melepaskanku."Tatapan Darrel bergetar sedikit. Dia langsung membantah, "Jangan meninggikan dirimu. Aku cuma nggak ingin membiarkan pembunuh ayahku hidup enak. Kamu mau cerai dariku dan lari ke pelukan pria lain?

  • Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai   Bab 47

    "Ibu, jangan dibahas lagi ...."Mata Willa juga memerah. "Sudah, sudah, jangan dibahas lagi. Star, nanti kalau bayinya sudah agak besar, ajak dia pergi lihat ayahmu ya."Starla mengangguk keras. "Ya."Tak lama kemudian, dia menerima telepon dari Darrel."Kamu di mana?"Benar, mereka sudah janjian. Hari ini mereka harus pergi ke pengadilan negeri untuk mengurus perceraian."Kamu sudah sampai? Aku langsung ke sana."Darrel langsung menutup telepon.Willa bertanya dengan cemas, "Darrel ya? Anak kalian nangis?"Starla menjawab secara samar, "Hm .... Ibu, aku harus keluar sebentar.""Cepat pergi. Bayi itu paling butuh ibunya. Besok kamu jangan datang dulu. Jaga anak baik-baik. Paham?""Besok aku lihat situasi dulu."Setelah berpamitan dengan ibunya, Starla keluar dari rumah sakit, naik taksi, langsung menuju pengadilan negeri.Di jalan, dia menelepon Darrel, ingin memberitahunya bahwa dia sedang dalam perjalanan dan memintanya menunggu sebentar.Namun, kemudian dia teringat Darrel sudah mem

  • Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai   Bab 46

    Tidur itu membuat Starla terlelap sampai siang hari.Saat bangun, luka di dada dan perutnya masih terasa nyeri, sementara sosok pria itu sudah tidak ada di dalam kamar.Dia mengusap pelipisnya yang terasa sakit, lalu melihat segelas air di meja dengan secarik kertas di bawahnya.[ Ingat minum obat. Jangan ditelan tanpa air. ]Saat menggenggam gelas itu, Starla mendapati suhu airnya pas sekali. Pria ini .... Kenapa semua hal bisa diperhitungkan sedemikian tepat? Bahkan tahu kalau kemarin dia menelan obat tanpa air.Starla buru-buru mencuci muka dan pergi ke rumah sakit. Di ruang perawatan khusus, tangan ibunya masih terpasang jarum infus, tetapi kondisinya terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Pipinya pun mulai tampak berwarna. "Star, kenapa kamu datang?"Starla berjalan mendekat dan menggenggam tangan ibunya. "Aku satu-satunya putrimu, masa aku nggak datang?"Willa menepuk lembut punggung tangan putrinya, menasihati, "Ibu nggak apa-apa. Dokter dan perawat di sini sangat bertanggung

  • Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai   Bab 45

    "Hanya saja ...." Pria itu menoleh, menatap ke dalam matanya. "Kamu masih mencintai mantan suamimu?"Cinta? Starla menggeleng sambil tersenyum pahit. "Aku sudah lama nggak punya kelayakan untuk mencintai. Hanya untuk tetap hidup saja, aku harus mengerahkan seluruh tenagaku.""Pikirkan lagi, jangan buru-buru menjawabku." Pria itu berpikir sejenak, lalu menambahkan, "Anggap saja ini hadiah ulang tahunmu yang ke-26 dariku.""Pak.""Mm?"Dalam kegelapan, Starla mengamatinya dengan saksama. "Kita pernah saling kenal sebelumnya?"Pria itu memalingkan wajah, kembali ke dalam bayangan. Suaranya mendadak menjadi berat. "Starla, hal-hal yang nggak ingin kubicarakan, sebaiknya jangan kamu tanyakan.""Maaf.""Aku ngantuk. Ayo kita tidur.""Baik."Sama seperti semalam, dia berbaring menyamping, pria itu berbaring di belakangnya. Sangat dekat. Begitu dekat hingga napasnya dipenuhi aroma parfum lembut dari tubuh pria itu."Starla."Starla terkejut. "Hah?""Tetap di sisiku dengan baik. Aku akan member

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status